Bab 9 Tunggu dan Lihat Saja!
Perkataan Elisa memicu desas desus dari kerumunan di sekitar mereka.
"Benar. Bukankah dia terlalu sombong?"
"Dia pikir dia siapa? Dia sangat dimanja oleh keluarganya, tetapi orang lain tidak harus melakukan hal yang sama.”
Ini adalah pertama kalinya Kirana dipermalukan. Dengan penuh amarah dan benci dia bergegas menuju Elisa dan mencoba mendorongnya. Tetapi dia malah jatuh ke lantai dengan bunyi keras ketika Elisa menghindarinya.
Elisa mengangkat tangannya. “Kalian semua melihatnya, kan? Aku bahkan tidak menyentuhnya," kata Elisa. Kemudian dia membungkuk dan mengancam dengan suara manis, “Aku tahu kamu yang tadi mendorongku ke kolam, Kirana. Jika kau berani menggangguku lagi, akan aku pastikan bahwa sayangmu Mahesa akan menjadi orang pertama yang mengetahuinya.” Kemudian, dia mengeraskan suaranya dan bertanya sambil tersenyum, "Apa mau kubantu, Nona Mahadhika?"
Ketika Kirana mendengarnya, wajah kecilnya langsung pucat pasi. Dia buru-buru berdiri dan melarikan diri.
Sementara itu, Aditya diam-diam memperhatikan semuanya dari kejauhan. Dia mengira Elisa akan membiarkan dirinya diinjak-injak seperti keset, tetapi sepertinya gadis itu tidak sebodoh yang dia pikirkan. Tanpa sadar, bibirnya melengkung membentuk senyum tipis, seolah dia telah menemukan objek yang menarik.
Saat situasi itu selesai, Elisa dengan cepat kehilangan minatnya yang barusan. Dia menatap Asti dan berkata, "Maaf, Nona Wangsadinata, tapi aku harus pulang sebentar lagi."
"Maaf atas apa yang terjadi barusan," jawab Asti pura-pura ramah. Tetapi dalam hati dia marah pada Kirana karena mempermalukan dirinya sendiri dengan mencoba menjadi pintar.
Srek. Saat Elisa berbalik, dia mendengar suara robekan yang keras dari belakangnya. Ritsletingnya rusak? Sial! Hal buruk datang bertubi-tubi! Dia hanya bisa memegang ritsletingnya dengan erat agar gaunnya tidak merosot. Meskipun dia membelakangi Asti, dia bisa membayangkan cibiran wanita sombong itu.
Mahesa yang berada di sebelah Elisa melihat itu dan ingin memberikan jasnya kepadanya. Namun, dengan mengejutkan Aditya sudah meletakkan jasnya pada gadis itu sebelum dia bisa melakukannya. "Apa yang terjadi dengan gaunmu?" tanya pria itu dengan suara berat.
"Ritsleting di punggungku rusak dan terbuka."
Aditya sepertinya mengetahui siapa pelakunya setelah melirik Asti. "Baiklah, lebih baik kita pergi dulu."
Asti lantas menahan diri ketika mendengar suara Aditya yang dingin. Sejak kapan dia di sini? batinnya. Sudut bibirnya berkedut. Dia tidak mau menyerah jadi dia bertanya, “Kenapa kamu tidak membiarkan orang lain mengantar Elisa pulang, Aditya? Aku baru saja kembali dari luar negeri. Aku bahkan belum berdansa denganmu hari ini!”
"Itu sama sekali tidak perlu," jawab Aditya datar. Kemudian tatapannya beralih dari Asti ke Elisa dan berkata, "Aku akan mengantarmu pulang."
"Hah? Baiklah," jawab Elisa. Dia tidak menyangka Aditya akan berpihak padanya.
Dani melihat Aditya pulang lebih awal lalu berseru tak percaya, "Kamu mau pulang, Aditya?" Ketika pandangannya turun dan melihat Elisa mengenakan jas Aditya, dia berteriak, “Hei, kamu harusnya tahu apa yang pantas untukmu, dasar wanita jelek! Jangan tertarik pada Aditya!"
Elisa memutar bola matanya kasar. Aku sangat berharap aku bisa pergi sendiri! Sungguh memalukan pergi seperti ini dan ditonton begitu banyak orang, pikirnya. Terlebih lagi, dia merasakan tatapan Asti yang seolah ingin mengulitinya hidup-hidup. Namun, Aditya tetap memasang wajah tegas dan tidak mau menanggapinya, jadi dia hanya bisa memegang erat jasnya karena malu.
......
Mahesa menatap sosok Elisa yang perlahan menghilang sambil memegang jas yang tidak bisa dia berikan pada gadis itu. Perasaan yang tak dapat dijelaskan muncul dalam dirinya. Mengapa Aditya begitu baik padanya? Apa hanya karena permintaan Kakek?
......
Asti merasa tertolak saat melihat Aditya pergi bersama Elisa. Rasa cemburu menguasai dirinya. Dia gemetar saking marahnya. Kau hanya seorang gadis desa yang jelek dan tidak berpendidikan! Apa yang membuatmu berpikir kamu bisa merebut Aditya dariku? Tidak semudah itu, Elisa Hartono! Tunggu dan lihat saja!