Bab 3 Godaan Yang Tidak Berguna
Angin laut senja membawa kesejukan ke Kota Haviar.
"Apa? Erick sudah keluar rumah sakit?" Di pos perawat, Anthony yang datang untuk menjenguk Erick sangat terkejut.
"Tidak ada masalah dengan matanya, ranjang rumah sakit tidak banyak jumlahnya, jadi kami mengizinkannya keluar dari rumah sakit," ujar Perawat.
"Mata dia... mata dia tidak ada masalah?" Anthony semakin terkejut.
"Ada apa denganmu?" Perawat tidak senang dan menjawab dengan tidak sabar, "Kalau ada pertanyaan lagi, tanyakan langsung padanya. Aku masih ada urusan dan jangan menggangguku bertugas."
"Maaf." Anthony berbalik pergi. Lalu dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Erick, tetapi ponsel Erick dalam keadaan dimatikan.
Anthony berhenti di depan pintu lift dan bertanya tanya, "Apa yang dilakukan oleh anak ini?"
Pintu lift terbuka, Husea dan para pengikut remaja berjalan keluar dari dalam lift.
Melihat Husea, Anthony langsung menjadi gugup. Dia berbalik dan ingin pergi, tetapi para pengikut remaja yang dibawa oleh Husea mengepungnya.
"Apa yang ingin kalian lakukan?" Suara Anthony sedikit bergetar.
"Apa yang kami lakukan?" Husea mencibir, "Kurang ajar, berani sekali kamu dan Erick menipu uangku, aku baru saja menghubungi dokter dan dia memberitahuku bahwa mata Erick tidak ada masalah, sudah keluar dari rumah sakit. Dia bukan hanya membakar mesin las dan trafoku, tapi juga memeras biaya pengobatan sejumlah dua puluh juta, menurutmu apa yang ingin aku lakukan?"
"Ini adalah salah paham," tegas Anthony.
"Salah paham di mana?" Bentak Husea, "Ayo hajar dia dulu, lalu bawa dia pergi cari Erick, aku tidak percaya dia bisa bersembunyi selamanya!"
Para pengikut remaja tersebut segera meninju dan menendang Anthony. Mereka memukulnya dengan sadis. Dalam beberapa pukulan Anthony pun jatuh tersungkur, tetapi mereka masih tidak ingin berhenti. Malah mengelilinginya dan menendang tubuhnya dengan keras.
Anthony melindungi kepalanya, tubuhnya meringkuk. Dalam hati dia bergumam, 'Erick, cepat kabur, jangan berdiam di rumah Erick tidak bisa melihat keadaan ini, di saat Anthony menjerit, dia sedang berjalan menuju lobi tempat Perjudian Pujawa di Kota Macwa.
Kota Haviar dan Macwa terpisahkan oleh air, sehingga sangat mudah untuk pergi ke Macwa dari Haviar. Walaupun tidak memiliki paspor, naik kapal ilegal juga hanya butuh uang senilai 400 ribu Rupiah. Dia tidak ingin siapa pun tahu bahwa dia berada di Kota Macwa, jadi sebelum berangkat dia sudah mematikan ponselnya.
Kekuatan penglihatan tembus pandangnya memberitahu cara tercepat untuk memperoleh uang adalah dengan pergi ke tempat perjudian Kota Macwa.
Erick menukar uang token senilai enam belas juta di resepsionis, kemudian pergi ke meja judi yang bertaruh 21 poin.
Di meja judi ada seorang wanita bergaun hitam sedang bermain kartu, lekuk pinggul dan pinggangnya sangat indah. Ada kesan dingin dan glamor darinya, seksi dan cantik tetapi membuat orang tidak berani mendekatinya. Erick tidak berani melihatnya lagi, dia takut tidak bisa menahan nafsu dan menggunakan kemampuan penglihatannya untuk melihat wanita itu, menyia nyiakan kesempatan untuk mendapatkan uang.
Wanita bergaun hitam glamor itu melirik Erick, tetapi hanya sebentar lalu membuang muka. Erick lumayan tampan, tetapi pakaiannya terlalu sederhana, membuat wanita itu tidak tertarik untuk melihatnya.
Saat Erick berjalan menuju meja wanita itu, dia baru saja mengakhiri permainan dengan Dealer. Kartu Dealer 19 poin, kartunya 17 poin, permainan kali ini dimenangkan oleh Dealer.
"Sangat sial, satu kali pun belum menang, tidak mau main lagi." Wanita bergaun hitam glamor itu bergumam sambil mengerutkan dahi, wanita itu terlihat sangat tidak senang.
Erick duduk di meja judi, dengan hati hati dia meletakkan uang token senilai enam belas juta di atas meja.
"Tuan, apakah Anda mau bermain?" Tanya Dealer wanita sambil tersenyum.
Erick menganggukkan kepala.
"Silahkan bertaruh," ujar Dealer wanita yang terus tersenyum.
Erick tidak terburu buru untuk bertaruh, tetapi dia terus melihat kotak kartu di depan dealer wanita. Di saat ini, mata kirinya terfokus pada kartu pertama yang dipegang oleh dealer. Bagian belakang kartu itu menjadi tipis dan tembus pandang. Angka, warna, dan lambang pun terlihat olehnya, itu adalah selembar kartu As sekop.
"Tuan?" Dealer wanita mendesak, "Silahkan bertaruh."
Erick tersenyum dan mengatakan, "Aku sedang memikirkan berapa banyak uang token yang harus aku pertaruhkan."
Dealer wanita melirik uang token bernilai kecil milik Erick, ada sedikit penghinaan dari ekspresi dealer di sudut mulutnya. Menurut dia, Erick hanya seorang karyawan biasa yang membawa gaji kesini, biasanya orang seperti ini akan berpikir sangat lama sebelum taruhan, karena uang token mereka berasal dari hasil jerih payah, jika kalah maka habis lah uang mereka.
Tepat ketika dealer wanita meremehkannya, Erick menggunakan kemampuannya untuk melihat tembus 4 kartu milik dealer.
Kartu pertama adalah As Sekop, yang kedua adalah 9 Hati, yang ketiga adalah K Sekop, yang keempat adalah As Hati. Menurut urutan pembagian kartu, dia memiliki peluang untuk mendapatkan Blackjack berlipat ganda!
Erick mengalihkan tatapannya dari mesin pembagi kartu, dia mempertaruhkan seluruh uang token miliknya, "Enam belas juta ini, saya pertaruhkan semuanya!"
Senyuman dealer wanita semakin jelas, dia membagikan kartu kepada Erick sembari membayangkan ekspresi putus asa Erick saat meninggalkan arena.
Walaupun sudah tahu kartu dibawah itu apa, tetapi Erick berpura pura seperti seorang ahli judi. Dia menimpa kartu dibawah dengan kartu di atasnya, lalu mengintip sedikit demi sedikit, sambil bergumam, "As Sekop, As Sekop...."
Wanita bergaun hitam glamor mengalihkan pandangannya ke Erick, tatapannya juga ikut ikutan meremehkan Erick.
"Haha! Blackjack!" Erick kemudian membalikkan kartunya dengan gembira.
Dealer wanita melirik kartu itu, menyadari total poin yang diperolehnya sebesar 20, dia langsung mangap.
Uang token senilai enam belas juta berubah menjadi empat puluh delapan juta, mudah sekali mendapatkan uang ini. Erick tidak mungkin berani mempertaruhkan semuanya sekaligus jika dia tidak memiliki kemampuan penglihatan yang membantunya melihat kartu yang akan didapatkannya.
"Tuan, silahkan bertaruh," ujar dealer wanita.
Erick mengalihkan pandangannya ke mesin pembagi kartu. Dia kembali melihat kartu kartu yang ada di dalam mesin tersebut dan menyadari kali ini dia hanya akan mendapatkan kartu 6 Wajik dan 7 Keriting, sedangkan Dealer bisa mendapatkan kartu 9 Hati dan Q Wajik, total poinnya menjadi 19. Tetapi jika dia meminta kartu, maka kartu pertama adalah kartu 9 Sekop, kartu yang sia sia.
Ini adalah kartu yang sudah pasti kalah.
Dia kemudian mempertaruhkan satu juta di arena taruhan. Nominal tersebut adalah nominal terendah yang diperbolehkan dalam taruhan.
"Tuan, mengapa kali ini kamu hanya bertaruh sedikit?" Dealer wanita menambahkan, "Saya rasa keberuntunganmu cukup bagus, tadi Anda mendapatkan Blackjack, apa kali ini Anda yakin hanya bertaruh sebesar satu juta?"
"Cukup satu juta, bagikan kartunya!" Erick tetap pada pendiriannya.
Dealer wanita meletakkan sepasang tangannya diatas meja judi dan mencondongkan tubuhnya. Kancing bajunya yang terbuka memperlihatkan belahan dadanya yang putih mulus, wajahnya tersenyum menggoda, "Tuan, percayalah padaku,
keberuntungan Anda benar benar bagus, tambahkan taruhan Anda agar bisa menang banyak, jangan sia siakan keberuntungan Anda."
Erick tersenyum nakal sambil meliriknya. Dada dealer wanita langsung terlihat jelas setelah Erick menggunakan kemampuan penglihatannya. Dealer wanita menggunakan busa untuk membuat dadanya terangkat. Sebenarnya ukuran dadanya cukup kecil. Yang lucu adalah dealer wanita ini menggunakannya untuk meEricku Erick agar menambah taruhannya.
Erick menggelengkan kepalanya, "Palsu, kecil sekali."
Dealer wanita tercengang, "Apa katamu?"
"Bukan apa apa, satu juta, silahkan bagikan kartu," ungkap Erick.
'Kurang ajar!' Dealer memarahinya dalam hati sambil membagikan kartu kepada Erick.
Kali ini Erick sengaja kalah.
Dealer wanita mengerutkan dahinya sambil membawa pergi uang token senilai satu juta milik Erick, walaupun menang darinya, dia sama sekali tidak senang.
Di permainan ke 3, Erick mempertaruhkan seluruh uang token miliknya ke arena taruhan.
Bukan karena Erick tidak ingin memperoleh lebih banyak uang, tetapi dalam waktu belasan menit, dia benar benar kelelahan dan tidak sanggup lagi menggunakan kekuatan penglihatan tembus pandangnya. Alasan lainnya yaitu dia paham meskipun uang ini gampang didapatkan, dia tidak boleh terlalu serakah. Tempat judi tidak peduli jika dia memenangkan 400 juta. Tetapi jika dia memenangkan miliaran hingga triliunan maka dia akan menarik perhatian orang orang.
400 juta, sudah cukup untuk membayar biaya pendidikan Aisley, memikirkan ini sudah membuat Erick sangat senang.
Setelah menukarkan uang token miliknya, Erick segera menabung ke dalam 2 tabungan, satu senilai 360 juta, satunya lagi senilai 60 juta.
Setelah keluar dari Perjudian Pujawa, angin laut meniup wajahnya, membuat isi kepalanya terasa lebih jernih. Tadi saat memainkan permainan terakhir, Erick sudah mulai berhalusinasi. Dealer wanita membagikan kartu, tetapi yang dia lihat malah sebuah vibrator yang berwarna merah muda.
Untungnya, halusinasi seperti ini hanya muncul sebentar dan dengan cepat langsung menghilang.
Erick berjalan menuruni tangga. Disaat dia bersiap siap memanggil taksi menuju pelabuhan untuk naik perahu kembali ke kota Haviar. Seorang wanita berjalan menuruni tangga dan berdiri di pinggir jalan, juga seperti sedang menunggu mobil. Dia tinggi dan memakai sepatu hak tinggi. Tingginya tidak kurus, memiliki lekukan badan dan sangat cantik.
Erick melihatnya dengan seksama, tiba tiba Erick menyadari bahwa wanita ini adalah orang yang terus mengawasinya bertaruh dengan Dealer di meja judi sebelah.
'Jangan jangan karena aku menang 400 juta, dia cari perhatianku.' Erick tiba tiba memiliki pemikiran seperti itu di dalam hati. Tetapi saat dia melihat wanita ini membawa tas LV di pundaknya, dia segera mengabaikan pemikiran konyol ini. Satu tas saja sudah senilai puluhan juta, mana mungkin dia tertarik dengan 400 juta milikku?
Wanita ini tidak berkutik, bahkan tidak melirik Erick sama sekali.
'Sangat arogan, tidak tahu pria mana yang bisa tahan dengannya.' Erick berpikir dalam hati.
Di kondisi yang tidak disengaja ini, pandangan Erick tiba tiba berpindah ke atap sebuah bangunan di seberang jalan, penglihatannya membeku dan tidak dapat dialihkan.
Ada seorang pria bertopi bisbol tergeletak di tepi atap bangunan tersebut, di hadapannya ada sebuah sniper, ia sedang membidik wanita bergaun hitam glamor di samping Erick!
"Hati hati!" Erick memeluk pinggang wanita itu, berguling ke tanah bersamanya.
Ketika keduanya terjatuh, sebuah peluru mengenai tempat wanita tadi berdiri, percikan api pun tersebar.