Bab 11 Betapa hebat!
Budi, yang bukan siapa-siapa ini?
Budi Cakrawala yang begitu terkemuka, menyebut dirinya bukan siapa-siapa?
Dia pasti bercanda!
Guntur merasa telinganya berdengung sebentar, pasti dia salah dengar!
Beberapa petinggi pun memasang raut wajah yang sama, kebingungan dan tak percaya apa yang baru saja mereka dengar, mereka saling memandang dan berkomunikasi dalam diam seolah menanyakan apakah saya sedang berhalusinasi?
Tapi, semua orang memasang raut wajah yang sama, apakah semua orang sedang berhalusinasi?
“Ayah…..”
Fajar menelan ludah, mencoba untuk bersuara , “Barusan, Pak Budi, menyebut dirinya apa?”
“Bukan siapa-siapa!”
Guntur berteriak frustasi, tersadar, dia segera menutup mulutnya.
Kalau sampai Pak Budi mendengar teriakannya tadi, bisa saja dia dibunuh.
Dia ingin ikut masuk kedalam ruangan, tapi Pak Budi buru-buru menutup pintu.
Bam!
Orang-orang diluar ikut panik, dan gugup sampai tidak berani bernafas.
Kata bukan siapa-siapa dari Pak Budi membekukan semua orang yang ada disitu!
Sebenarnya apa yang terjadi?
Bukankah katanya Putri itu simpanannya Pak Budi, makanya baru bisa menangani proyek ini, tapi cara Pak Budi memberi salam tadi, seperti sedang memberi hormat kepada ibu nya sendiri.
Orang-orang itu masih tidak habis pikir.
Sedangkan di dalam ruangan Putri.
Putri tersentak, dan langsung bangkit berdiri : “Pak Budi, kenapa Anda datang langsung kemari?”
Dia benar-benar tidak tahu, Guntur tidak memberitahu apa-apa kepadanya.
Sampai detik ini pun, gadis lugu ini belum terpikirkan rencana Guntur untuk mempermalukannya.
Melihat raut wajah Putri yang tidak enak hati, membuat Pak Budi menjadi lebih cemas lagi.
“Aduh, Nona Putri, Anda jangan sungkan begini pada saya, jangan segan-segan!”
Pak Budi panik dan berkata , “Saya datang kemari khusus untuk menemuimu, ini sudah seharusnya!”
Sebelumnya, dia tidak mengetahui status Putri, dia menyikapinya dengan sombong dan acuh tak acuh, bahkan pernah terlintas pikiran kotor di benaknya, tapi sekarang dia tahu, walau diberi keberanian oleh singa sekalipun, dia tidak akan berani macam-macam.
Melihat sikap Pak Budi yang penuh rasa hormat ini membuat Putri semakin bingung lagi, tidak tahu apa yang sudah terjadi.
Dia kembali melirik kearah Dimas, apakah semua ini ada hubungannya dengan Dimas?
Putri menoleh, Pak Budi pun ikut menoleh, melihat sesosok yang sedang duduk di sofa, di lubuk hatinya kembali bertanya tanya, siapa lagi orang ini?
“Saya suaminya.”
Dimas memperkenalkan dirinya dengan singkat.
Budi berdehem dalam hati.
Wanitanya bos dari bos Rangga, memiliki suami?
Situasi macam apa ini.
Tapi ini bukan urusannya, dia mendapatkan perintah untuk menyelesaikan tanda tangan kontrak, dan membantu Putri.
“Nona Putri, hari ini saya datang khusus untuk menanda tangani kontrak, kalau ada poin-poin yang ingin Anda ubah, silahkan, saya akan menuruti semua permintaan Anda.”
Bahkan kalau semua keuntungannya direnggut pun, Budi tidak akan berkata apa-apa.
“Terima kasih atas bantuan Pak Budi, semua sudah selesai dinegosiasikan, kita akan melanjutkan sesuai yang sudah dinegosiasikan saja Pak.”
Putri berkata dengan bahagia.
Walaupun dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi bisa menyelesaikan proyek ini dengan lancar, dia lebih bahagia dibandingkan siapapun.
“Oh iya, hampir saja lupa, kontraknya ada di bagian Legal, sebentar saya ambilkan.”
Putri meminta Pak Budi untuk menunggu sebentar, sambil berjalan keluar dari ruangannya.
“Nona Putri?”
Pak Budi tidak bisa menahan rasa ingin tahunya , “Apakah Anda mengenal Bos Rangga?”
Putri kebingungan , Bos Rangga? Siapa itu.
Putri menggelengkan kepalanya, “Tidak, saya tidak mengenalnya.”
Pak Budi mengangguk pelan sambil tersenyum , “Oh tidak apa-apa, kalau begitu saya tunggu disini ya.”
Putri berlari keluar, diluar ruangan orang-orang menunggu dengan gugup, raut wajah mereka tampak tidak sama.
Melihat Putri keluar dari ruangan, Guntur tersentak, secepat ini kah pembahasannya?
“Pak Presdir, dimana kah kontrak kerja samanya? Pak Budi sudah menyetujui kontraknya.”
Tanya Putri.
“Kontrak, Pak Malik, bawa kontraknya kemari.” Guntur tersadar, dan segera berteriak.
Dia masih tercengang.
Kepala manajer bagian Legal segera pergi mengambil kontraknya.
“Putri, kamu dan Pak Budi itu?” Guntur tidak bisa mengurung rasa penasarannya , “sebenarnya ada hubungan apa?”
Kata bukan siapa-siapa itu, membuat Guntur merasa mati rasa.
Putri mengernyitkan dahinya bingung karena raut wajah orang disekitarnya, dia tidak menyukai tatapan orang-orang itu.
Dia diam saja, dan Guntur pun tidak lanjut bertanya lagi.
Di dalam ruangan Putri, Dimas terduduk malas di sofa.
Pak Budi mengangguk-angguk sambil duduk di sisi lain.
Bagaimanapun, itu suaminya Nona Putri, dia harus lebih segan.
“Rangga, si bocah itu, tidak disangka dia sekarang sudah menjabat posisi Bos Rangga.”
Perkataan Dimas yang tiba-tiba itu membuat Pak Budi seolah sedang duduk diatas tumpukan duri, dan sigap langsung berdiri.
Seluruh badannya menjadi kaku!
Rangga!
Dia bisa saja tahu nama Bos Rangga, tapi yang berani memanggil Bos Rangga tanpa sebutan Bos, tidak pernah ada.
Bocah didepannya ini, dengar-dengar adalah menantu tak bergunanya keluarga Lesmana, bagaimana dia bisa kenal Bos Rangga, dan memanggilnya tanpa embel-embel Bos!
“Kamu… Apakah kamu mengenal Bos Rangga?”
Setelah menanyakan hal ini, Budi merasa sangat bodoh.
Dia tiba-tiba terpikirkan, tentu saja, Dimas di depan matanya ini, tak lain tak bukan!
Adalah Bos nya Bos Rangga!
Dia suaminya Putri, maka dengan segenap hati melindungi Putri, kalau tidak, bagaimana bisa Bos Rangga sampai turun tangan sendiri untuk meminta bantuan langsung kepadaku untuk membantu wanita seperti Putri?
Budi langsung menjadi pucat pasi, badannya gemetaran hebat!
“B……”
Dia seketika tidak tahu bagaimana cara menyapa Dimas, bos nya bos?
“Kalau kamu sudah tahu siapa aku, yasudah, tidak perlu disebarluaskan ya.”
Dimas berbicara santai , “Rangga sudah memberitahuku, kamu mengenal kota Malang dibalik tanganmu, kalau di Malang, tetap harus mencari bantuanmu.”
Mendengar hal ini, Pak Budi langsung berdiri tegap seperti tiang bendera.
“Ya! Saya siap melaksanakan perintah!”
Ya ampun, bosnya bos!
Bos Rangga saja sudah sangat mencengangkan, dalam kurun waktu 5 tahun bisa menjadikannya orang hebat di kota Malang, kalau begitu, bosnya Bos Rangga … dia bahkan tidak ingin membayangkannya lagi.
Betapa hebatnya dia!
“Istri saya orangnya sangat baik, orang baik akan selalu diinjak-injak, akan selalu ada orang tak tahu diri yang mencoba menyakitinya, sampah-sampah itu, kamu tahu harus diapakan kan?”
“B.. Bos, tenanglah, masalah kecil ini tidak perlu sampai Bos yang turun tangan, si Budi inilah yang akan mengurusnya untukmu.”
Budi ragu-ragu sejenak, masalah ini, harus diberitahukan dulu kepada Bos Rangga, jangan sampai Bos Rangga salah paham padanya.
Kriik----
Pintu kantor terbuka.
Dimas kembali duduk malas, Pak Budi masih berdiri didepannya, membungkukkan badannya sedikit, dan berbalik.
“Pak Budi, kontraknya disini.”
Putri yang melihat adegan ini, merasakan aura ketakutan yang terpancar dari Pak Budi.
Pak Budi segera mengganti raut wajahnya, sambil tertawa dia berkata : “Nona Putri, Saya dan Pak Dimas baru bertemu saja sudah akrab, jadinya mengobrol sebentar.”
Dia segera mengambil kotrak dari tangan Putri, melihat-lihat sebentar lalu langsung menanda tanganinya.
“Proyek ini, saya mohon bantuannya ya Nona Putri, kalau ada perlu apa-apa, jangan sungkan untuk menelepon saya.”
Kata Pak Budi.
Selesai berbicara, dia berpamitan, sambil menundukkan kepalanya dengan hormat dia berjalan mundur dengan pelan, hal ini tentu saja tidak digubris oleh Dimas.
Keluar dari ruangan itu, Pak Budi menarik nafas lega dalam dalam, seolah dia baru menghindari maut, tentu saja adegan ini pun tidak dilewatkan oleh Guntur dan lainnya.
“Pak Budi…” Guntur bersuara.
“Pak Guntur, kontraknya sudah ditanda tangani, saya peringatkan sekali lagi, proyek ini sepenuhnya ditangani oleh Nona Putri, selain dari dia, tidak ada yang berhak, kalau sampai bukan dia yang menangani, kontrak ini akan saya batalkan!”
Pak Budi kembali mendominasi dan berkata dengan angkuh , “Lalu!”
Dia melihat kearah petinggi yang tadi meremehkan Putri saat membukakannya pintu : “Perusahaan Lesmana seharusnya segera mengurus sampah semacam ini!”