Bab 6 Aku Malas Mendengar Omong Kosong
"Reyner, aku hanya akan mengatakannya sekali."
"Aku Bram hanya memiliki rumah di Kota Jarlin. Aku tidak memiliki hubungan apa pun dengan Raja Bahara yang sangat berkuasa dari Keluarga Utomo di Kota Kotoa."
"Apa kamu sudah memahami maksudku?"
Mata Bram kelihatan sangat tenang. Nada bicaranya juga sangat datar. Namun, auranya terasa sangat menekan sampai lawan bicaranya merasa kesulitan untuk berbicara.
"Pa …, aku paham, Jenderal!" Reyner merasakan sedikit kengerian di dalam hatinya. Keringat dingin sampai mengucur sekujur tubuhnya.
Bram lantas mengangguk dan bersandar di kursinya sambil memejamkan mata untuk beristirahat.
"Ayo jalan! Setelah tiba, beri tahu aku!"
…
Kota Sington, Desa Hamlet.
Tempat di mana orang tua angkat Bram, Martin Lewis dan keluarganya tinggal.
Tempat ini sudah bukan tempat yang asing bagi Bram.
Bahkan selama 10 tahun perjalanan karier militer Bram, Bram sering sekali memimpikan dirinya kembali ke rumah keluarga kecil yang sangat hangat ini.
Selama sepuluh tahun ini, banyak sekali yang sudah berubah.
Bram melihat banyak wajah yang dikenalnya sudah berubah menjadi tua, lalu dia juga menemukan wajah-wajah yang tidak dikenalnya. Rasanya jadi asing sekali.
Tempat yang dalam ingatannya adalah sebuah hamparan sawah juga sudah berubah menjadi pabrik, bangunan bertingkat dengan nuansa modern yang kental. Rasanya sangat berbeda dengan sebelumnya.
Dia ingat bahwa dulu dia suka sekali bermain layang-layang dan menangkap jangkrik di sawah tersebut. Di musim kemarau, Bram suka mencuri semangka dan menangkap ikan. Saat musim hujan tiba, dia suka berburu burung.
Di awal bulan Maret, bunga-bunga di tempat itu banyak yang bermekaran sehingga membentuk lautan bunga. Benar-benar pemandangan yang sangat indah.
Martin yang suka minum-minum akan memberikan 'uang yang banyak' agar Bram pergi membelikan arak yang difermentasi sendiri. Sisa uang kembaliannya digunakan Bram dan Chelsea untuk dibelikan permen, coklat, sate telur, sosis goreng dan lain-lain sebagainya.
Masa kecilnya benar-benar menyenangkan.
"Sudah 10 tahun! Aku pulang."
Bram mengendalikan emosinya dan tertawa terbahak-bahak.
Ketika sudah tidak jauh dari rumah Martin, Bram pun turun dari mobilnya.
Reyner sangat memahami situasinya dan berkendara meninggalkan tempat itu. Dia tidak bermaksud untuk mengganggu Bram berkumpul dengan keluarganya.
Bram berjalan melihat sekeliling tempat itu. Setengah jam kemudian, Bram sudah tiba di depan rumah Keluarga Lewis.
Sekarang, pintu rumah Keluarga Lewis terbuka lebar. Ada banyak tamu yang mondar-mandir di pekarangan rumah. Benar-benar ramai sekali.
Sepertinya, mereka sedang merayakan sesuatu.
"Bibi Ketiga, kalian teruskan pembicaraan kalian. Aku akan pergi untuk melayani kerabat yang lain."
"Tidak bisa! Ini adalah hari pertunangan Chelsea. Kalian harus minum lebih banyak. Aku sudah menyiapkan arak dan daging yang banyak."
Saat itu, terdengar suara ramah dari wanita berusia 40 tahunan. Wajahnya sangat berseri ketika dia berjalan keluar dari pekarangan. Melihat Bram yang ada di hadapannya, wanita itu pun tertegun.
"Kamu adalah …."
"Ibu." Bram memperhatikan wanita paruh baya yang ada di depannya dan memanggilnya dengan suara lirih. Dengan sedikit sedih dia berkata, "Keriput Ibu sudah banyak. Uban Ibu juga banyak bertambah."
Wanita ini adalah ibu angkat Bram, Kelly Novita.
"Bocah kecil, kamu tidak bisa sembarangan mengakui …," Kelly agak canggung menghadapi situasi ini, lalu melambaikan tangannya, "Aku tidak memiliki putra. Aku hanya memiliki seorang putri."
"Ibu, aku baru meninggalkan tempat ini selama beberapa tahun dan Ibu sudah tidak mengenaliku lagi?"
Bram tersenyum ringan dan berjalan mendekatinya. Dia menggenggam tangan yang sudah muncul bercak coklat penuaan tersebut dan tersenyum, "Ibu masih memakai gelang yang kuhadiahkan pada Ibu. Untuk membeli gelang ini, aku bekerja sebagai buruh angkut selama setengah bulan. Pundakku rasanya seperti mau patah."
"Kamu … kamu Bram, ya?"
Mulut Kelly terbuka lebar. Dia tertegun menatap Bram untuk waktu yang sangat lama. Air matanya langsung menetes turun.
"Bocah tengik! Kamu masih tahu untuk pulang. Kamu sudah merantau selama 10 tahun. Pergi ke mana saja kamu?" Kelly memukul dada Bram, lalu dengan rasa sayang bercampur kesal berkata, "Ibu sudah sangat merindukanmu."
Mata Bram tersenyum. Tubuh tegapnya bergeming. Rasa kebahagiaan dan kepuasan langsung menyelubunginya.
"Ibu, aku sudah kembali."
Bram pun melihat ke arah pekarangan yang sangat ramai dan bertanya, "Ibu, kenapa rumah kita ramai sekali? Ada perayaan apa?"
Kelly sudah menghapus air matanya. Dia merasa sangat emosional dan gembira, "Tentu saja. Chelsea sebentar lagi akan menikah. Hari ini adalah hari pertunangannya!"
"Hari ini putriku bertunangan, lalu putraku sudah kembali. Ini adalah kebahagiaan ganda!"
Senyuman menghiasi wajah Bram. Benar sekali! Tahun ini, Chelsea sudah berusia 20 tahun. Sekarang dia sudah akan menikah.
Waktu berlalu dengan sangat cepat.
Meskipun saat mereka masih kecil Martin selalu berusaha untuk menjodohkan Bram dan Chelsea supaya mereka lebih dekat sehingga hubungan mereka bisa bertambah erat, Bram selalu menganggap Chelsea sebagai adiknya.
Martin yang memahami maksud Bram lantas berhenti menjodohkan Bram dengan Chelsea.
"Cepat! Cepat masuk Bram!" Kelly menarik Bram dan berteriak dari kejauhan.
"Chelsea! Cepat lihat siapa yang sudah kembali! Kakakmu! Kakakmu sudah pulang!"
Semua kerabat dan teman-teman yang ada di pekarangan langsung bergosip. Tidak lama kemudian, muncul seorang gadis belia dari dalam rumah. Gadis ingusan ini sudah berubah menjadi wanita yang sangat cantik dan sebentar lagi akan menikah.
"Chelsea, lama tidak bertemu!" Bram berjalan maju dan berbicara padanya.
"Ya!"
Chelsea hanya mengangguk. Wajah cantiknya kelihatan sangat dingin. Seolah-olah Bram hanyalah orang asing. Bahkan, di dalam mata Chelsea terlihat sorot kebencian dan waspada.
Rasanya seperti kakak ini tidak seharusnya ada.
Hati Bram yang sedang mensyukuri kebahagiaan Chelsea langsung mencelus.
Dia tiba-tiba merasa kalau Chelsea yang ada di hadapannya ini sangat asing dan menjaga jarak darinya.
"Chelsea, ada apa denganmu?" Kelly merasa sedikit kesal, "Kakakmu sudah pulang. Kenapa sikapmu malah seperti ini?"
"Kalau begitu, bagaimana seharusnya aku bersikap?" Chelsea melirik Bram dengan tidak sabar, lalu mendengus, "Sepuluh tahun yang lalu dia meninggalkan rumah tanpa pamit. Sekarang dia kembali tanpa pemberitahuan. Dia kira rumah ini apa? Hotel?"
"Apa aku harus bersorak gembira menyambutnya masuk ke dalam rumah ini?"
Chelsea mendelik dengan tidak senang ke arah Bram, lalu mendengus dan meninggalkannya.
Hatinya sangat kesal, 'Si berengsek ini kenapa tidak pulang lebih cepat? Malah pulang di hari pertunanganku. Apa sebenarnya tujuannya?'
'Kalau dia kembali karena rindu akan kampung halamannya, setidaknya juga muncullah dengan penampilan yang lebih layak dan tidak mempermalukanku. Sekarang, terlihat jelas kalau dia sangat miskin.'
'Bukankah dia sengaja membuat masalah untukku?'
"Kamu! Anak ini …." Kelly langsung emosi.
Bram malah tersenyum, lalu memapah Kelly dan berkata, "Ibu, sudahlah! Waktu itu aku memang salah. Wajar saja kalau Chelsea menyalahkanku."
Kelly pun menghela napas dan kehabisan kata-kata.
Bram melirik ke arah yang tidak terlalu jauh. Chelsea sedang berbincang-bincang dengan kerabat dan teman-teman. Dia kelihatan sangat pintar bicara dan suka bersosialisasi.
Apakah ini adalah gadis penakut yang suka bersembunyi di belakang punggungnya? Gadis yang akan tersipu malu ketika berkomunikasi dengan lawan jenisnya?
Bram mendesah.
"Semuanya sudah berubah."
"Pak, berhentilah minum-minum dan cepat keluar!!!"