Bab 12 Benar-Benar Hamil
Veronika menjawab panggilan itu dan mendengar kata-kata hangat si wanita tua. Arini mengatakan kepadanya jika sesuatu terjadi padanya, dia harus menelepon Arini. Arini kemudian menutup telepon setelah dia mendengar jawaban ya dari Veronika.
"Hentikan mobilnya!" Veronika berteriak setelah mengakhiri panggilan.
Memelototi Veronika, Marcel mengulurkan tangannya dan meraih rahang Veronika sebelum membuat wajah Veronika menatap ke arahnya. "Apa? Kamu merasa kalau kamu seseorang hanya karena kamu mendapat dukungan Oma?"
"Bukan begitu." Veronika melepaskan tangan Marcel dan tak lagi bersikap senang. “Meskipun kamu itu kaya dan tampan, Marcel, tidak semua wanita mau menikah denganmu, jadi kamu tidak perlu begitu sombong. Apa yang terjadi kali ini cuma kecelakaan. Saya paham kalau kamu tidak mau saya hamil, tetapi saya juga tidak punya keinginan untuk melahirkan anakmu. Dua bulan kemudian, saya akan diperiksa di rumah sakit, dan kamu bisa meminta Tommy mengikuti saya. Kalau hasilnya saya hamil, kita bisa memilih aborsi, memutuskan hubungan apa pun yang ada di antara kita.”
Melihat sikapnya yang serius, Marcel menyeringai. "Kamu pikir saya akan percaya?" Lagi pula, bagaimana dia bisa memercayai wanita jago akting seperti dia?
"Semua terserah padamu, tetapi itu pilihan terbaik, kan?" Veronika dengan percaya diri tersenyum.
Senyum cerahnya agak membuat Marcel jijik. "Hentikan mobilnya!"
Dengan begitu, sedan itu berhenti. Veronika dengan sopan mengucapkan selamat tinggal. "Selamat tinggal." Setelah itu, dia membuka pintu mobil sebelum membanting untuk menutupnya dan pergi. Bantingannya yang kuat membuat mobil itu berayun.
Sementara itu, di dalam mobil ada Marcel yang menggosok dahinya, terganggu oleh betapa merepotkannya Veronika. "Perhatikan baik-baik panggilan teleponnya dan suruh seseorang mengawasinya."
"Baik, Tuan Muda Marcel," jawab Tommy tanpa menanyai bosnya. Setelah bekerja untuk Marcel selama bertahun-tahun, dia sangat menyadari cara Marcel berpikir. Dia paham bahwa Marcel khawatir jika Veronika mungkin mencari pria lain atau menggunakan tindakan apa pun untuk membuat dirinya hamil dalam dua bulan berikutnya.
…
Jadi, selama satu setengah bulan, Veronika tak pernah bertemu Marcel. Dia sudah kembali ke kehidupan sebelumnya — bekerja sebagai satpam di Kelab Malam Lembayung pada malam hari dan menjadi kurir pengiriman makanan di waktu luangnya di siang hari. Selain itu, dia akan mengirim makan siang ke ibu angkatnya di rumah sakit. Ayah angkatnya masih tidak sadarkan diri.
Suatu hari, saat dia mengantarkan makanan untuk pelanggannya, dia menerima telepon dari penyidik swasta.
"Nona Veronika, saya sudah menemukan pengemudi yang lalai itu," kata sang penyidik.
Karena pengemudi yang lalai itu berhasil melarikan diri dari kecelakaan yang melibatkan orang tua angkatnya, ditambah fakta bahwa setelah penyelidikan, mobil itu sudah menjadi mobil bekas yang sah, pengemudi yang lalai itu tidak ditemukan. Meskipun demikian, penyelidik swasta ini dapat menemukan cara untuk menemukan mobil itu, dan mendapatkan darah di dalamnya untuk menjalankan tes DNA. Akhirnya, dia menemukan bahwa pengemudi yang lalai itu sebenarnya seorang kriminal.
Mendapat kabar tersebut, Veronika semakin yakin bahwa Keluarga Lukito telah menyuap petugas polisi yang bertanggung jawab atas kasus tersebut. Kalau tidak, bagaimana mungkin polisi gagal menemukan bukti?
"Di mana pria itu?"
“Saya akan tiba di Sekartalun dalam dua jam. Saya akan menghubungimu lagi saat itu.”
"Baik. Terima kasih."
Setelah menutup teleponnya, Veronika bergumam, “Ma, Pa, saya semakin dekat dengan kebenaran! Saya akan memastikan orang-orang yang menyakitimu membayarnya!"
Sementara itu, di Kediaman Lukito, Rania menerima panggilan. Setelah mengakhiri panggilan itu, dia dengan gugup menatap Frans dan Tiara yang sedang duduk di sofa, dengan cemas berkata, “Seorang detektif swasta yang dibayar oleh Veronika menemukan pengemudi dalam kecelakaan itu. Apa kalian pikir dia sudah tahu kalau kita dalangnya?”
"Apa? Bagaimana bisa Veronika menemukannya? Bukannya Mama bilang sudah menggunakan orang yang dapat dipercaya?” Tiara tampak panik. Karena masalah ini akan memengaruhi reputasi Keluarga Lukito, dia tak bisa hanya diam saja, karena khawatir itu akan sangat mencoreng nama keluarga.
Kemudian, Frans terlihat murung. “Tia baru mulai dekat dengan Tuan Muda Marcel baru-baru ini. Kita tidak bisa membiarkan Veronika mengetahui kalau kita terlibat dalam kecelakaan itu. Atau, kita tidak bisa lagi tinggal di kota ini.”
Rania menjawab, “Benar. Itu yang saya khawatirkan.”
Frans merenung sambil melotot. "Sekarang penyelidik Veronika sudah menemukan pengemudinya, kalau kita mau mengubur masalah ini, pengemudi itu harus mati."
Rania kemudian bertanya, “Bagaimana kalau Veronika sudah mengetahuinya?”
“Kalau begitu dia harus mati juga! Selama dia hidup, keluarga kita tidak akan pernah bisa hidup tenang!” Wajah Tiara dipenuhi dengan sikap apatis diikuti jejak kebencian.
Merasa tak berdaya, Rania dan Frans saling menatap. Meskipun saran Tiara berlebihan, kalau Veronika mengetahui kebenarannya, dia pasti akan memberi tahu Arini tentang hal itu. Jika itu terjadi, tak akan ada lagi koneksi antara mereka dan Keluarga Kusuma.
"Baiklah, saya akan memikirkan rencananya." Tak dapat duduk diam, Frans berdiri dan pergi.
Dua jam kemudian, Veronika menerima panggilan lagi dari penyelidik pribadinya dalam perjalanan pulang selesai mengantar makanan. “Apa kamu sudah di Sekartalun? Di mana saya harus mencarimu?” Dia tak bisa menekan perasaannya dan jelas gelisah.
“Salam, Nona Veronika. Saya Ari, asisten Pak detektif. Saya diberitahu untuk menyampaikan kepada Anda bahwa bos saya telah memutuskan untuk menghentikan kasus Anda.
"Apa? Saya sudah memberimu total 160 juta, dan kamu bilang akan berhenti?" Veronika sangat marah.
“Penyelidik swasta yang bertanggung jawab atas penyelidikan Anda dipukuli dengan kejam oleh sekelompok pria dalam perjalanan ke Sekartalun, dan pengemudi yang lalai itu dibawa kabur. Rekan saya dalam kondisi kritis dan sekarang berada di ICU.”
"Bagaimana bisa? Di mana dia sekarang? Saya akan menemuinya …”
“Tidak perlu, Nona. Selamat tinggal." Terputus, orang di seberang menutup teleponnya.
Seketika, Veronika benar-benar bingung. Dia menghentikan skuternya di bawah pohon di pinggir jalan. Langit tertutup awan kelabu. Tiba-tiba, guntur bergelora dan hujan turun dengan cepat. Tetesan hujan jatuh di helmnya sementara dia tetap diam, duduk di atas skuternya.
Lukito … Ini perbuatan kejam lainnya yang dilakukan oleh Keluarga Lukito! Veronika benar-benar marah, meskipun masih ada ketakutan akan Keluarga Lukito di dalam dirinya. Setelah duduk diam di tepi jalan untuk waktu yang lama, tiba-tiba dia bangkit dari tempat duduknya. Saat dia hendak pergi, penglihatannya mulai gelap, dan dia jatuh pingsan.
Belakangan, di rumah sakit, Veronika yang tak sadarkan diri rupanya dibawa ke rumah sakit oleh anak buah Marcel yang mengawasinya. Setelah beberapa waktu, akhirnya dia tersadar kembali. Dengan cepat, dia membuka matanya, hanya untuk mendapati dirinya terbangun di rumah sakit sementara di sampingnya seorang perawat sedang mengganti cairan infusnya. Dia mengangkat tangannya dan menggosok kepalanya yang berat, bertanya kepada perawat itu, "K-Kenapa saya ada di sini?"
Setelah mengganti cairan infus, perawat itu menjawab, "Ibu hamil, dan kurang istirahat, yang menyebabkan Ibu pingsan."
"Apa? S-saya … hamil? Tidak mungkin. Saya bahkan menstruasi dua hari yang lalu.” Veronika menggelengkan kepalanya dengan cepat. Marcel dan saya hanya melakukannya beberapa kali malam itu, dan dia berhasil? Bukankah itu … terlalu mudah?
"Apa? Itu bisa jadi tanda-tanda keguguran, makanya Ibu kehilangan banyak darah. Ibu seorang wanita dewasa, namun Ibu tidak tahu kalau hamil?
"Ta-tanda-tanda keguguran?" Berita itu menyerbu kepala Veronika, membuatnya sangat bingung.
Tiba-tiba, pintu kamar terbuka, dan Marcel, yang sudah lebih dari sebulan tidak dilihatnya, muncul dalam jarak pandangnya.