Bab 10 Hembusan Kuat Angin Barat, Darah Seorang Pria
Petang hari telah tiba. Lampu-lampu menerangi rumah-rumah di Kota Jarlin. Jalanan juga dipadati oleh kendaraan.
Bram duduk di bagian belakang mobil Lincoln yang luas sambil menyeduh teh. Gerakannya seperti sudah sangat terbiasa. Aroma tehnya menyebar ke mana-mana.
Akan tetapi, sepasang matanya terlihat seperti pisau yang sangat dingin.
Berkat 'Racun Datura' dari pertempuran Kuil dari Barat, setiap kali dia merasakan gejolak emosi yang kuat, Bram akan kambuh dan menjadi gila.
Tindakan Brandon Mahasi dari Kamar Dagang Universal yang mematahkan kaki ayah angkatnya, Martin, sudah membuat amarahnya naik. Sepanjang perjalanan ini, Bram sudah berusaha keras menahan emosinya.
Setidaknya menikmati teh bisa membuat suasana hati Bram sedikit lebih tenang.
"Kamar Dagang Universal yang dulunya dikenal sebagai Geng Universal awalnya hanyalah organisasi kecil yang jumlah anggotanya mencapai puluhan orang. Setelah itu, di bawah tangan Brandon, organisasi itu membongkar dan merelokasi penduduk secara paksa. Tempat yang berhasil direbut kemudian dijadikan kasino. Organisasi juga memberikan kredit pinjaman berbunga tinggi. Tidak ada tindakan kriminal yang tidak dilakukan olehnya. Sekarang, dia memiliki 3 perusahaan properti, 2 pemandian umum, perkantoran, tempat karaoke, KTV yang jumlahnya tak terhitung lagi …. Jumlah aset yang dia miliki sudah lebih dari 6 triliun rupiah."
Mendengar penjelasan dari Reyner, Bram mendongak dan melihat gedung Kamar Dagang Universal setinggi 30-an tingkat yang berdiri tegak di hadapannya. Bram lantas tersenyum sinis, "Memang kaya sekali, ya!"
Akan tetapi, gedung ini dibangun dari hasil pemerasan terhadap jerih payah ayah angkatnya, Martin dan masyarakat di sana.
Jelas ini adalah sebuah tindakan penindasan.
Reyner memarkir mobil tersebut, lalu menambahkan, "Sekarang, sebagai Ketua Kamar Dagang Universal, Brandon memiliki 3000 bawahan. Kekuasaan mereka juga mencakup beberapa wilayah di sekeliling kota. Dia seperti seorang tiran di Kota Jarlin ini."
"Lalu kabarnya, ada sosok yang sangat berkuasa di provinsi kota di belakang Brandon. Bahkan orang-orang dari ibu kota provinsi juga harus memberinya muka. Sosok itu seperti sudah berada di atas langit."
"Hanya satu hal yang ingin kutanyakan."
Bram melambaikan tangannya dengan tenang. Nada bicaranya sangat sombong dan tidak berperasaan. Dia sepertinya tidak tertarik pada semua hal itu.
"Kamu butuh waktu berapa lama untuk membinasakan Kamar Dagang Universal?"
Reyner berbalik dan mengangkat tiga jari-jemarinya.
"Tiga hari?" tanya Bram sambil mengernyit.
"Tiga menit," jawab Reyner dengan cepat.
"Turun!"
Bram langsung menenggak habis teh yang ada di dalam cangkirnya, lalu dengan gagah berkata, "Berada di atas langit, ya? Kalau begitu, aku akan menghancurkan langitnya."
Di seluruh Negara Dorilia ini, siapa yang berani menyebut diri mereka adalah 'Langit' di hadapan Dewa Tentara?
Berani sekali menyentuh orang-orang yang dikasihinya. Meskipun dewa yang datang, dewa itu juga harus berlutut dan meminta pengampunan darinya.
Saat ini, di dalam ruang CEO Kamar Dagang Universal yang berada di puncak tertinggi.
Seorang pria berusia 40-an tahun sedang mengisap cerutunya. Wajahnya sangat besar dan dia sedang berbicara di telepon dengan nada yang sangat angkuh, "Ketua, aku sepertinya masih harus merepotkanmu untuk urusan persetujuan tanah yang berada di wilayah utara kota. Aku sedang berusaha untuk memberikan tambahan 400 miliar untuk membangun dua unit gedung apartemen. Tahun depan, begitu tempat itu diresmikan, nilainya bisa mencapai triliunan. Hahaha …."
"Apa? Ganti rugi bongkar? Hahaha! Jangan panik! Meskipun kita tidak memberikan biaya ganti rugi kepada orang-orang udik itu selama 10 tahun, mereka tidak akan berani mengatakan apa pun."
"Siapa yang berani melawan akan dihajar! Kalau tetap bersikeras juga, serang saja keluarganya. Kamar Dagang Universal memiliki ribuan bawahan. Aku memiliki banyak cara untuk membuat mereka semua memohon kematian mereka. Memohon agar kita segera bergerak."
"Latar belakang? Orang-orang udik itu bisa punya latar belakang apa? Sepuluh tahun yang lalu, ada seorang pria yang mengaku kalau dirinya adalah seorang prajurit pengintai dan memberikan perlawanan keras. Dia sampai melukai 8 bawahan aku. Akhirnya, aku mematahkan kakinya dan membuangnya ke dalam got. Dia berada di dalam got selama satu hari satu malam. Sudah sepuluh tahun. Sampai sekarang dia tidak berani melakukan apa pun."
"Tenang saja! Tenang saja! Asalkan kita berdua bekerja sama, kita pasti bisa menghasilkan banyak uang. Kalau begitu, aku akan menunggu kabar baik dari Ketua."
Brandon tertawa aneh sebelum mematikan panggilan telepon itu.
Dia menggigit cerutunya dan berjalan ke depan jendela melihat pemandangan lalu lintas dan kelap-kelip lampu dari Kota Jarlin.
Sekarang, dia merasa seperti seorang raja yang sangat berkuasa di kegelapan malam ini. Tidak ada hal yang mustahil baginya.
Cepat atau lambat, seisi kota ini akan berada di bawah kekuasaannya, lalu dia akan berubah menjadi sosok yang diagungkan.
Di dalam hatinya, Brandon merasa sangat bersemangat. Darahnya sampai berdesir ….
"Brak!"
Tepat di saat itu, pintu ruang kantornya tiba-tiba ditendang sampai terbuka. Dua orang pria tiba-tiba berjalan masuk dan merusak mimpi indah Brandon.
Kejadian mendadak ini membuat Brandon terkejut sekali. Dia langsung mengangkat kepalanya untuk melihat mereka. Seorang pemuda yang terlihat sangat tenang sudah melangkah masuk. Di belakangnya ada seorang pemuda yang berdiri dengan tegak dan mengikutinya dengan sangat sopan.
Mereka adalah Bram dan Reyner.
Brandon langsung marah, "Siapa kalian? Siapa yang sudah mengizinkan kalian masuk?"
"Dasar sampah! Apa kalian pikir kalian boleh sembarangan masuk ke tempat ini? Apa kalian tidak tahu tentang aturan? Keluar kalian!!!"
Reyner langsung menerjangnya. Wajahnya kelihatan sangat menakutkan, "Bersikap lancang di hadapan Jenderal! Cari mati!"
"Buk!!!"
Sebelum Brandon bereaksi, Reyner sudah melayangkan tendangan ke arah perut bongsor Brandon. Brandon terpental seperti bola meriam dan menabrak meja kerja yang ada di belakangnya sehingga tempat itu menjadi sangat berantakan dan mengeluarkan suara yang sangat bising.
"Kamu! Kurang aj …."
Sebelum Brandon menyelesaikan perkataannya, Reyner mengambil asbak rokok lalu melemparkannya setelah membidik kepala Brandon. Kepala Brandon langsung berdarah. Rasa sakitnya langsung membuat Brandon mengaduh kesakitan seperti hewan yang sedang disembelih. Kondisinya benar-benar mengenaskan.
Brandon merasa sudah hampir gila. Dia adalah Ketua dari Kamar Dagang Universal yang sangat berkuasa di Kota Jarlin. Semua orang sampai memperlakukannya seperti seorang dewa ke mana pun dia pergi.
Sekarang ada dua bocah tengik yang sudah memasuki wilayah kekuasaannya, lalu menghajarnya sampai babak belur.
"Kalian … siapa kalian? Berani sekali kalian menyentuhku. Kalian tahu tidak aku ini siapa?" Brandon membersihkan darahnya dan terlihat sangat berang.
"Plak!!!"
Reyner membalasnya dengan sebuah tamparan yang sangat keras, lalu dengan dingin menambahkan, "Jaga sikapmu! Kamu harus menggunakan kata 'Kamu' saat menyapa Jenderal."
"..."
Brandon terbengong. Dia mengangkat kepalanya dan memperhatikan Bram dengan saksama. Dia melihat ada pemuda berwajah dingin dengan pakaian yang terlihat sederhana sedang berjalan-jalan melihat kantornya, lalu mengambil makanan ikan dan memberi makan ikan arwana yang ada di dalam aquarium.
Dia terlihat sangat santai seperti berada di rumah sendiri.
"Waktumu masih tersisa 3 menit. Siapkanlah wasiatmu! Setelah itu, pilih sendiri tanah pemakamanmu."
Bram bahkan tidak melihat wajah Brandon. Setelah dia mengatakan kalimat tersebut, Bram mengeluarkan sebuah jam dan menyetel hitungan mundur.
'Ini … ada apa ini? Aneh sekali!'
Brandon tidak pernah merasakan penghinaan seperti ini. Dia pun berteriak marah dan membentak, "Sialan!!! Kamu pikir siapa kamu? Beraninya kamu mengancamku. Aku akan menghabisimu sekarang juga."
Ketika Reyner sudah berhenti, Brandon segera mengeluarkan alat komunikasi dari laci mejanya, lalu berteriak dengan sekuat tenaga, "Pengawal! Ke mana kalian semuanya? Musuh sudah datang menyerang."
"Wiiiyuuu … wiiiyuuu."
"Buk! Buk! Buk!"
Belum satu menit, suara sirine alarm langsung terdengar. Setelah itu, ada 30-an algojo garang yang menerobos masuk ke tempat itu. Mereka membawa tongkat dan golok, lalu mengumpat dengan kasar dan terlihat sangat arogan.
"Hahahaha! Bocah-bocah tengik, kematian sebentar lagi akan menjemput kalian. Kalian jago berkelahi, bukan? Apa kalian sanggup mengalahkan puluhan orang sekaligus?"
Brandon meludahkan darah yang ada di dalam mulutnya. Setelah itu, dengan sangat lantang dia berteriak, "Berlututlah! Setelah itu, bersujud dan minta maaf, lalu tampar wajah kalian sebanyak dua kali. Aku akan membiarkan mayat kalian dalam keadaan utuh. Kalau tidak …."
"Plak!!!"
Bram mengerutkan dahinya, lalu melayangkan sebuah tamparan di wajah Brandon. Tenaganya benar-benar dahsyat. Tiga gigi Brandon langsung rontok.
"Sialan!!! Ketika aku sedang berbicara, kamu dengarkan saja baik-baik. Paham?"
Brandon marah besar sampai tubuhnya gemetar hebat. Dia pun membentak, "Habisi dua manusia berengsek ini!!!"
Para preman bawahan Brandon langsung menyerang dengan ganas.
"Buk!!!"
"Dor! Dor! Dor!!!"
Tepat di saat itu, tiba-tiba terdengar suara dentuman pistol. Para preman itu sontak kaget. Mata mereka melotot tidak percaya ….
Darah segar mengalir pada betis tiga preman yang maju duluan. Rasa sakitnya membuat mereka semua berguling di tanah.
Lalu tidak jauh dari sana, salah satu tangan Reyner memegang pistol. Wajahnya terlihat sangat dingin dan memancarkan hawa pembunuh yang sangat kuat.
"Maju selangkah lagi, otak kalian yang akan berceceran. Coba saja kalau tidak percaya!"
"Shhh!"
Suara tarikan napas panjang langsung terdengar. Hati semua orang yang ada di sana seperti akan melompat keluar. Termasuk Brandon.
'Melukai orang dengan pistol?'
'Sialan!!! Siapa sebenarnya mereka?'
Tempat itu berubah menjadi sangat hening.
"Tuk tuk tuk …."
Bram terlihat sangat tenang dan mengetuk meja dengan ringan. Dia melihat ke arah Brandon. Suara terdengar sangat santai, tapi membuat jantung seperti akan melompat keluar.
"Kamu masih memiliki sisa waktu 2 menit 17 detik. Apa kamu sudah memikirkan isi wasiatmu?"