Bab 4 Menyamar sebagai Pacar Marcel
"T-Tidak, itu tidak perlu." Hadiah 200 miliar memang menggiurkan, tetapi Tiara sebenarnya mendambakan Marcel. Tiara menggelengkan kepalanya sambil tersenyum lembut, berkata, “Bahkan seandainya itu orang lain yang dalam bahaya saat itu, saya akan menyelamatkannya juga. Selain itu, tak ada seorang pun yang seharusnya hanya menonton dan tidak melakukan apa-apa dalam situasi seperti itu.”
Marcel menjawab, “Jika kamu tidak mau kompensasi itu, kamu bisa kasih tahu papamu untuk menghubungi sekretaris pribadi saya secara langsung. Saya akan memberikan preferensi kepada Grup Lukito mengenai proyek perusahaan saya.” Grup Lukito merupakan perusahaan milik ayah Tiara.
Senyum sopan yang dibuat-buat tersungging dari wajah cantik Tiara. “Terima kasih atas kebaikanmu, Tuan Muda Marcel, tetapi sebenarnya semua itu tidak perlu.”
Namun, begitu Tiara selesai berkata, ponsel Marcel tiba-tiba berdering. "Permisi, saya harus menjawab telepon." Dia mengangkat ponselnya dan mendapati itu adalah panggilan dari Tommy, sekretaris pribadinya. Dia bertanya, "Ada apa?"
“Maafkan ketidakmampuan saya, Tuan Muda Marcel. Saya tidak bisa melakukan apa yang Tuan minta dari saya. Nyonya Besar Kusuma telah membawa Nona Veronika kembali ke Kediaman Kusuma,” jawab Tommy, yang kemudian mengabarkan Marcel semua yang terjadi melalui telepon.
"Kenapa Oma tiba-tiba ada di sana?"
“Saya juga tidak tahu mengenai hal itu.” Tommy juga bertanya-tanya kenapa Arini bisa mendapat banyak informasi seperti itu. Memikirkan hal ini, Tommy segera menambahkan, "Tetapi menilai dari yang beliau katakan, sepertinya beliau ingin Anda menikahi Nona Veronika."
Marcel mengerutkan kening mendengar kata-kata Tommy. Dia menjawab dengan dingin, "Itu cuma mimpi." Kemudian, dia menutup telepon dan menatap layar ponselnya dengan serius.
Di sisi lain, jantung Tiara terus berdegup kencang saat melihat wajah tampan Marcel yang duduk di seberangnya. Butuh waktu lama untuk menenangkan jantungnya yang berdebar-debar. Sebelum Tiara datang ke sini, Rania sudah mengingatkannya berulang kali untuk jual mahal dengan Marcel agar membangkitkan minat pria itu. Mengingat nasihat ibunya, dia mengambil kesempatan itu dan berkata, "Tuan Muda Marcel, saya senang melihatmu sehat walafiat."
"Senang?"
"Iya." Tiara mengangguk sedikit sambil bertingkah seperti gadis lugu dan naif. “Sebenarnya, setiap kali saya menolong seseorang, saya akan merasa sedikit senang.” Dia terdengar seakan-akan dia suka membantu orang dan sudah melakukannya berulang kali.
Di dalam lingkaran kelas atas Sekartalun, Tiara merupakan gadis tercantik yang dipuji oleh semua orang karena kecantikan dan bakatnya. Meskipun Keluarga Lukito berada di peringkat bawah daftar pengusaha papan atas dan tokoh terkemuka di Sekartalun, karisma Tiara sendiri sudah membawa banyak bisnis ke dalam keluarga.
Saat itu, pelayan mengetuk pintu dan mulai menyuguhkan makanan.
Tiara berkata, “Silakan dinikmati, Tuan Muda Marcel. Saya benar-benar minta maaf, tetapi saya harus pergi ke panti asuhan di pinggiran kota jam 13:30. Kalau saya terlambat, anak-anak di sana akan kecewa.” Hanya Tuhan yang tahu bahwa untuk membangun citra baik Tiara, orang tuanya tak hanya memaksanya mempelajari berbagai hal sejak usia dini, tetapi juga memintanya melakukan lebih banyak pekerjaan amal untuk menciptakan citra yang sempurna untuk dirinya sendiri. Namun kali ini, Tiara mengatakan bahwa dia akan pergi ke panti asuhan untuk menunjukkan Marcel "sifat baiknya" sambil jual mahal untuk mendapatkan pria itu.
Tak dapat disangkal, Tiara merupakan wanita yang "baik", tetapi Marcel tak dapat menahan perasaan bahwa wanita di hadapannya ini tidak sesederhana kelihatannya. Tiba-tiba mengingat kata-kata Tommy, dia langsung bertanya, "Nona Tiara, karena kamu sangat suka membantu orang lain, saya ingin tahu apa kamu mau membantu saya lagi."
"Hah? Apa itu?"
"Maukah kamu berpura-pura menjadi pacar saya?"
"Pacar?" Jantung Tiara berdebar kencang, dia dilanda keterkejutan yang tak terduga. Sepertinya saran mamanya untuk jual mahal benar-benar berhasil! Menelan banyak ludah, dia memegang sendok dan garpunya dengan anggun selama beberapa detik sebelum meletakkannya. Kemudian, dia bertanya dengan sedikit kesal, "Maksudmu apa, Tuan Muda Marcel?"
Marcel menjawab, “Keluarga saya sudah mengatur pernikahan untuk saya, tetapi saya tidak menyukainya, jadi saya mau kamu berpura-pura menjadi pacar saya. Kamu bisa minta apa saja yang kamu mau kalau sudah selesai.”
“Kenapa saya?” Tiara bertanya sambil berpura-pura tenang namun menekan kegembiraannya di dalam.
Marcel meliriknya dengan acuh. "Kamu juga bisa menolak saya," katanya tanpa ekspresi.
“Saya …” Tiara ragu-ragu. Pada akhirnya, dia tak kuasa menahan diri. "Nah, karena kamu sudah memintanya, Tuan Muda Marcel, bagaimana saya bisa menolakmu?" Dia bermimpi menjadi istri Marcel. Sekarang dia memiliki kesempatan untuk berdiri di samping pria itu, dia takut tak akan ada kesempatan lain kalau dia menolaknya.
Tanpa sepengetahuan Tiara, begitu dia menyetujui permintaan Marcel, bibir tipis Marcel melengkung menjadi seringai yang nyaris tak terlihat. Seperti yang diduga, dia tak ada bedanya dari wanita-wanita yang sudah menyerahkan diri pada saya, pikirnya. Dia bahkan penasaran, Tiara yang menyelamatkannya hari itu apakah hanya kebetulan atau malah skema yang sudah direncanakannya matang-matang.