Bab 8 Hancurkan 'Langitnya'
Chelsea menggertakkan giginya. Dia kesal sekali pada Bram, si tamu yang tidak diundang ini.
Sebaliknya, Martin malah jadi semakin bersemangat. Dia pun tertawa terbahak-bahak, "Bagus sekali Nak! Mari! Minum sepuasnya dengan Ayahmu ini."
"Ayah, aku bersulang untukmu."
Bram cuek saja. Dia minum-minum dan menikmati daging lezat bersama dengan Martin. Bukankah ini sangat menyenangkan?
Bram sama sekali tidak menganggap keberadaan calon adik iparnya, Andreas. Hal ini membuat wajah Andreas berubah menjadi lebih masam.
Saat itu, Chelsea menarik tangan Andreas dan dengan lembut berkata, "Kamu adalah menantu Keluarga Lewis. Jangan menganggap perkataan ayahku terlalu serius!"
Maksud perkataannya adalah, meskipun Martin menyukai Bram, Martin tidak bisa melakukan apa pun.
Pria yang berhasil memenangkan hati Chelsea tetap adalah Andreas, bukan?
Andreas langsung merasa jauh lebih baik. Dia tersenyum dan berkata, "Mana mungkin! Ayah memang selalu begitu ketika berbicara. Aku juga sudah terbiasa."
Namun, Andreas diam-diam melirik ke arah Bram sambil menyeringai licik.
Andreas tidak akan berani melawan Martin, tapi kalau Bram ….
'Berani sekali mempermalukanku! Lihat saja! Hari ini aku akan menghajar wajahmu sampai babak belur!'
Setelah makan dan minum sepuasnya, para tamu datang untuk bersulang dengan Andreas. Mereka mencoba untuk memenangkan simpati dari sosok calon pengantin pria yang memiliki latar belakang lumayan hebat ini.
Andreas juga merasa sangat bangga. Baik untuk urusan mencari pekerjaan, meminjam uang, sampai masalah yang berhubungan dengan pemerintahan. Andreas bersedia untuk memberikan bantuannya. Hal ini membuat semua orang memujinya. Sungguh mengagumkan sekali!
Chelsea ikut merasa bangga dan bersemangat. Rasanya sangat menyenangkan sekali. Untung saja waktu itu dia tidak buta dan menikah dengan si Miskin Bram.
Kalau tidak, dia tidak mungkin bisa merasakan kegemilangan yang sekarang dirasakannya.
Tepat di saat itu, Kelly yang merasa tidak puas, tiba-tiba mengatakan, "Andreas, kamu memiliki perusahaan dan bisnis yang besar. Kamu pasti membutuhkan sosok yang bisa kamu percayai, bukan?"
"Bram baru kembali setelah mengundurkan diri dari kemiliteran. Untuk sementara ini, dia masih belum memiliki pekerjaan. Bagaimana kalau kamu mencarikan pekerjaan untuknya?"
Kelly mengatakannya dengan sangat sungkan. Tangannya yang berkerut, gemetar saat dia mengangkat gelas anggurnya, lalu berkata, "Andreas, sejak kamu dan Chelsea berhubungan, aku tidak pernah meminta apa pun darimu. Hari ini, Bibi memohon agar kamu membantu Bibi untuk mengaturkan pekerjaan untuk Bram. Bagaimana?"
Kelly melakukannya karena dia mengkhawatirkan Bram.
Di dalam hatinya, Bram merasakan kepedihan yang amat sangat.
Kasih ibu kepada anak-anaknya tak terhingga sepanjang. Tidak peduli mau di usia berapa pun anak-anaknya, di dalam hati seorang ibu, mereka tetap masih anak-anak.
Ibu akan selalu berhati-hati dalam bertindak dan tidak pernah meminta balasan apa pun.
"Ibu! Tidak usah!" Bram pun menghentikan Kelly.
'Sekarang, putramu sudah menjadi Dewa Tentara yang namanya tersohor sampai ke seluruh penjuru. Putramu tidak perlu menundukkan kepalanya kepada siapa pun.'
'Termasuk pada Keluarga Utomo yang ada di Kota Kotoa!'
Andreas juga segera menahan Kelly. Sebelum dia sempat berbicara, Chelsea yang ada di samping sudah tidak tahan lagi dan tidak sabar mengatakan, "Ibu, bisa tidak kamu jangan membuat masalah?"
"Perusahaan Andreas bukan yayasan sosial. Setiap jabatan dan posisi di tempat itu harus diisi oleh orang-orang yang memang ahli dalam bidang tersebut. Mereka harus melewati seleksi yang ketat untuk mendapatkannya. Bram tidak mengenyam pendidikan tinggi dan tidak memiliki kemampuan. Apa dia pergi ke sana supaya bisa mendapatkan gaji buta?"
"Kalau karyawan yang lain mengetahuinya, bagaimana mereka akan menilai Andreas?"
Martin meletakkan sendoknya dan dengan tidak senang berkata, "Ada apa? Belum menikah sudah berani berbicara kasar pada ibumu? Apa kamu pikir kamu sudah hebat?"
Wajah Chelsea kelihatan sedih, "Ayah, kenapa kamu selalu memihak Bram …?"
"Sudahlah! Sudahlah!" Saat itu, Andreas bangkit dan segera mencairkan ketegangan. Dia tertawa dan berkata, "Ayah, Ibu, yang dikatakan Chelsea memang benar. Perusahaanku memiliki tuntutan yang tinggi terhadap kemampuan dan profesionalitas. Memang sulit menemukan posisi yang tepat untuk Bram."
"Tapi karena Ibu sudah mengatakannya, aku pasti akan mengusahakannya."
Kelly terlihat sangat gembira. Sementara, Andreas malah terlihat seperti sedang berpikir keras. Selanjutnya, dia tersenyum pada Bram, "Begini, perusahaan kami masih membutuhkan seorang ahli kebersihan untuk mengurus toilet perusahaan. Aku rasa posisi itu sangat cocok untukmu. Bagaimana kalau kamu mempertimbangkannya?"
"Tugas hariannya mencakup mengepel lantai, menggosok dan membersihkan toilet. Pekerjaan yang sangat mudah dikerjakan."
Sorot mata Bram langsung berubah dingin.
"Kurang ajar!!!"
Martin langsung bangkit, lalu memaki Andreas, "Bocah tengik, kamu menyuruh putraku untuk membersihkan toiletmu? Apa yang ada dalam pikiranmu?"
"Aih! Ayah jangan bilang begitu. Tidak ada yang namanya pekerjaan hina atau pekerjaan terpandang. Ayah sudah terlalu berlebihan." Andreas merasa sangat bangga. Dia tertawa terbahak-bahak, lalu mengangkat gelas yang ada di tangannya, "Begini, aku akan bersulang untukmu. Ayah jangan marah lagi …."
"Plak!!!"
Martin langsung menepis gelas tersebut, "Siapa yang kamu panggil Ayah? Pergi kamu! Pergi!!!"
"Aku tidak sudi memiliki menantu seperti dirimu. Jauhi putriku!!!"
Wajah Andreas langsung berubah masam. Orang-orang yang ada di sekeliling tempat itu juga gugup dan mulai ribut.
"Ayah! Kamu keterlaluan sekali! Atas dasar apa kamu memperlakukan Andreas seperti ini?" Chelsea tidak sanggup menahan amarahnya dan menghapus air matanya. Dengan sangat sedih Chelsea berkata, "Bagaimana kehidupan kita selama beberapa tahun ini? Kalau bukan Andreas diam-diam menyokong kita secara finansial, kita sudah lama mati kelaparan. Kenapa Ayah bersikap seperti ini padanya?"
"Lalu Bram, kita sudah merawatnya sampai besar. Dia malah meninggalkan rumah tanpa pamit. Sudah 10 tahun! Bram sama sekali tidak memberikan kabar apa pun." Chelsea dengan kesal menunjuk Bram dan melampiaskan kekesalannya, "Kontribusi apa yang pernah dia berikan untuk keluarga kita? Apakah dia pernah menafkahi keluarga ini?"
"Atas dasar apa dia bisa dibandingkan dengan Andreas?"
Bram mengerutkan dahinya, lalu berkata, "Sebelum aku pergi, aku meninggalkan sebuah sertifikat tanah, bukan?"
"Tanah itu luasnya berhektar-hektar dan dikembangkan menjadi wilayah perkantoran. Kalian tidak perlu melakukan apa pun karena biaya sewa tiap tahunnya bisa mencapai 4-6 miliar."
Tanah itu adalah tanah yang sengaja diberikan Bram untuk Keluarga Lewis. Atau lebih tepatnya, tanah itu adalah tanah yang dimintanya dari Keluarga Utomo yang ada di Kota Kotoa untuk diberikan pada Martin. Sehingga masa depan Martin dan keluarganya bisa terjamin.
Sebelumnya, Bram sempat curiga kenapa setelah dia meninggalkan hadiah sebesar itu, Keluarga Lewis masih tinggal di rumah ini selama 10 tahun dan menggunakan peralatan yang sudah usang.
Dia kira orang-orang Keluarga Lewis merasa sayang dan tidak suka foya-foya. Namun, kalau diperhatikan lagi, sepertinya bukan seperti itu ….
"Hahaha! Bram, kamu masih berani mengungkit sertifikat tanah itu!" Setelah mendengarnya, Chelsea langsung mendengus dingin, "Kalau bukan karena tanah itu, keluarga kita tidak mungkin bisa tertimpa musibah besar!"
Raut wajah Martin langsung berubah, "Diam!!! Jangan bicara lagi!!!"
"Kenapa tidak boleh bicara? Aku akan mengatakannya …." Chelsea jadi berang dan berteriak marah, "Karena tanah itu, Ayah menjadi bulan-bulanan Brandon Mahasi dari Kamar Dagang Universal."
"Bajingan kejam itu sangat sadis dan tidak bermoral! Siapa yang berani menentangnya di Kota Jarlin ini? Mereka bukan hanya merebut sertifikat tanah itu, mereka bahkan mematahkan salah satu kaki Ayah."
"Sekarang kaki kanan Ayah sudah dipasang besi. Setiap kali langit mendung dan akan hujan, Ayah merasa sangat menderita. Kamu tahu tidak?"
'Duar!!!'
Benak Bram langsung kosong. Dia pun langsung bangkit.
Tempat itu juga berubah menjadi sangat hening. Hanya Andreas yang menikmati cerita kemalangan ini. Dia senang sekali saat Bram dipermalukan.
Kelly diam-diam menghapus air matanya, lalu Martin seperti berusaha menghindar. Kaki kanannya juga dimundurkan. Martin tersenyum, "Jangan dengarkan omong kosong gadis bodoh ini! Ini hanya luka kecil. Cepat atau lambat, luka ini juga akan sembuh!"
"Aku juga adalah mantan prajurit pengintai. Mana mungkin pemuda-pemuda itu bisa melukaiku? Hahahaha! Kondisi mereka jauh lebih buruk!"
Bram terdiam membisu. Dia berlutut dengan satu kaki, lalu menarik kaki kanan Martin. Terdapat sebuah bekas luka mencolok sepanjang 10 cm lebih. Tekstur plat baja yang tertanam di dalam juga terlihat jelas.
Bram menekannya, "Sakit?"