Bab 4 Ayah adalah Pahlawan
Bram langsung mematahkan lengan Saga dan Saga kembali berteriak seperti hewan yang sedang disembelih. Suara teriakannya sangat memekakkan.
"Tuan Muda Saga! Tuan Muda Saga!" Wajah beberapa pengawal pribadi itu kelihatan sangat pucat. Mereka segera memeriksa kondisi luka Saga dan terkejut sekali sampai berkeringat dingin.
Pria ini sadis sekali. Dia sudah menghancurkan tulang persendian Saga. Tangan ini tidak akan bisa digunakan lagi. Dokter sehebat apa pun, tidak akan sanggup untuk memulihkannya.
'Sadis sekali!'
Marisa mengerjapkan matanya dan kelihatan kaget. 'Apa yang sudah terjadi selama beberapa detik ini? Lalu siapa pula pria asing ini?'
"Ibu! Ibu …." Saat itu, Tata langsung berlari masuk ke dalam ruangan. Melihatnya, Marisa langsung memeluk putrinya.
"Tata! Kamu baik-baik saja, 'kan?"
"Paman Aneh ini adalah teman baruku. Dia bilang dia ingin melindungi Ibu dan membantu Ibu menghajar orang jahat!" ujar Tata dengan gembira sambil menarik Bram.
"Temanmu?" Marisa kaget. Saat memeluk putrinya, Marisa melihat Bram dari atas ke bawah.
Bram juga berbalik dan pemandangan wanita cantik yang tertangkap matanya langsung membuat Bram terkesima.
Baju warna biru yang melekat di tubuh Marisa kelihatan sangat pas untuk postur tubuh Marisa. Kecantikan wajahnya ditambah dengan kulit putih mulusnya membuatnya terlihat anggun tanpa mengurangi keseksiannya.
Marisa yang sedang dalam bahaya ini menggigit bibir merahnya dan rambutnya juga berantakan. Paras cantiknya memperlihatkan kepasrahan dan ketidakberdayaan. Benar-benar sangat kasihan.
'Dia orangnya! Memang dia orangnya!' Bram memperhatikan wanita bodoh yang ada di hadapannya. Hatinya jadi ingin menangis.
Wanita ini yang sudah menjaga kesuciannya untuk dirinya dan melahirkan anaknya. Karena dirinya, wanita ini diusir oleh keluarganya dan kehilangan semua yang dimilikinya, lalu menjadi sasaran ejekan dan cemooh orang-orang.
Sebuah dorongan yang sangat kuat langsung menguasai Bram. Ingin sekali rasanya Bram memeluk wanita ini.
"Marisa! Dasar murahan!!! Berani sekali kamu!!!"
"Pantas saja kamu bersikeras tidak mau menikah dengan Tuan Muda Rendy. Rupanya kamu memiliki pria simpanan."
Saat ini, Saga menggertakkan giginya dan bangkit dengan murka, "Kamu berani mengkhianati keluargamu dan bekerja sama dengan pria berengsek ini untuk mematahkan lenganku? Tunggu saja kamu!!! Keluarga Iskandar tidak akan mengampunimu."
"Setelah aku memberi tahu Kakek tentang kejadian ini, kalian berdua dan anak haram yang tidak memiliki ayah ini akan segera menemui ajal kalian!!!"
Anak haram yang tidak memiliki ayah!
Kata-kata ini telah mencabik-cabik hati Bram dan membuat tubuh Marisa gemetar. Mata Marisa sampai merah.
Bram berbalik dan matanya memicing. Mereka yang mengenalnya tentu bisa memahami arti dari ekspresinya sekarang dan bakal ketakutan sampai lari tunggang-langgang.
Dewa Perang ini sudah murka!
Dia pun menunjuk Saga, "Coba kamu bicara lagi!!!"
"Bedebah!!! Kamu mengancamku? Siapa kamu?"
Saga meludah dengan kesal. Wajahnya terlihat sangat arogan. Dia malah sengaja menekan ucapannya, "Anak haram …."
Bram segera melayangkan serangannya.
"Plak!!!"
"Plak!!!"
Padahal Saga belum selesai, Bram dengan sangat gagah menghadiahkan tamparan keras untuk Saga.
Wajah Saga langsung lebam dan hidungnya juga berdarah. Lalu giginya juga langsung rontok tiga.
Tata mengangkat tinju kecilnya dan dengan penuh semangat berkata, "Paman hebat sekali! Semangat Paman!"
"Anak kecil tidak boleh melihatnya!"
Marisa kaget sekali. Dia segera memeluk Tata dan menghalangi pandangannya.
Para pengawal di sana sampai menarik napas dalam. 'Ini … terlalu kuat!'
"Kamu! Kamu berani menyentuhku?" Wajah Saga sudah bersimbah darah. Bicaranya juga tidak terlalu jelas, "Aku adalah Tuan Muda Saga dari Keluarga Iskandar. Ayahku adalah putra sulung di keluarga kami. Lalu kakekku adalah Rama Iskandar dengan kekayaan mencapai triliunan rupiah."
"Plak!"
"Aku tidak peduli!"
Bram kembali melayangkan tamparan kerasnya.
'Rasakan saja tamparanku! Apa kamu pikir aku takut pada ayahmu?'
"Keluarga Iskandar tidak akan melepaskanmu. Aku akan membuatmu merasakan yang namanya neraka dan memohon kematianmu …."
"Plak!!!"
"Aku … aku pasti akan menghabisimu!!!"
"Plak! Plak! Plak!!!"
Dua puluhan tamparan melayang di wajah Saga sampai wajahnya bersimbah darah dan bengkak seperti babi. Terakhir, hanya ada suara isak tangis yang terdengar dengan diiringi suara permohonan.
"Aku … aku salah! Ampunilah aku! Jangan pukul aku lagi! Jangan pukul lagi!"
"Plak!"
Bram kembali melayangkan tamparannya, "Apa kamu pikir aku akan berhenti memukulmu jika kamu memintaku untuk berhenti melakukannya? Kamu salah!"
Saga sudah hampir menangis ….
Para pengawalnya ketakutan sampai tubuh mereka gemetar. Mereka bersembunyi di sudut tanpa berani bersuara.
Marisa segera menghentikannya, "Sudahlah! Kalau diteruskan lagi, dia akan mati …."
Kalau Bram sampai menghabisi orang gara-gara dia, hal ini akan menjadi masalah besar. Apalagi, Saga juga adalah adik sepupunya. Di dalam hatinya, Marisa masih menganggap Saga sebagai keluarganya. Makanya, dia jadi tidak tega.
Bram langsung menendang Saga jauh-jauh. Saga lantas dipapah berdiri oleh pengawalnya. Dia menutupi mulutnya yang berdarah. Dengan penuh kemarahan berkata, "Marisa, jangan kira dengan perlindungan yang diberikan pria bedebah ini, kamu bisa baik-baik saja. Asal kamu tahu, kamu tidak akan bisa kabur!!!"
"Keputusan untuk menikahkanmu dengan Tuan Muda Rendy dibuat sendiri oleh Kakek. Kamu berani membangkang perintah Kakek. Tunggu saja kematianmu!"
Wajah Marisa berubah pucat pasi. Di Keluarga Iskandar, Tuan Besar Rama tidak ada bedanya dengan sosok kaisar. Dia adalah penguasa yang bertangan besi.
Mereka yang berani melawan beliau akan memiliki akhir yang buruk!
"Sepertinya mulutmu masih kurang bersih!"
Bram melontarkan tatapan dingin dan menggulung lengan bajunya. Saga ketakutan sampai meringis dan kencing di celana. Dia segera melarikan diri seperti anjing yang ketakutan.
"Dasar pecundang! Cuih!"
Orang jahat sudah dihajar sampai kabur. Tata pun melompat dan menari dengan gembira, "Paman hebat sekali! Paman benar-benar hebat!"
"Muach!"
Gadis kecil itu lantas mengecup pipi Bram dengan sangat antusias sehingga Bram merasa senang bukan main.
Biar bagaimanapun, gadis kecil ini adalah putri kandungnya.
"Tata! Jangan mengganggu Paman!" Mendengar omelan Marisa, Tata mencebikkan bibirnya dan turun dari tubuh Bram dengan tidak rela. Selanjutnya, Marisa pun mengucapkan terima kasih pada Bram.
"Terima kasih untuk bantuan Tuan hari ini. Oh ya, aku masih belum mengetahui nama Anda. Siapa namamu?"
Marisa mengerjapkan mata indahnya. Senyumannya sangat lembut. Dia kelihatan sangat penasaran pada Bram.
"Namaku Bram. Aku …."
'Aku adalah milikmu. Pria yang sudah kamu tunggu selama lima tahun lebih!'
Bram bermaksud untuk menceritakan semuanya. Akan tetapi, saat melihat paras cantik wanita yang ada di hadapannya dan ekspresi polos Tata, Bram jadi tidak bisa mengutarakannya.
Apa dia harus jujur mengenai kejadian malam itu? Akankah Marisa bisa menerimanya? Mau semerana apa pun Bram, dia sudah membuat Marisa menunggunya selama 5 tahun dan Marisa juga merasakan begitu banyak penderitaan dan kesedihan.
Lalu apa mungkin Tata bisa menerima ayah yang tiba-tiba muncul ini? Akankah gadis kecil ini membencinya?
Rasa bersalah yang kuat disertai dengan perasaan yang berkecamuk langsung memenuhi lubuk hati Bram.
Sekarang, mantan Dewa Tentara yang sangat berkuasa ini tidak tahu harus berbuat apa seperti seorang anak kecil.
"Paman, apakah kamu adalah prajurit utusan Ayah?"
Tata tiba-tiba bertanya sambil mengerjapkan mata besarnya.
"Ayah …."