Bab 15 Aku Memukulmu Karena Kamu Pantas Dipukul
Lalu Martin, Chelsea dan keluarga mereka.
Angin sepoi-sepoi yang berembus membuat orang jadi merasa malas. Bram yang sudah sibuk seharian jadi merasa capek.
Dia mengeluarkan dua botol anggur yang difermentasi sendiri dari dalam tasnya untuk melepaskan rasa penatnya.
Tutup botolnya dibuka. Aroma anggur yang kuat segera memenuhi ruangan. Reyner menghirup aromanya dan menunjukkan raut wajah irinya.
"Mau minum bersama?" tawar Bram sambil tersenyum. Sepertinya, Reyner adalah seseorang yang menyukai anggur.
"Hehehe! Terima kasih Jenderal! Kalau begitu, aku juga tidak akan sungkan-sungkan lagi."
Dengan muka tebalnya, Reyner tersenyum dan menggosok tangannya. Dia segera mencari gelas yang besar dan menuangkan anggur tersebut ke dalamnya. Aroma asam dari anggur tersebut sudah menggelitik cacing yang ada di dalam perut Reyner.
Bram pun menasihatinya, "Anggur ini sangat keras. Jangan minum terlalu banyak!"
"Baik!"
Dari luar Reyner mengiakan, tapi hatinya berkata lain. Reyner memiliki tabiat yang santai. Dia memiliki teknik bela diri yang hebat dan toleransi yang tinggi terhadap alkohol.
Reyner masih terlihat biasa-biasa saja setelah menenggak anggur yang berkadar alkohol 50-60%. Anggur ini bisa semengerikan apa?
Reyner langsung menenggaknya. Lalu di detik berikutnya, wajah Reyner langsung berubah merah. Dia tersedak dan batuk dengan kuat. Air matanya sampai hampir keluar ….
Bram yang ada di samping, langsung tertawa terbahak-bahak.
"Jenderal! Anggur apa ini? Anggur ini keras sekali." Wajah Reyner kelihatan sangat kewalahan. Dia sudah pernah mencicipi berbagai jenis anggur. Akan tetapi, dia tidak pernah menenggak anggur sekeras ini.
Bram menghabiskan segelas anggur dan melihat pemandangan langit malam di luar jendela, "Ini adalah anggur ekspedisi dari West Ascent."
Reyner terkesima dan dengan senang berkata, "Inikah Windblast yang legendaris itu?"
Kabarnya, Windblast adalah anggur yang dibuat sendiri oleh Dewa Tentara. Anggur ini sangat kuat dan mampu membangkitkan semangat perjuangan.
Karena itulah, anggur ini juga dijuluki sebagai Anggur Dewa Tentara.
Anggur ini sudah lama ada. Akan tetapi yang bisa menikmatinya hanya ada segelintir orang selain prajurit yang berada di perbatasan West Ascent.
Reyner merasa sangat tersanjung.
"Ini memang anggur ekspedisi West Ascent, tapi kita lebih suka menyebutnya dengan sebutan lain …." Bram berdiri, matanya yang waspada memancarkan kebanggaan, "Darah Pria!"
"Angin barat berembus kuat, di bawah rembulan dengan embun yang membeku, sekelompok pasukan yang gagah melintas di jalan yang basah oleh Darah Pria."
Bram meneruskan perkataannya di saat mata Reyner terus memperhatikannya dengan penuh gejolak, "Pertama kali anggur ini masuk ke tenggorokan, kerongkongan terasa seperti terbakar. Rasa pahitnya seperti menembus jantung dan paru-paru, seperti pasir kuning yang bertiup kuat di West Ascent dan membuat kita kesulitan melangkah."
"Untuk kedua kalinya, rasa pahitnya akan menghilang dan digantikan oleh rasa manis yang kemudian menembus ke sumsum tulang yang dingin dan memberikan kesegaran, seperti kenangan manis dengan istrimu di kampung halaman yang asri."
"Untuk ketiga kalinya, rasa pahit dan rasa manis menghilang bersamaan dan hanya tersisa rasa anggur yang keras seperti membakar dadamu sehingga ambisi dan semangatmu bangkit. Hutan belantara di West Ascent bisa kamu taklukkan, lalu sungai dan pegunungan terasa seperti di bawah kakimu!"
Bram mengangkat gelasnya dan menyanyikan pujian terhadap anggur ini di bawah cahaya rembulan. Tubuh tegapnya seperti sebuah pedang tajam yang menembus awan.
Di dalam kobaran semangat terdapat realita yang tragis.
"Ada begitu banyak tulang-belulang prajurit setia di pegunungan hijau. Untuk apa memulangkan mereka untuk dikubur di kampung halaman?"
Inilah kharisma yang dimiliki oleh Dewa Tentara yang juga merupakan kobaran semangat dari pria West Ascent.
Begitu anggur tersebut melewati kerongkongan Reyner. Saat itu pula, mata Reyner langsung memerah. Dari postur dan sikap tubuh Bram, Reyner seperti bisa melihat pejuang pemberani di gurun gobi yang luas .
Sosok pria yang sudah menenggak anggur ini sebanyak tiga ratus kali. Menunggang kuda sambil membawa golok di tangan dan menghancurkan musuhnya.
Diterpa angin kencang barat, para pejuang ini memiliki tekad seperti baja ….
Saat merasakan kenikmatan puncak dari anggur tersebut, Bram berteriak dan mengacungkan pedang tajamnya. Di dalam kamar terdengar lirik nyanyian yang tidak asing di telinga,
"Kalau aku pamit dan tidak kembali lagi, apakah kamu bisa memahaminya? Apakah kamu bisa mengerti?"
"Kalau aku terjatuh dan tidak bisa bangkit lagi, akankah kamu terus menantikan kembalinya aku?"
Dengan suara terisak, Reyner pun ikut bernyanyi dengannya.
"Kalau mataku tidak bisa terbuka lagi, sanggupkah kamu memahami keheninganku?"
"Kalau aku tertidur dan tidak bisa bangun lagi, apakah kamu akan percaya bahwa aku sudah berubah menjadi bagian dari gunung?"
Sampai terakhir, mata yang penuh kewaspadaan itu sudah berubah merah. Suara nyanyian berubah menjadi teriakan serentak.
"Kalau seperti itu, kamu jangan merasa sedih. Cinta kita ada di bumi pertiwi."
"Kalau seperti itu, kamu jangan merasa sedih. Di bendera kita terdapat warna yang berasal dari darah kita!"
"Warna yang berasal dari darah kita."