Bab 10 Bersyukurlah Jika Seseorang Memberimu Solusi
Setelah kembali ke kediaman Gunawan, Elisa menghela napas lega. Begitu banyak yang telah terjadi hari ini. Dia masih kesulitan mencerna semuanya.
Ketika berada di dalam mobil tadi, dia mengamati wajah Aditya dengan cermat lewat kaca spion. Tetapi di dalam mobil sangat gelap, jadi dia tidak bisa melihat ekspresinya dengan jelas. Meskipun sudah memikirkannya selama perjalanan pulang, tetapi dia masih tidak tahu mengapa dia tiba-tiba ikut campur. Elisa pikir dia tipe orang yang tidak mau ikut campur urusan orang lain. Mungkin dia bukan orang yang bisa dinilai dari penampilannya? Mungkin sebenarnya dia adalah pria yang baik?
Tanpa memikirkannya lagi, dia kembali ke kamarnya dan berganti pakaian. Dia sengaja mengenakan satu setel piama jadul. Lalu dia berjalan menuju ruang kerja Aditya. Di atas meja terdapat tumpukan dokumen yang tinggi dan beberapa foto yang berserakan di mana-mana “Ini jasmu. Terima kasih telah membantuku barusan.”
Aditya melirik wanita yang berdiri di depan mejanya. Kemudian dia menjawab tanpa ekspresi, "Kamu tidak perlu mengembalikannya kepadaku."
Elisa menjawab, “Jika menurutmu itu kotor, aku bisa membawanya ke penatu.”
Aditya mendongak untuk menatapnya. "Aku tidak memerlukannya lagi," jawabnya pelan.
Elisa merasa sesak sesaat sebelum dia menjawab dengan mencibir, “Kamu memberikannya padaku? Kalau begitu aku akan membuangnya.” Kemudian dia melemparkan jas itu ke tempat sampah.
Setelah membuangnya, dia menoleh pada Aditya yang sedang duduk di sofa sembari membaca dokumen yang dipegangnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Setelah melihat itu, dia merasa seperti sedang dihina. Tadinya dia ingin mencuci jas itu, lalu mengembalikannya dan mengucapkan terima kasih, tetapi sepertinya dia terlalu banyak menginterpretasikan kebaikan pria itu. Dia berbalik untuk pergi lalu menyadari Dani sedang berdiri diam di ambang pintu. "Permisi," katanya tidak sabar.
Ketika Dani melihat jas itu di tempat sampah, dia dengan marah menoleh pada Elisa. “Apa ini perbuatanmu?”
Menghadapi pertanyaan anehnya, Elisa lantas menjawab dengan wajah datar, “Ya, kenapa?”
Orang di depannya tiba-tiba marah besar. “Seperti yang sudah diduga dari seorang gadis udik dari desa! Memang kamu siapa? Beraninya kamu meniru cara berpakaian Asti! Hah! Aku hampir menertawakan diriku sendiri di sana. Apa kamu tidak tahu diri? Bahkan pakaian tercantik pun tidak akan membuatmu terlihat lebih baik. Aditya menyelamatkanmu dari rasa malu tadi, tapi sekarang kamu malah membuang pakaiannya ke tempat sampah. Apa kamu tahu berapa harga jas itu? Bayar sekarang!”
Setelah melewati hari yang sibuk, Elisa tidak punya tenaga untuk bertengkar dengan Dani pada awalnya, tetapi dia tidak tahan lagi ketika Dani terus memanggilnya 'udik'. Dia menerobos Dani yang menghalangi jalannya, mengambil buku cek dari kamarnya dan merobek selembar cek. Kemudian dia menyerahkan cek itu kepada Dani dan berkata, “Ambillah. Apa itu cukup?"
Dani mengambil cek itu dan memeriksanya berulang kali. "Ini bukan cek palsu, kan?"
Elisa benar-benar tidak bisa berkata-kata.
Dani berpikir bahwa dia telah mengetahui rahasianya. Dia lalu berkata dengan seringai nakal, “Karena kau berasal dari pedesaan, aku tidak akan memaksamu untuk membayar dengan uang. Bagaimana kalau begini? Masalah ini akan selesai jika kamu meminta maaf kepada Aditya."
Jika ada yang berani berbicara seperti itu dengan Elisa di lain waktu, dia akan langsung melemparkan cek itu ke wajah mereka. Tapi sekarang, dia hanya seorang gadis biasa dari pedesaan. Dia menatap Dani dengan tatapan menghina lalu menjawab, "Kenapa aku harus meminta maaf ketika aku tidak melakukan kesalahan apa pun?"
Dani berteriak, “Bersyukurlah saat seseorang memberimu solusi, Elisa!”
......
Saat itu, Jafar keluar dari kamarnya. Dia dikejutkan oleh teriakan kemarahan Dani. "Minta maaf? Untuk apa?"
Elisa tahu bahwa Jafar dan Robi sudah berteman selama beberapa dekade, jadi dia tidak ingin mengacaukannya. “Bukan apa-apa, Kakek. Ini hanya salah paham.”
Dani berpikir bahwa Elisa pengecut. Dia lalu berkata, “Kakek, gadis udik ini membuang pakaian yang dipinjamkan Aditya ke tempat sampah. Aku ingin menyelamatkan harga dirinya, jadi aku hanya memintanya untuk meminta maaf. Tapi aku tak sangka dia sangat tidak tahu malu.”
"Jaga ucapanmu, anak nakal!" Jafar menggetok Dani.
"Aw! Sakit!" Dani berkata sebelum berbalik untuk menatap Elisa.
Elisa balas menatapnya. Tangan yang bersih tidak perlu dicuci. Aku tidak melakukan kesalahan apa pun! batin Elisa.
"Ada apa sebenarnya, Elisa?" Jafar bertanya baik-baik.