Bab 9 Kamu Percis Seperti Ikan Ini, Bukan?
"Shhhh! Rasanya sangat menyegarkan sekali!"
Martin menggertakkan giginya. Keringat dingin sudah membasahi kepalanya. Akan tetapi, pria itu tetap tertawa lepas, "Bocah! Ayahmu sudah menjadi prajurit seumur hidupnya. Kalau Ayah pensiun begitu saja, rasanya seperti ada yang kurang. Setidaknya Ayah harus memiliki luka seperti ini. Begitu langit mendung seperti akan hujan, luka ini masih membantuku untuk menghilangkan rasa penatku. Hahahaha! Kejadian ini adalah hal yang baik."
Martin menepuk pundak Bram dan dengan tegas berkata, "Bocah! Orang-orang di Kamar Dagang Universal adalah sekelompok preman bajingan yang sangat kejam. Kamu tidak boleh sampai ribut dengan mereka."
"Kamu jangan membalaskan dendam untukku. Kamu juga tidak boleh mencari mereka. Kalau tidak, aku, Martin tidak akan menganggapmu sebagai anakku. Apa kamu sudah mendengarnya?"
Martin takut Bram sampai pergi membalaskan dendamnya. Dia lebih takut kalau Bram sampai kehilangan nyawanya.
Dia sudah tua. Memangnya kenapa kalau dia menderita sedikit?
"Baiklah!" Bram pun menyetujuinya. Setelah itu, dia pun diam seribu bahasa.
"Dasar tidak berguna!" Ketika Bram berjalan melewati Chelsea, Chelsea pun menyindirnya sambil tersenyum, "Kalau kamu hebat, buat si Brandon meminta maaf pada Ayah, lalu rebut kembali sertifikat tanah kita!"
"Sanggupkah kamu melakukannya?"
Martin langsung membentaknya, "Chelsea!!!"
"Aku memang tidak bisa melakukannya."
Tatapan dingin Bram melihat ke tempat yang agak jauh saat dia menjawabnya.
'Bagaimana mungkin orang yang sudah mati bisa meminta maaf?'
Jamuan malam ini sudah merusak suasana hati semua orang. Mereka menjadi sangat tertekan.
Akan tetapi, Andreas yang merupakan bintang utama prianya malah merasa sangat bersemangat. Dia minum-minum dengan sangat gembira.
Sekarang, akhirnya semua orang sudah tahu kalau Bram yang durhaka dan sudah meninggalkan rumah selama 10 tahun ini sama sekali tidak memiliki maksud untuk berbakti kepada orang tuanya.
Lalu dia yang merupakan adik iparnya malah berusaha keras tanpa gentar meski mendapatkan caci-maki dan sudah berkorban banyak demi Keluarga Lewis selama 3 tahun lebih. Perbandingan ini seperti langit dan bumi.
Andreas terlihat lebih unggul dan mengalahkan Bram dengan telak. Hatinya benar-benar puas.
"Chelsea, aku … aku ingin memberikan sebuah hadiah untukmu. Sebuah hadiah yang sangat istimewa."
Saat pesta itu sebentar lagi akan berakhir, Andreas yang sedang bergembira menjadi sangat bersemangat. Dia pun melambaikan tangannya, "Hadiah ini adalah hasil kerja kerasku. Alasan aku memberikannya belakangan adalah, karena aku ingin memberikan kejutan untukmu."
Dia mengeluarkan ponselnya dan berkata, "Bawa kemari!"
"Brummm!!!"
Suara mesin yang dinyalakan langsung bergema di tempat itu. Para tamu undangan jadi sedikit tersadar dari mabuk dan lebih fokus.
Sebuah mobil Maserati yang berwarna merah menyala perlahan-lahan melaju dan menarik perhatian semua orang. Situasi yang sangat bergengsi itu langsung membuat semua orang yang ada di sana berteriak histeris. Ada yang mengambil foto dan mengirimkannya ke akun media sosial mereka.
"Apa kamu menyukainya, Chelsea? Inilah hadiahku untukmu." Andreas terlihat sangat penuh perasaan, "Mulai hari ini, kamu adalah majikanku."
Para wanita yang ada di sana merasa sangat terkesima dan kagum. Mobil mewah ini bernilai miliaran rupiah. Mengagumkan sekali! Rasanya bahagia sekali!
Chelsea merasa sangat tersentuh dan hampir meneteskan air matanya, "Terima kasih, Suamiku!"
Di dalam lubuk hatinya, Chelsea merasa sangat tersentuh dan bahagia. Di saat yang sama, Chelsea berbalik dan melihat ke arah Bram yang berada di sudut ruangan.
Pria itu berdiri tegak dan tetap terlihat tenang seperti gunung yang kokoh. Tidak ada emosi apa pun di wajahnya.
'Huh! Sok keren!' Chelsea tersenyum dingin. Sekarang, di dalam hatinya, Bram pasti merasa malu dan sedih, lalu cemburu dan marah. Kalau bisa dia ingin bunuh diri saja.
'Sudah lihat, 'kan? Bram, sejauh inilah perbedaan kemampuan kalian. Meskipun ayah menyukaimu, meskipun sikapmu sangat sombong, bisa apa pula kamu?'
'Sekarang, dunia kita sudah berbeda.'
'Dulu kamu selalu tidak peduli padaku. Sekarang, kamu sudah tidak mungkin bisa menyentuhku lagi ….'
"Ayah, Ibu, aku pergi dulu. Kalau sempat, aku akan datang untuk menjenguk kalian."
Bram juga merasa agak bosan. Jadi, dia pun bangkit untuk pamit.
"Eh? Sudah mau pergi?" Kelly sedikit tidak rela. Akan tetapi, setelah berpikir sejenak, wanita itu pun mengangguk dan dengan sedih berkata, "Kalau begitu, hati-hati ya!"
Mereka semua sekeluarga. Sekarang, Chelsea sudah sukses, lalu Bram tidak memiliki hal yang membanggakan. Di dalam hatinya, Bram pasti merana.
Sebaliknya, Martin melotot marah, "Ingat! Jangan pergi ke Kamar Dagang Universal! Kalau tidak, aku tidak akan mengakuimu sebagai anakku."
"Ya!"
Bram mengangguk, lalu melangkah keluar.
Begitu Bram melangkah keluar dari rumah itu ….
"Brummm!!!"
Sebuah mobil Limousine Lincoln perlahan-lahan melaju ke depan pintu. Badan mobil yang sangat megah dan mewah, tidak ada tandingannya. Suara mesinnya tidak sebising mobil Ferrari, tapi sangat berkelas dan elegan seperti kendaraan para raja.
"Tit! Tit!"
Mobil itu langsung berhenti dan mencuri perhatian semua orang. Mobil Maserati Andreas yang berada di depan mobil tersebut jadi terlihat seperti kucing kecil yang berpapasan dengan harimau ganas.
Beda level!
Andreas sontak terperangah, lalu senyuman di wajah Chelsea seperti membeku.
"Shhhh!"
Semua orang yang ada di sana menarik napas panjang. Atmosfer di tempat itu juga ikut berubah seperti semangkuk air yang disiram ke atas panci mendidih ….
"Gila! Mobil Limousine Lincoln. Mobil ini harganya di kisaran 40 miliar, bukan? Di seluruh negeri ini juga hanya ada beberapa unit."
"Benarkah? Mobil ini adalah mobil dinas Presiden Amerika Serikat. Meskipun kamu memiliki uang yang sangat banyak, kamu juga tidak akan bisa membelinya. Di Kota Jarlin kita, hanya ada 3 orang yang pantas memiliki mobil ini."
"Orang hebat mana yang sudah datang ke tempat ini? Mungkinkah Ayah Andreas?"
Chelsea yang penasaran langsung melirik ke arah Andreas. Dari ekspresi Andreas yang terlihat sama kagetnya, Chelsea yakin kalau mobil ini tidak ada hubungannya dengan Andreas.
"Semangat!" Chelsea menggenggam erat tangan Andreas, "Aku yakin bahwa suatu hari nanti, kita juga bisa memilikinya!"
Andreas tersenyum ringan. Rasa percaya dirinya kembali utuh.
Saat itu, Bram juga melangkah keluar, lalu menjulurkan tangannya dan menyentuh mobil tersebut.
"Kamu juga tahu tentang mobil ini?" Wajah Andreas terlihat tidak senang.
"Tidak terlalu tahu," jawab Bram.
Wajah Andreas terlihat sangat angkuh, lalu dengan bangga dia memperkenalkan mobil tersebut. "Mobil mewah Lincoln ini dari interior sampai benangnya memiliki sentuhan yang sangat klasik dan semuanya dibuat dengan tangan. Meskipun kamu menjual dirimu, kamu juga tidak mungkin bisa membeli sekrupnya. Aku …."
"Ceklek!"
Bram langsung membuka pintu mobil. Detik berikutnya, di depan semua orang, Bram sudah masuk dan duduk di dalam mobil itu.
Dia naik ke mobil Lincoln?
"Brum!!!"
Mesin mobil menderu dan mobil melesat pergi dari tempat itu.
Sisa gas pembuangannya sudah hilang.
Semua orang yang ada di sana seperti berubah menjadi patung. Mulut mereka semua menganga sangat lebar seperti bisa disumpal dengan sebutir kelapa.
Mobil ini ternyata adalah mobil Bram.
Saat itu, mata Martin langsung bersinar. Dia tertawa terbahak-bahak, "Sudah lihat, 'kan? Penilaianku tidak salah. Putraku itu memang hebat dan bisa diandalkan!"
"Andreas, harga 1 mobil Bram 40 miliar. Nilai itu sudah cukup untuk membeli seluruh Grup Davies. Kamu malah ingin menawarkan pekerjaan tukang bersih-bersih padanya?" Martin mendengus sinis dan mengejeknya, "Sombong sekali kamu!"
Tangan dan kaki Andreas sontak menjadi tegang. Angin dingin yang berembus, terasa seperti tamparan kuat di wajah sombongnya.
Suara tamparan ini sangat keras.
Hati Chelsea mencelus. Samar-samar Chelsea merasa sesuatu yang sangat penting di antara dia dan Bram seperti sudah hancur.
Dia tidak sanggup melindunginya lagi ….
Ini, ada apa sebenarnya ini?
Di saat yang sama, Bram yang sudah berada di atas mobil langsung memberi perintah pada Reyner, "Pergi ke Kamar Dagang Universal!"
Hawa pembunuh terpancar kuat dari sekujur tubuhnya, "Aku ingin membunuh seseorang."