Bab 13 Ketua Wanita Pandai Bersikap Manja
Sring, sring, sring....
Setelah memiliki pengalaman, kali ini Erick menyolder kunci lebih cepat dari pada menyolder lembaran besi cor tadi. Dia menyolder dalam waktu kurang dari lima menit dan itu lebih cepat dari sebelumnya.
Pria berjas dengan semangat meraih kunci besi yang masih panas dengan kain merah untuk mengamati jahitan dan garis las. Lalu dia berkata pada wanita di sampingnya, "Berikan dia dua belas juta, ayo pergi."
Tanpa berkutik, wanita seksi itu menghitung dua belas juta dari dompetnya lalu memberikannya kepada Erick.
Erick menyerahkan uang itu kepada Kakek Djuanda tetapi Kakek Djuanda malah melambaikan tangannya, "Tidak, tidak, mana boleh saya mengambil uang ini? Jika saya ambil, di mana harga diri saya. Uang ini diperjuangkan olehmu, simpan untuk dirimu."
Erick tersenyum, "Kalau begitu aku simpan ya."
Disaat mereka berbicara, pria berjas dan wanita seksi itu sudah pergi tanpa sepatah kata pun.
"Sangat misterius, entah apa yang mereka lakukan," gumam Kakek Djuanda.
Dalam hati, Erick juga merasa sangat aneh. Diam diam dia berkata, "Kunci itu mungkin sudah berusia ratusan tahun, mengapa bisa patah? Hingga kedua orang ini datang ke tempat terpencil ini hanya untuk mencari tukang las?"
"Anak muda, mari kita mengobrol terus terang," ujar Kakek Djuanda.
Sambil tertawa Erick berkata, "Iya, ayo kakek buka harga."
Kakek Djuanda pun berkata, "Awalnya ingin kujual 220 juta, kamu juga sudah lihat peralatan ini, pelabuhan pos masuk di sini, dan uang sewa selama dua tahun. Harga ini sangat masuk akal. Namun, setelah melihatmu menunjukkan kemampuanmu, aku mengagumimu. Aku sudah berkecimpung di bidang ini sepanjang hidup, aku belum pernah melihat orang dengan keahlian sebaik kamu. Jika aku menyerahkan toko ini kepadamu juga bisa dikatakan semacam takdir. Begini, kamu berikan 210 juta saja."
"Sepakat, terimakasih, kek," ujar Erick dengan cepat.
Hari mulai gelap ketika serah terima selesai, Erick memanggil Anthony datang ke tempatnya untuk menceritakan seluruh kejadian. Anthony pun tercengang setelah mendengarnya.
"Bro, darimana uang sebanyak itu? Dalam waktu sekejap kamu dapat membeli toko ini?" Ekspresi Anthony heboh.
"Masalah uang kamu tidak perlu tahu, apakah kamu tertarik untuk kerjakan ini bersamaku?" tanya Erick.
"Pasti dong, beberapa tahun ini di mana kamu berada, aku juga disana. Kita berdua selalu bersama, dari pada bekerja untuk orang lain lebih baik bekerja untukmu," ungkap senang Anthony.
"Kalau begitu mari kita lakukan bersama, kamu juga tidak perlu kerja untukku. Setelah mendapatkan uang kita bagi dua," ujar Erick.
"Mana boleh, toko ini milikmu, masa kita bagi rata? Saudara kandung pun harus memiliki pembagian keuangan yang jelas. Begini saja, jika kamu menghasilkan banyak, kamu membagiku banyak, dan jika menghasilkan sedikit, kamu juga membagiku sedikit. Jika sampai rugi, maka tidak perlu berikan uang padaku," ujar Anthony.
"Baiklah Bro, seperti itu saja. Aku akan menambahkan beberapa peralatan kemudian merenovasi toko. Setelah itu kita sudah bisa pembukaan," ujar Erick sambil tertawa.
"Nama toko sudah ada belum?" tanya Anthony.
Erick berpikir sejenak, "Emm, nama aku Erick, marga kamu Sirma, sebut saja Bengkel Jhones Sirma."
"Tidak," ujar Anthony.
"Apakah ada nama yang lebih bagus?" Erick memandang Anthony.
Anthony tertawa sambil berkata, "Namamu Erick, marga calon kakak ipar Flowian, seharusnya dinamakan Bengkel Jhones Flowian."
"Dasar!" Erick menepuknya tetapi Anthony berhasil menghindarinya.
Setelah mempunyai bengkel sendiri, mereka berdua sangat senang. Rasanya seperti sudah lama merantau, tiba tiba memiliki rumah.
Mereka membersihkan sampah sarap di toko, kemudian membersihkan toilet. Sampai Aisley menelepon untuk mendesak mereka makan malam, barulah mereka pulang mengendarai motor Qianjiang 125 yang sudah usang.
Erick menghabiskan puluhan juta untuk memesan beberapa peralatan dan perkakas secara online. Uang yang dimenangkan di Kota Macwa juga sudah mau habis. Uang habis, tetapi hatinya malah lebih tenang. Tidak bilang mempunyai penghasilan besar, punya bengkel sendiri saja sudah pasti pekerjaan dan penghasilan akan lebih stabil. Dan yang paling penting, jika dia bisa terkenal di industri ini, dengan kemampuan penglihatan mata kirinya, mungkin dia akan memiliki bisnis yang besar!
Malam ini Erick tertidur pulas, dia memimpikan Ruki, lalu memimpikan Laurent....
Pagi keesokan harinya, Erick keluar setelah makan bubur. Disaat turun, dia bertemu dengan Ruki yang sedang berjalan menunduk menuju lantai atas. Jika Erick tidak menghindar, maka Ruki akan membenturkan kepalanya ke lengan Erick.
"Ruki, ada apa denganmu? Pagi pagi sudah linglung seperti ini?" tanya Erick.
"Oh, aku lagi menuju rumahmu untuk cari kamu." Ketika Ruki melihat Erick, senyum muncul di wajahnya.
"Jangan senyum padaku, setiap kali kamu senyum padaku pasti bukan hal baik," ujar Erick, "Aku beritahu dulu yah, hari ini aku gak punya waktu untuk menemanimu jalan jalan beli pakaian. Kalau kamu mau ditemani, aku akan minta Aisley menemanimu."
"Beli pakaian apa? Sekarang kalau aku dipakaikan jubah naga pun tidak bisa senang." Ruki mengerutkan dahinya.
"Apa yang terjadi?"
Ruki cepat menjawab, "Semalam saat makan siang denganmu, bukankah aku menerima telepon untuk pergi ke tempat kejadian perkara? Ternyata kasus yang sulit, dan mendapatkan perintah dari atasan. Cabang kami diberi waktu satu minggu untuk menyelesaikan kasus ini, jika tidak aku akan diberhentikan sebagai ketua."
"Kasus apa? Seserius itu kah?"
"Bagaimana tidak serius? Dua hari lalu, Profesor Kenzo, seorang arkeolog terkemuka di Kota Haviar terbunuh di rumahnya. Jasadnya baru ketahuan ketika pembantunya kembali dari kampung halamannya kemarin. Teknik pembunuhannya sangat profesional, tidak meninggalkan jejak sama sekali di tempat kejadian, bahkan tangkapan cctv juga dibawa pergi. Tidak ada petunjuk apapun untuk kita menyelesaikan kasus ini," ujar Ruki dengan wajah sedih, "Erick, menurutmu aku harus bagaimana?"
"Masalah ini memang sangat ribet, tetapi aku juga tidak bisa membantu apa apa," ujar Erick.
"Siapa bilang kamu tidak bisa membantu? Aku datang mencarimu untuk meminta bantuan."
Erick menjawab dengan terkejut, "Aku? Pertama, aku bukan polisi. Kedua, aku bukan detektif swasta. Apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu?"
Ruki berkata, "Bukannya kamu mengenal seorang wanita dengan latar belakang yang kuat? Wanita yang hari itu menodongkan pistol ke kepala Hansen. Aku berpikir sepanjang malam, dia sangat hebat. Ternama dan kuat, dia pasti bisa membantuku melewati rintangan ini."
Erick, "..."
"Erick, tolong bantu aku dong, kamu tega melihat aku hanya dijadikan ketua selama satu minggu?" tanya Ruki sambil menarik tangan Erick dengan lembut dan bertingkah manja.
Erick tidak tahu harus menangis atau tertawa, "Aku tidak kenal dengannya, mana mungkin orang mau membantu dalam masalah seperti ini?" Tiba tiba Erick terpikirkan sesuatu, "Tunggu, tadi katamu orang itu meninggalkan suatu benda peninggalan, apa itu?"
"Sebuah kunci."
Jantung Erick berdetak kencang, bertanya dengan cemas, "Kunci apa?"
"Seperti sebuah kunci yang sudah berusia ratusan tahun." Ruki memandangi Erick, "Untuk apa kamu menanyakan ini?"
Erick berkata sambil tersenyum, "Aku kebetulan melihat kunci itu."
Dengan terkejut, Ruki bertanya, "Kamu pernah lihat kunci itu? Bagaimana mungkin?"
Erick menceritakan kejadian kemarin.
"Cepat, cepat, pergi denganku!" Ruki menarik Erick menuju tempat parkiran.
"Kamu mau bawa aku kemana?"
Ruki menjawab dengan penuh semangat, "Ikut aku ke kantor polisi, di kantorku ada foto kunci itu, dan ada beberapa dokumen penelitian Profesor Kenzo, kamu coba lihat nanti. Yang terpenting adalah kamu bantu aku untuk mendeskripsikan wajah kedua orang itu agar aku bisa menggambarnya."
Erick menghela nafas diam diam, awalnya dia berencana untuk pergi ke bengkel, tapi sekarang sepertinya harus tertunda.
Setengah jam kemudian, Erick mengikuti Ruki pergi ke Distrik Belial. Begitu dia memasuki kantor polisi, dia menyadari bahwa para petugas polisi memandangi dia dan Ruki dengan mata berbinar. Orang orang ini sepertinya menunggu untuk menertawakan Ruki. Mereka akan mengolok olok Ruki selama beberapa waktu jika Ruki benar benar diberhentikan satu minggu setelah memperoleh jabatan sebagai ketua.
"Cepat, cepat, aku benci orang orang ini," desak Ruki dengan suara rendah.
Erick tertawa sambil mengatakan, "Kamu itu ketua, atasan mereka, mana ada atasan takut kepada bawahan? Kamu harusnya memiliki martabat."
"Melewati rintangan di depan mata ini baru kita bahas soal martabat ya." Ruki mendorong pundak Erick sambil berjalan ke depan, sama sekali tidak peduli dengan pandangan aneh rekan kerjanya.
Setibanya di kantor, Ruki mengeluarkan dokumen dari tas lalu menyerahkannya kepada Erick.
Di dalam tas dokumen ada beberapa foto, yaitu foto jasad, foto tempat kejadian perkara, juga foto sebuah kunci.
Melihat foto kunci itu, Erick tercengang.
Foto itu adalah kunci yang kemarin dia solder, keduanya memiliki panjang, warna dan pola yang sama.
Pakaian, tinggi badan, wajah, tatapan pria berjas dan wanita seksi muncul di benaknya. Terkesan seperti kembali ke keadaan kemarin sore, melihat mereka berdua dengan mata sendiri di toko Kakek Djuanda!
'Apa yang terjadi? Bagaimana bisa aku mengingat sampai begitu jelas? Walaupun melihat foto mereka, atau ingatanku bagus, juga tidak mungkin bisa ingat sampai ke tahap seperti ini!' ujar Erick dalam hati dengan sangat terkejut.
Ruki memandangi Erick, "Apa yang terpikirkan?"
Erick sepertinya tidak mendengar suara Ruki, dia merem dan mengingat kembali pola kunci yang dia las. Di benaknya, muncul tampilan kunci besi itu beserta dengan pola dan detail yang jelas, seolah olah dia sedang foto kunci itu dengan matanya sendiri!
Setengah menit kemudian, Erick membuka matanya dan melihat foto kunci. Pola kunci yang ada di benaknya sama persis dengan yang ada di foto. Yaitu dalam ingatan tadi, dia tidak melupakan detail apa pun!
Seketika, Erick menyadari bahwa itu bukan memori. Lebih seperti mata kiri Erick menyimpan semua gambaran yang pernah ia lihat. Selama dia mengingat sebuah gambaran, mata kirinya akan memberikan gambar sejenis dengan jelas!
Secara tak sengaja, dia menemukan kemampuan baru mata kirinya. Tak terlupakan!