Bab 8 Menguasai Segalanya Dengan Satu Tangan
Setelah keluar dari gerbang rumah sakit, sebuah mobil polisi tiba tiba mendekat.
Erick merasa sedikit terkejut setelah melihat polisi. Tapi dia segera menyangkal pikirannya sendiri, "Kalau Hansen ingin balas dendam, juga tidak mungkin bertindak secepat ini 'kan? Ini mungkin merupakan mobil polisi yang sedang berpatroli."
Mobil polisi itu berlaju dengan cepat melewati Erick dan berhenti di depan gerbang rumah sakit.
Seperti dugaannya, ini bukan mobil polisi yang dikirimkan oleh Hansen. Erick berpikir dalam hati sambil berjalan ke arah jalan Ericka.
Di saat yang bersamaan, mobil polisi itu tiba tiba mundur dan salah satu polisi menjulurkan kepalanya keluar jendela sambil berteriak, "Berhenti!"
Erick segera menghentikan langkah kakinya dan berteriak di dalam hatinya.
"Dia orangnya!" Polisi yang menjulurkan kepalanya keluar jendela itu kembali melihat foto yang baru saja dicetak dengan mesin pencetak yang ada di tangannya. Ia berkata dengan penuh semangat, "Erick Jhones! Dia adalah orang yang ingin ditangkap oleh Ketua Hansen!"
Mobil polisi itu berhenti di samping Erick dengan cepat. Di saat yang bersamaan, empat polisi segera turun dari dalam mobil dan mengepung Erick.
Saat ini, Erick tidak merasa panik. Dia lalu berkata dengan sikap yang tenang, "Apa yang ingin kalian lakukan?"
"Kamu Erick Jhones?" tanya pemimpin kelompok polisi tersebut.
Erick mengangguk, "Aku adalah Erick Jhones, untuk apa kalian mencari aku?"
"Untuk apa?" Polisi itu segera menunjukkan surat perintah penangkapan dan mencibir, "Erick, kamu dicurigai melakukan pemerasan, ini adalah surat perintah penangkapan, ikutlah bersama kami!"
Erick berkata, "Apa kalian tidak salah? Siapa yang aku peras?"
Polisi pemimpin itu segera menampar bagian belakang kepala Erick sambil berkata dengan kasar, "Kamu tahu siapa yang kamu peras! Hm! Kamu sungguh berani, kamu bahkan berani memeras Ketua kami. Siap siap untuk menghabiskan sisa hidupmu di dalam penjara. Kamu akan merasakan dampak atas semua tindakanmu ini! Bawa dia!"
Erick tersenyum marah, "Menangkap aku? Beritahu dia untuk tidak menyesalinya nanti!"
"Bocah ini sangatlah keras kepala! Cepat borgol dia!" kata polisi pemimpin itu.
Salah satu polisi mengeluarkan borgol dan mengenakannya pada tangan Erick. Setelah itu, mereka mendorong Erick masuk ke dalam mobil tersebut. Erick tidak melawan dan segera masuk ke dalam mobil polisi.
Setengah jam kemudian, Erick pun dibawa ke kantor polisi yang ada di Distrik Belial. Setelah itu, Erick pun dikurung di salah satu ruang interogasi. Ponsel, dompet dan segala barang yang dia bawa telah disita.
Seorang polisi muda berjalan masuk dan melemparkan buku catatan yang ada di tangannya ke atas meja dengan kuat. Lalu duduk di seberang Erick sambil berkata, "Beritahu semuanya dengan jujur agar tidak merepotkan sesama."
Erick sama sekali tidak terlihat panik. Dia hanya berkata dengan santai, "Penjelasan seperti apa yang kamu inginkan?"
"Kamu sendiri sudah mengetahuinya, tentu saja penjelasan tentang bagaimana kamu memeras Ketua Hansen!" Polisi muda itu membanting meja sambil berkata, "Bersikap jujurlah padaku!"
"Baik, aku akan menjelaskannya." Erick kembali berkata, "Aku bertemu dengan Ketua Hansen di Kedai Teh Junction senja ini. Dia membawa seorang wanita untuk membuka kamar di salah satu hotel...."
"Omong kosong apa yang sedang kamu katakan?" Polisi muda itu menyela perkataan Erick, "Aku tidak akan segan padamu kalau kamu omong kosong lagi! Aku juga ingin mengingatkan kamu kalau tindakanmu saat ini memfitnah. Ini merupakan kejahatan yang melanggar hukum. Apakah kamu ingin menambahkan hukuman lain?"
Erick mengangkat bahunya sambil berkata, "Bukankah kamu yang menyuruh aku untuk memberi penjelasan? Semua yang aku katakan adalah fakta."
Saat ini, polisi muda itu menolehkan kepala ke arah jendela dan menunjuk ke kamera yang ada di sudut. Dia tidak mengatakan apa pun, tapi maksudnya terlihat jelas. Dia sedang meminta orang di luar sana untuk mematikan kamera.
Benar saja, lampu indikator pada kamera itu awalnya menyala. Setelah dia menunjuk ke arah kamera, lampu indikator itu seketika padam.
Polisi muda ini jelas merupakan anggota Hansen. Erick
mengalihkan pandangannya ke arah dada polisi muda itu. Dia lalu melihat kartu kerja dan juga nama yang tertera pada kartu tersebut, namanya adalah Nathan Alcott.
Erick kembali mengalihkan pandangannya ke dinding kaca di ruang interogasi tersebut. Dinding kaca ini hanya bisa memancarkan cahaya dari satu sisi saja. Orang yang ada di luar bisa melihat ke dalam, tapi orang yang di dalam tidak bisa melihat ke luar. Tapi, ini bukanlah halangan bagi Erick, dia bisa melihat Hansen dan Husea yang sedang berdiri di samping Hansen menggunakan mata kirinya.
Hansen dan Husea sedang berbicara dengan suara yang sangat pelan. Husea terus menganggukkan kepalanya dan bersikap begitu patuh. Dapat dirasakan kalau Hansen sedang menjelaskan bagaimana cara Husea harus memfitnah Anthony nantinya.
Erick pun tersenyum dingin setelah menarik kembali pandangannya.
Awalnya, Erick sudah memutuskan untuk menghentikan masalah ini. Tapi dia tidak menyangka kalau niat balas dendam Hansen begitu kuat. Dia bahkan langsung mengirimkan anggotanya untuk menangkap Erick pada malam ini juga. Sebelumnya, Erick juga sudah mengunggah video Hansen pergi ke hotel ke Google Drive miliknya secara diam diam. Erick tidak merasa panik dan takut karena video itu masih ada di tangannya.
"Aku akan memberikan kesempatan kepadamu untuk merasa bangga," kata Erick di dalam hatinya.
Polisi bernama Nathan itu kembali berkata, "Mari kita mulai, silakan beri tahu aku berapa banyak uang yang kamu peroleh dari 100 juta yang kamu peras?"
Erick berkata, "Izinkan aku mengoreksi, ini bukanlah pemerasan, itu adalah biaya pengobatan, biaya kehilangan pekerjaan, biaya pemulihan dan juga biaya kerusakan mental. Aku tidak
mengambil satu rupiah pun dari total uang tersebut. Temanku yang bernama Anthony telah dipukul hingga terluka. Bukankah Husea pantas untuk membayar semua kerugian ini?"
"Biaya pengobatan?" Nathan mendengus dingin dan kembali berkata, "Kamu bisa mengatakan semua ini di pengadilan nanti. Kalau hakim mempercayaimu, maka aku akan menulis namaku secara terbalik. Dari informasi yang kami dapat, kamu telah memeras uang Husea, oh iya, matamu juga tidak terluka, tapi kamu menggunakan ini sebagai alasan untuk memeras uang sebesar 20 juta dari Husea. Apakah ini benar?"
Erick menguap dan berkata, "Aku sudah ngantuk dan ingin tidur. Kamu boleh menulis apa pun yang kamu inginkan. Lagi pula, kamu tidak akan mempercayai semua yang aku katakan dan akan selalu mengikuti instruksi dari ketuamu. Jadi, untuk apa kita menghabiskan waktu di sini?"
"Wah, kamu benar benar hebat. Kalau begitu, kamu sudah mengakui kalau kamu memeras?"
"Apakah kamu punya bukti?"
"Sialan...." Nathan segera bangkit berdiri dengan penuh amarah. Dia lalu mengangkat tangannya untuk menampar Erick.
Erick bahkan tidak berniat untuk menghindar darinya. Dia sama sekali tidak takut pada Nathan karena dia masih memiliki video tersebut.
Di saat yang bersamaan, komunikator yang ada di sisi Nathan seketika berbunyi. Nathan menarik kembali tangannya dan meraih komunikator polisi itu sambil menekan tombol jawab. Setelah itu, suara Hansen pun terdengar dari dalam komunikator tersebut, "Kurunglah dia selama satu malam, kamu harus merekam ulang interogasi ini secara resmi besok. Kali ini, tidak ada lagi yang bisa menyelamatkannya."
"Baik, Ketua Hansen, aku akan mengurung bocah ini di dalam Sel penjara," kata Nathan dengan nada sanjung.
Setelah itu, Erick pun dibawa ke Sel penjara dan dikurung di sana.
Di dalam Sel penjara itu hanya ada kasur, tapi tidak ada sprei. Dinding dan lantai ruangan tersebut juga sangat kotor. Erick mengerutkan keningnya setelah menyadari bau urine yang samar di dalam ruangan tersebut.
Tentunya dia tidak bisa tidur dengan kondisi ruangan seperti ini. Hal pertama yang harus dia lakukan sekarang adalah memikirkan cara untuk menghadapi Hansen. Setelah itu, dia pun mulai melatih kemampuan mata kirinya. 'Barang siapa bersungguh sungguh, maka dia akan mendapatkan kesuksesan.' Sepertinya peribahasa ini masih berlaku untuk mata kiri ajaibnya ini.
Setelah mencari tahu dan berlatih sepanjang malam, Erick akhirnya sadar kalau kekuatan penglihatan tembus pandang pada mata kirinya sama sekali tidak sederhana.
Di bawah kendalinya, dia memiliki kemampuan untuk melihat dalam jarak yang jauh, seperti kejadian di Macwa waktu itu, dia bisa melihat penembak jitu yang ada di atap gedung seberang, tapi Laurent tidak bisa melihatnya.
Di bawah kendalinya, dia juga bisa mengubah kemampuan ini menjadi seperti 'mikroskop'. Dia bisa melihat benda benda halus yang tidak kasat mata, misalnya seperti debu yang melayang di udara.
Erick terlihat begitu bersemangat setelah menyadari hal ini. Setelah berlatih hingga kelelahan, dia akhirnya tertidur.
Pada keesokan harinya, Erick kedatangan tamu pertamanya, yaitu Ruki Flowian.
Ruki mengenakan seragam musim panas yang menonjolkan bentuk tubuhnya yang indah itu. Bagian pinggangnya terlihat begitu ramping dan lentur. Pinggulnya juga terlihat begitu montok dan berisi seperti payudaranya. Keseksiannya terlihat jelas, sangat menggoda.
Ketika Erick melihatnya untuk pertama kalinya, dia hampir tidak bisa menahan diri untuk menggunakan kekuatan penglihatan tembus pandang pada mata kirinya untuk menikmati
kecantikannya. Tapi dia tidak melakukan itu dan berusaha untuk menekan pikiran jahat tersebut. Setelah berlatih sepanjang malam, dia sudah mendapatkan hasilnya dan dia sudah bisa mengendalikan kemampuannya dengan baik sekarang.
"Kamu, kamu, lebih baik aku katakan apa?" Ruki kembali berkata dengan penuh amarah, "Kemarin, aku sudah bertanya padamu dan kamu berkata kalau salah satu temanmu ingin menjalin relasi dengan Ketua Hansen, oleh karena itu, aku pun memberi tahu keberadaannya padamu. Aku tidak menyangka kalau kamu pergi memeras Ketua Hansen! Aku benar benar salah mengenalimu!"
Erick tersenyum pahit, "Begitukah cara kamu memandang aku?"
"Bukan seperti itu, hanya saja kamu telah melakukan sesuatu yang melanggar hukum." Ruki merasa semakin marah, "Apakah kamu pernah memikirkan kehidupan Aisley kalau kamu dipenjara nanti?"
"Aku tentu saja sudah memikirkannya. Oleh karena itu, aku tidak akan melakukan segala hal yang melanggar hukum." Erick kembali berkata, "Ruki, aku ingin bertanya padamu, apakah kamu pernah melihat aku melakukan hal jahat sejak kecil?"
Ruki menggelengkan kepalanya dan di dalam benaknya, Erick bukanlah orang seperti itu.
Erick kembali berkata, "Coba pikirkan kembali, apakah aku adalah orang yang bodoh?"
Ruki berkata, "Apa maksudmu?"
Erick berkata, "Maksudku, kalau aku bukan orang jahat, tentu aku juga bukan merupakan orang bodoh. Apakah aku akan melakukan hal bodoh seperti memeras ketua kantor polisi? Di Kota Haviar ini, terdapat begitu banyak miliarder. Kalau aku memang ingin memeras uang, kenapa aku tidak memilih para miliarder itu saja? Kenapa aku harus memilih ketua kantor polisi sebagai sasaran ku?"
Ruki terdiam sebentar dan kembali berkata, "Ini adalah poin yang paling tidak aku mengerti dan ini adalah alasan kenapa aku datang ke sini menemui kamu. Cepat beri tahu aku apa yang sebenarnya terjadi? Aku pasti akan membantumu kalau kamu benar tidak melakukan hal yang melanggar hukum."
Erick pun menceritakan kepadanya bahwa dia terluka di lokasi konstruksi, dia juga menceritakan kejadian Husea yang memukul Anthony. Di akhir cerita, Erick berkata kepadanya kalau dia pergi mencari Hansen dan meminta Hansen untuk menyuruh Husea memberikan uang sebesar 100 juta kepada Anthony dan meminta maaf kepadanya.
"Tunggu...." Ruki seketika menyadari sebuah hal, "Tujuan kamu menanyakan alamat dan nomor telepon Ketua Hansen kepadaku kemarin adalah untuk berdebat dengannya?"
Erick menganggukkan kepala.
"Kamu pergi berdebat dengannya dan dia langsung meminta Husea untuk memberikan 100 juta pada temanmu?"
Erick kembali menganggukkan kepalanya.
"Kamu tidak mengancamnya?" tanya Ruki dengan tidak percaya.
Erick berkata, "Ketika aku pergi menemuinya, dia kebetulan sedang berhubungan intim dengan seorang wanita dan aku kebetulan merekamnya."
"Astaga!" kata Ruki dengan raut wajah yang heboh.
Erick kembali berkata, "Wanita itu sepertinya adalah istri dari salah satu rekan kerjamu. Dia sepertinya memohon kepada Hansen untuk mengubah jabatannya atau semacamnya."
"Luar biasa!" Ruki segera mendekat ke jeruji besi sambil tersenyum sinis, "Apakah kamu masih menyimpan video itu? Tunjukan padaku."
Erick berkata, "Pinjamkan ponselmu padaku, aku akan memberi tahu di mana kamu bisa menonton video tersebut setelah aku menelepon seseorang."
Ruki melihat sekelilingnya dan memberikan ponselnya kepada Erick setelah memastikan tidak ada orang lain di sana sambil berkata, "Di mana video itu?"
"Di Google Drive, nama akunnya adalah namaku dan kata sandinya adalah hari ulang tahunku. Video itu sangatlah penting, kamu tidak boleh menghapusnya." Kata Erick sebelum dia menelepon seseorang.