Bab 15 Mari Kitta Lihat Siapa yang Akan Menang!
Aditya bingung saat melihat Dani keluar sendirian. Dia bertanya, "Di mana Elisa?"
"Dia sudah pulang," jawab Dani sambil tersenyum.
Aditya sudah tahu bahwa Dani pasti berbohong. "Katakan yang sebenarnya!"
Dani tidak punya pilihan selain berbicara jujur setelah gagal mengelabui Aditya. "Dia pergi ke toilet."
“Mari kita tunggu dia.”
Dani masuk ke mobil dengan kesal. Namun, batang hidung Elisa masih belum muncul bahkan setelah dia memainkan beberapa ronde gim di ponselnya. Dia otomatis menggerutu diam-diam, "Kenapa dia sangat lama?"
Sementara itu, Aditya mulai khawatir saat memperhatikan langit yang mulai gelap. "Apa kamu punya nomor teleponnya?"
“Aku berasumsi gadis desa seperti dia tidak mampu membeli ponsel. Tanyakan saja pada yang lain."
Aditya menelepon semua adiknya, tetapi tidak ada yang mengetahui nomor gadis itu.
Jadi dia diam-diam berusaha semaksimal mungkin untuk mencari Elisa. Biasanya, orang desa yang baru pindah ke kota tidak akan pernah berkeliaran sembarangan di kota. Dia tidak mungkin dalam bahaya, kan?
Perasaannya tidak enak. Dia mulai mengkhawatirkan gadis desa yang liar itu.
Jika sesuatu benar-benar terjadi padanya…
"Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk menjaganya di sekolah?"
Dani terkejut mendengar omelan kakaknya yang tiba-tiba. Aditya biasanya tenang, tetapi sepertinya dia cukup kesal hari ini.
Dani merasa tidak terima saat melihat Aditya yang bereaksi seperti itu. "Aku tidak mungkin mengikutinya ke toilet wanita, kan..."
Saat itu, Aditya sadar bahwa ucapannya terlalu berlebihan. Dia berkata dengan tenang, “Aku sudah menyuruh orang untuk mencarinya. Mari kita berharap dia hanya tersesat.”
......
Elisa merasa sekelilingnya tiba-tiba menjadi gelap. Ketika dia sadar, dia berada di suatu tempat yang gelap gulita. Tangannya diikat dan matanya ditutup; mulutnya juga disumpal sesuatu sehingga dia sama sekali tidak bisa berbicara.
Dia berada di ruangan yang luas. Suasana di sekitarnya terasa kering dan sepi. Jelas dia ada di ruang terbengkalai yang sudah lama tidak pernah didatangi.
Meski begitu, dengan cepat dia kembali tenang. Untungnya, ponselnya masih ada—mereka mungkin tidak menyangka kalau dia punya ponsel.
Saat itu, suara seorang gadis samar-samar terdengar dari luar ruangan. “Jaga baik-baik. Kamu bisa kabur ke luar negeri setelah menyelesaikan ini. Aku akan membantumu, jadi bereskan saja dengan baik.”
Kriet Elisa penasaran siapa pemilik suara itu ketika dia mendengar suara derit pintu terbuka. Terdengar suara beberapa langkah kaki mendekat disertai angin malam yang dingin.
"Sebenarnya dia cukup seksi jika hanya dilihat dari tubuhnya," seorang pria berkomentar agak mengejek sambil sedikit berjongkok.
Niken mencibir, "Aku tidak percaya kamu bahkan tertarik pada orang serendah dia."
“Ayolah, Nona Sianturi. Aku hanya bercanda," bujuk pria itu berlebihan.
Niken melirik Elisa yang meringkuk. Dia mencemooh dan berkata, “Beraninya kamu mencoba untuk mendapatkan Dani? Kamu pikir kamu siapa?"
Suara itu terdengar familiar bagi Elisa. Suara ini… Bukankah ini Niken?
Apakah dia cemburu padaku karena aku dekat dengan Dani?
Sebelum Elisa bisa sadar dari pikirannya, sebuah tamparan mendarat di pipinya.
“Apa yang membuatmu berpikir kamu cukup pantas bagi Tuan Muda keluarga Gunawan?!"
Elisa sangat terkejut karena tamparan itu. Dia tidak punya banyak waktu untuk berpikir karena rasa sakit yang menyengat di pipinya yang memanas. Pada saat itu, melarikan diri adalah tujuan utamanya. Dia berpura-pura takut lalu tangannya diam-diam bergerak untuk mengambil ponsel di sakunya. “Siapa kalian? Apa yang akan kalian lakukan padaku?”
"Tentu saja, kami akan mencabut nyawamu!" Niken menjepit dagu Elisa dengan kuat saat dia mencibir.
Pria di sampingnya terkejut. "Apa katamu? Hei, kita tidak merencanakan pembunuhan ketika dia meminta bantuanku saat itu."
"Aku hanya bercanda.. Kita hanya perlu memberinya pelajaran tentang apa yang boleh dan tidak boleh dia sentuh.” Niken tertawa jahat.
Siapa maksudmu 'dia'?
Niken menendang Elisa saat dia sedang berpikir.
Dia menggunakan kesempatan itu untuk jatuh ke lantai dan dengan cepat menekan tombol di ponselnya sehingga berhasil mengirimkan sinyal bantuan.
Pfft, apa kau bercanda? Mari kita lihat siapa yang akan menang!