Bab 14 Jendela Dewa Untuk Akademisi
"Apa yang kamu temukan?" Ruki penasaran akan tindakan yang dilakukan oleh Erick.
Erick tertawa, "Bukan apa apa, aku yakin inilah kuncinya."
"Apakah kamu masih ingat penampilan pria dan wanita itu?"
"Tentu saja aku ingat, aku akan mendeskripsikannya padamu. Apakah kamu bisa menggambarnya?"
"Tentu saja bisa, aku belajar untuk menggambar sketsa di Akademi Kepolisian, bahkan aku memenangkan penghargaan." Ruki menemukan pen dan kertas lalu duduk di hadapan Erick, "Jika kamu sudah siap, mari kita mulai. Kita gambar pria itu terlebih dahulu."
Erick mendeskripsikan penampilan pria berjas itu secara bertahap dan Ruki pun mengambil pen untuk menggambarkannya.
Jika ada suatu perangkat yang bisa mencetak gambaran yang ada di benak Erick, dalam hitungan menit saja mereka sudah bisa mendapatkan gambar pria berjas dan wanita seksi itu.
Sayangnya, saat ini belum ada perangkat seperti itu.
Saat memberikan deskripsi kepada Ruki, Erick dalam hatinya merenungkan tentang kekuatan ingatan yang ia miliki 'tak terlupakan'. Sebenarnya kekuatan seperti ini sudah melampaui kekuatan ingatan 'tak terlupakan'. Walaupun memiliki kekuatan tidak melupakan, tidak mungkin ia bisa mengingat segala sesuatu yang dilihat, terlebih lagi seluruh penampilan dan detil seseorang. Namun, mata kirinya melihat segala hal yang pernah dilihat sebagai 'foto'. Dia mampu mengingat segala hal yang diinginkan asal dia mencobanya.
"Aku memiliki kekuatan seperti ini, jika aku belajar bahasa inggris atau bahasa asing lainnya, sangat mudah bagiku untuk menghafalnya. Kenapa aku tidak mencobanya?" Berpikir sampai di sini, Erick sudah tidak sabar untuk mencobanya.
Ruki selesai menggambarkan dua sketsa wajah, satu pria berjas dan satu lagi wanita seksi itu.
Erick melihat kedua gambar sketsa wajah itu secara berdampingan, kemiripannya lebih dari 95%. Gambar sketsa wajah bukanlah foto, bisa mencapai level setinggi ini merupakan sesuatu yang sangat hebat.
"Apakah ini mereka? Aku akan memastikannya sekali lagi," tanya Ruki sambil memandangi Erick.
Erick menganggukkan kepalanya, "Iya, dua orang ini."
"Kamu duduk di sini sebentar, aku akan menyuruh orang untuk menambahkan potret mereka berdua ke dalam Sistem Skynet," ujar Ruki sambil mengambil kedua potret itu dan berjalan keluar.
Erick berkata, "Bisakah aku melihat informasi tentang kunci ini?"
"Bisa, lihat saja." Ruki pergi meninggalkan kantor.
Erick mengambil bahan penelitian Profesor Kenzo dari tangannya. Setelah membaca setengah halaman, dia tiba tiba berpikir, "Kenapa aku tidak mencoba kekuatan baru dari mata kiriku?"
Setelah memilah sebelumnya, dia sebenarnya sudah yakin bahwa kekuatannya bukan ada pada otaknya. Kekuatannya ada pada mata kirinya yaitu 'kekuatan menyimpan gambar'.
Dengan pemikiran seperti ini, Erick tidak membaca dengan cara normal, tetapi dia mulai memindai menggunakan matanya dari satu lembar ke lembar lainnya. Dia hanya menggunakan waktu tidak sampai satu menit untuk membaca data yang seharusnya memakan waktu 10 menit. Setelah itu, dia memejamkan matanya dan mengingat isi data data itu.
Tiba tiba, paragraf dan teks muncul di benaknya, tidak kekurangan satu huruf pun, bahkan titik dan koma pun juga tidak ada yang hilang! Informasi yang ada pada data itu terlihat sangat jelas dan 100% sama!
Menurut bahan penelitian Profesor Kenzo, kunci besi ini berasal dari Dinasti Minasari yang berumur lebih dari 600 tahun. Menurut penelitiannya, kunci ini paling mungkin digunakan untuk membuka pintu lemari besi. Pola pada kunci itu tidak hanya sebagai kunci untuk membuka pintu lemari besi saja, mungkin saja adalah bagian dari sebuah peta.
Ini adalah suatu hal yang sangat misterius.
Mengingat seluruh informasi, Erick tidak bisa menahan kegembiraannya dan tertawa terbahak bahak, "Luar biasa... apalagi yang aku tunggu? Aku harus pergi ke toko buku untuk membeli bahan belajar bahasa Inggris, juga Bahasa Ardiana, Bahasa Perancis, bahasa Jepang, Bahasa Madle ... selama aku ingin belajar, kemungkinan tidak ada bahasa asing yang tidak bisa aku pelajari, 'kan?
Dia tidak tahu kekuatan apa lagi yang belum dia temukan dari mata kirinya, tetapi dari yang dia temukan, selain kekuatan penglihatan tembus pandang, sepertinya yang paling berguna adalah kekuatan menyimpan gambar.
Butuh waktu yang lama dan juga usaha bagi seseorang untuk dapat mempelajari suatu ilmu pengetahuan. Namun setelah mendapatkan kemampuan ini, kesulitan untuk belajar ini bukan lagi sebuah kesulitan, mata kirinya sudah membuka jendela Dewa untuk Akademisi, tetapi dia tidak hanya melihat cahaya matahari melainkan seluruh matahari itu sendiri!
"Apa yang kamu tertawakan? Apakah kamu sakit?" Ruki memasuki kantor dan menatap Erick dengan rasa ingin tahu.
Erick membersihkan pikirannya dan tersenyum, "Aku memang sakit, sakit parah."
Ruki mendekati Erick, mengulurkan tangannya dan menyentuh dahinya, "Tidak panas, tidak demam, apakah kamu sakit jiwa?"
Ruki mendekati Erick, aroma parfumnya sangat wangi, ada kerut putih di garis lehernya, untuk sesaat Erick tidak bisa menahan diri sehingga menggunakan kemampuan penglihatannya. Dia menarik penglihatannya dan berdiri, "Baiklah, aku sudah membantumu untuk menggambar dua sketsa wajah itu, sekarang sudah tidak ada urusan lagi, 'kan? Jika tidak ada aku akan pergi, aku harus pergi ke toko dan bersiap siap untuk pembukaan.
"Aku sungguh ingin pergi ke toko kecilmu." Ruki tersenyum dan berkata, "Lebih baik mengelola toko sendiri dari pada bekerja di tempat konstruksi. Katakan padaku, kamu mendapatkan uang sebanyak itu dari mana hingga bisa membuka toko?
"Tabungan untuk menikah, boleh kan?" Sudahlah, cukup omong kosongnya, aku pergi dulu, sampai jumpa," Erick pergi saat itu juga.
"Erick, jika kali ini aku memecahkan kasus ini, kakak akan mentraktirmu makan," ujar Ruki.
Erick menoleh ke belakang untuk melihatnya sekilas, "Pergi ke Restoran Taliwah itu lagi?"
Ruki menggelengkan kepalanya, "Tidak, kita ganti ke Restoran Taliwah lainnya."
Erick, "..."
Pada saat ini seorang polisi paruh baya muncul di depan pintu kantor dan menghalangi jalan Erick.
Erick membungkukkan badan dengan sopan dan maju selangkah, di saat yang sama dia melirik lencananya, nama polisi paruh baya itu adalah Martin Kosasih, dia memiliki pangkat inspektur sama seperti Ruki.
Martin adalah wakil ketua biro, setelah Hansen dipecat dia mengira bahwa dia yang akan mengambil posisi ketua. Tak disangka, Ruki yang mengambil posisi ini. Di seluruh Kantor Cabang Distrik Bileal, dia yang paling tidak senang dengan Ruki.
Martin melirik Erick, setelah itu dia mengambil langkah besar dan berjalan memasuki kantor Ruki, dia membanting dua potret yang ada di tangannya ke meja Ruki, "Bu Ruki, kamu tidak punya bukti apapun dan mengeluarkan surat perintah buronan, ini melanggar aturan!"
Ruki diintimidasi olehnya, bahunya sedikit bergetar dan suaranya sungguh terdengar bergetar, "Pak Martin... bukti apa lagi yang kamu inginkan? Temanku melihatnya, tidak mungkin salah."
"Temanmu?" Martin menoleh untuk melihat Erick, tiba tiba dia teringat, bukankah ini bocah yang menjatuhkan Hansen?
Ruki melambaikan tangan ke Erick, "Erick, kamu beri tahu apa yang kamu ketahui kepada Pak Martin."
Senyum masam muncul di wajah Erick dan dia diam diam berkata dalam hatinya, 'Kamu adalah ketua yang tidak berguna. Kamu seperti tiger betina di depanku dan seperti kelinci di depan orang lain. Kamu benar benar milik....' Dia bergumam dalam hatinya tetapi wajahnya tidak memiliki ekspresi, "Begini, kemarin kedua tersangka ini datang kepadaku dan aku membantu mereka mengelas kunci, yaitu kunci yang dicuri dari rumah Profesor Kenzo."
"Apa yang kamu ketahui? Siapa kamu? Apa aku bertanya padamu? Martin menyemprot Erick di wajahnya.
Erick tertegun sejenak dan juga marah, "Apa aku bicara denganmu? Siapa kamu? Aku sedang bicara dengan Bu Ruki, apa kamu ada masalah? Aku hanya bicara dengan Ketua Biro, aku terlalu malas untuk bicara dengan Wakil Ketua dan yang lainnya.
"Kamu...." Wajah gemuk Martin memerah seperti liver hewan, dia paling benci saat seseorang memanggilnya Wakil Ketua, tetapi Erick menginjak lukanya!
Dengan canggung Ruki berkata, "Erick, jangan seperti ini...."
Erick berkata, "Kamu juga, bukan aku ingin mengomelimu, tetapi kamu adalah Ketua Biro sekarang, jabatanmu lebih tinggi darinya. Dia malah lari kemari untuk marah marah kepadamu, apa haknya?"
Martin menunjuk hidung Erick dan berkata, "Bocah, tunjukkan rasa hormatmu!"
Erick mencibir, "Aku hanya menghormati orang yang pantas dihormati, kamu tidak termasuk, jangan kira aku tidak tahu isi hatimu. Ruki menemukan pertunjuk atas kasus ini, kamu khawatir dia akan menyelesaikannya dalam seminggu dan duduk dengan tenang di jabatannya, sedangkan kamu tidak punya harapan untuk merebutnya, 'kan?"
Bibir Martin berkedut dua kali, tetapi dia sama sekali tidak berkutik. Erick sungguh bisa menebak isi hatinya, Ruki tiba tiba menggambar sketsa wajah tersangka sehingga dia panik sehingga dia datang ke kantor Ruki untuk membuat masalah dan menunda penyelesaian kasus ini."
Erick berkata, "Kamu mendapatkan gaji dari negara, tapi tidak tahu cara menyelesaikan kasus dan hanya memikirkan kepentingan sendiri. Aku sungguh malu akan orang sepertimu. Untuk apa kamu menjadi polisi jika tidak ingin memecahkan kasus? Kamu tahu kenapa mereka memilih Ruki dibanding kamu? Dengan pola pikir seperti itu kamu tidak akan pernah menjadi Ketua!
"Baiklah, kita pergi dan lihat! Ruki, pecahkan kasus ini sendiri!" Martin memotret dua gambar yang ada di atas meja, lalu merusaknya dan membuangnya ke tempat sampah. Dia berjalan keluar dari kantor dengan menggebu gebu, dan memberi tatapan penuh benci kepada Erick.
Hanya tersisa Ruki dan Erick yang ada di kantor, suasananya agak membosankan.
"Erick." Ruki memecah kesunyian, "Aku tidak menyangka mulutmu sehebat itu, mengapa dulu kamu selalu dalam berdebat?"
Erick tersenyum pahit, "Kamu masih bisa bercanda di situasi tidak menguntungkan seperti ini?"
"Kenapa tidak menguntungkan untukku?" Ruki terlihat bingung.
Erick berkata, "Apa kamu tidak mendengar apa yang dikatakan Pak Martin tadi? Kamu pecahkan kasus ini sendirian. Kamu tidak mengerti arti kata kata ini? Orang orang yang ada di kantor polisi ini sangat sulit untuk diperintahkan, kamu bisa saja menyuruh mereka untuk membantu, tapi mereka tidak akan sungguh sungguh."
Ruki segera tertegun di tempat.
Erick menghela napas, "Kamu terlalu polos, kamu ditipu pun tidak sadar. Coba kamu pikirkan, tiba tiba dari seorang pekerja biasa kamu dipromosikan menjadi Ketua, berapa banyak orang yang mengakuimu? Setelah Hansen jatuh, orang yang didengarkan di kantor ini adalah Martin, bukan kamu. Dia punya reputasi yang dia bangun selama bertahun tahun dan juga orang orang yang dia kembangkan, kamu tidak punya apa apa. Selain itu, orang yang ada di kantor polisi ini berpikir kamu akan diberhentikan paling lambat satu minggu lalu digantikan oleh Martin. Katakan padaku, apakah mereka akan mendengarkanmu atau Martin?"
Ruki menggelengkan kepala, "Aku tidak percaya, pekerjaan adalah pekerjaan dan selalu ada orang yang berpegang pada prinsip, 'kan? Walaupun aku akan dipecat dalam seminggu, aku masih akan menjadi Ketua dalam seminggu, aku tidak percaya aku tidak bisa memerintahkan mereka. Kamu ikut denganku, aku akan membuktikan kamu salah."
Erick tersenyum sedih, "Aku telah berjuang dalam masyarakat selama bertahun tahun, dan aku telah mengerti dunia ini. Tidak ada yang perlu kamu buktikan kepadaku. Aku telah melakukan apa yang aku bisa, masalah seperti ini aku tidak bisa membantumu. Aku harus pergi."
"Astaga, itu tidak akan memakan terlalu banyak waktu." Ruki menarik tangan Erick dan menyeretnya ke kantor staf polisi.