Bab 3 Hadiah 200 Miliar
Arini berbalik, ekspresi kejamnya langsung berubah menjadi senyum ramah saat dia berjalan ke arah Veronika. "Kamu Veronika?"
Veronika tak menyukai Marcel, dan dia tidak merasakan apa pun terhadap Arini. Tetap saja, dia bertanya dengan sopan, "Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda, Nyonya?"
Senyum Arini melebar menjadi seringai ceria mendengar kata 'nyonya'. "Rupamu hanyalah rata-rata, tetapi tutur katamu cukup halus."
Veronika terlahir dengan kulit putih, jadi dia berusaha keras menggelapkan kulitnya, menebalkan alisnya dengan riasan, dan menambahkan banyak bintik di wajahnya. Hasilnya, dia memang terlihat kurang menarik pada pandangan pertama.
Arini meraih tangan Veronika dengan penuh kasih, berkata, “Nona, saya ini sudah tua, dan saya sangat mendambakan cicit. Saya sudah melihat latar belakangmu, jadi saya tahu orang tuamu sedang dirawat di rumah sakit. Kamu itu anak baik yang bekerja paruh waktu setelah bekerja untuk mendapatkan uang tambahan guna menghidupi keluargamu. Selama kamu bersedia melahirkan anak untuk keluarga kami, saya akan menyetujui persyaratan apa pun yang kamu mau.”
Mata Veronika terbelalak, dia melepaskan tangan Arini seakan-akan dia tersengat listrik. “Tidak, tidak, tidak, Nyonya. Saya tahu Anda menginginkan cicit, tetapi ini merupakan masalah keluarga kalian. Saya sama sekali tidak ada hubungannya dengan ini." Kamu bercanda? Ini agak buru-buru. Jangan bilang saya harus melahirkan anak untuk Keluarga Kusuma hanya karena saya tidur dengan Marcel. Memangnya saya siapa, hah?
Sementara itu, Tiara tiba di Restoran Hilton, tetapi tak sampai setengah jam setelah dia tiba, Marcel muncul.
"Maaf membuatmu menunggu."
Marcel mendekat, memakai kemeja hitam yang dipadankan dengan jas bergaris abu-abu keperakan dan putih. Dengan wajah tampannya yang tiada tara, pesona menggoda terpancar darinya hanya dengan sedikit sunggingan di bibir tipisnya, menyebabkan jantung Tiara berdebar kencang dan matanya sedikit berkaca-kaca.
Sebelumnya, Tiara pernah melihat Marcel di TV. Namun, saat ini, dia merasa bahwa pria berdada bidang dan bertubuh ramping di hadapannya ini memancarkan aura agung pangeran bangsawan dari setiap pori-pori tubuhnya sambil menebarkan getaran dingin yang akan menjauhkan orang lain. Menahan diri meskipun jantungnya berdebar, Tiara berdiri dan mengangguk dengan lembut. “Itu bukan masalah, Tuan Muda Marcel. Kamu sudah tepat waktu, sayalah yang datang terlalu awal.”
Duduk di seberang Tiara, Marcel meliriknya sebelum menarik pandangannya. “Kamu mau makan apa?” Tiara berias tipis hari ini dan mengenakan gaun terbaru dari Dior, dipasangkan dengan anting-anting dan kalung edisi terbatas Gucci. Dia terlihat sangat cantik, tetapi Marcel, yang sudah terbiasa melihat segala jenis wanita cantik, menganggap kecantikan "materialistis" seperti itu hambar.
“Silakan pesan apa pun yang kamu mau, Tuan Muda Marcel. Saya tidak masalah dipesankan apa saja.”
"Oke." Marcel menekan tombol panggil di atas meja.
Seorang pelayan segera memasuki ruang pribadi itu, yang kemudian Marcel memesan dua porsi set makan siang paling mahal di restoran itu serta sebotol anggur merah. Duduk menyilangkan kaki sambil bersandar di kursinya, dia menatap Tiara dengan tatapan tajam, bertanya, “Karena kamu putri pemilik Grup Lukito, kenapa kamu ada di pinggiran kota saat itu?” Dia sudah melakukan pemeriksaan latar belakang Tiara dan mengetahui tentang latar belakang keluarganya setelah kembali ke kantornya.
Hati Tiara langsung mencelus. Mengepalkan tangannya dengan gelisah sambil tersenyum getir, dia menjawab, “Sejujurnya, saya mengantar makanan saat itu karena papa saya mau saya melihat dunia. Beliau ingin melihat apa saya bisa menanggung kesulitan untuk memutuskan pengambilalihan perusahaannya”
Dia sudah menyiapkan kata-kata ini sejak lama. Kembali saat Marcel meminta untuk bertemu dengannya seminggu kemudian, dia sudah memberi tahu orang tuanya tentang situasinya. Setelah mengira Marcel akan mengajukan pertanyaan seperti itu, mereka berusaha keras untuk mengetahui lokasi kecelakaan mobil itu terjadi dan apa yang sudah dilakukan Veronika dengan meminta seseorang memeriksa rekaman pengawasan Veronika yang mengantar Marcel ke rumah sakit tempo hari. Untuk menghindari kecurigaan, Tiara benar-benar mengantar makanan selama seminggu, belum lagi banyak keluhan yang dia derita selama itu.
Marcel cukup setuju dengan cara Frans Lukito. “Ide papamu itu bagus juga. Itu hal yang baik untuk melihat dunia.”
"Ya, saya rasa apa yang dilakukan papa saya juga hebat."
“Tolong kasih saya nomor rekeningmu. Saya akan meminta departemen keuangan mengirimkan 200 miliar kepadamu besok.”
Tiara tak paham maksud Marcel yang membicarakan uang secara tiba-tiba. "Apa?"
“Kamu mempertaruhkan nyawamu demi menyelamatkan saya hari itu. Uang itu adalah kompensasimu.”