Bab 2 Mari Hapus Masalah Kita

Hanna bersyukur karena tiga hari yang lalu kala ia memberitahu Adit tentang kabar kehamilannya, Adit terlihat tenang dan lebih banyak tersenyum. Bahkan kali ini Adit berniat mengajaknya untuk memeriksakan kandungannya. Entah kenapa dengan sikap Adit yang seperti ini, Hanna yakin jika sebentar lagi ia harus menelepon orangtuanya dan meminta restu untuk menikah dengan Adit. Hanna tahu jika orangtuanya akan kecewa dengan pilihan yang ia ambil bahkan mungkin merasa gagal mendidiknya dengan baik. Karena itu Hanna berniat untuk mencoba hidup mandiri tanpa bantuan finansial dari kedua orangtuanya kala ia sudah menikah dengan Adit. Hanna yakin mereka akan mampu menghidupi keluarga kecil ini asalkan kedua orangtua mereka tidak banyak menuntut dan berekspektasi tinggi pada mereka berdua. Kala kelasnya hari ini selesai, Hanna segera mencari Aditya dan tanpa banyak membuang waktu, Aditya segera mengajak Hanna untuk menuju ke tempat di mana ia sudah membuat janji yang tidak diketahui oleh Hanna. Sepanjang perjalanan Hanna hanya bisa mengernyitkan keningnya karena Aditya lebih banyak diam. Ketika akhirnya Hanna sampai di sebuah tempat yanng lebih cocok disebut sebagai klinik daripada rumah sakit, Hanna sadar akan suatu hal. Kemugkinan besar Adit memintanya untuk menggugurkan kandungannya. Ketakutan itu tiba-tiba sudah menyelimuti diri Hanna namun ia harus tenang dan memikirkan caranya untuk kabur tanpa disadari oleh Adit. "Katanya kita mau ke rumah sakit?" tanya Hanna begitu Aditya mematikan mesin mobil. "Rumah sakit antrinya lama, jadi kita ke sini aja." "Kok aku rada gimana gitu ya, Dit sama tempatnya. Enggak nyaman aja aku lihatnya." Hanna melihat wajah Adit yang tampak memiliki beban berat hingga akhirnya Adit memegang tangannya. "Han, kamu tahu 'kan kalo aku cinta sama kamu?" Hanna menganggukkan kepalanya pelan sambil menatap wajah laki-laki yang merupakan cinta pertamanya ini. "Karena aku cinta sama kamu, aku enggak mau membuat hidup kamu susah apalagi menderita. Salah satu hal yang bisa membuat hidup kita menderita adalah memiliki anak ketika kita belum siap mental dan materi. Karena itu lebih baik kita men-delete masalah kita ini sebelum terlambat." satu detik... dua detik... tiga detik... Hanna diam mematung di kursi penumpang depan mobil. Memikirkan bahwa Adit merasa bahagia seperti dirinya karena akan memiliki anak tiga hari yang lalu kini pupus sudah. Senyum yang Adit berikan nyatanya membuat Hanna merasa dibohongi. Oh, tidak... bukan dibohongi, ia saja yang terlalu bodoh menjadi seorang wanita yang rela menyerahkan mahkotanya dan terlalu mempercayai gombalan Adit selama ini. Rasanya Hanna ingin marah pada dirinya sendiri karena jauh-jauh ia menempuh pendidikan dari keluarganya agar ia memiliki kebebasan sedikit seperti orang lain tapi yang ada akhirnya ia merasa bersalah. Andai bisa kembali ke masa di mana pertama kali ia bertemu dengan Aditya, Hanna pasti akan dengan senang hati memilih untuk tidak mengenalnya. Ia kira Adit adalah anugerah di hidupnya namun nyatanya Adit adalah musibah besar yang baru ia sadari beberapa menit ini. Aditya yang menyadari jika Hanna terlihat sangat shock dengan informasi ini hanya bisa memgang tangan pacarnya itu lebih erat lagi. Ia harus meyakinkan Hanna tentang langkah ini adalah demi kebaikan mereka berdua. Tidak mungkin ia dan Hanna akan bisa merawat anak ini tanpa bantuan finansial dari orangtua mereka saat ini. Apalagi mereka baru memasuki tahun kedua berkuliah di sini. Masih ada beberapa tahun lagi hingga mereka menyelesaikan pendidikan, bekerja dan barulah mereka bisa menikah lalu memiliki anak. Rencana ini sudah terpatri di dalam hati dan kepala Adit. Ia akan berusaha mewujudkannya meskipun ia tahu jika pilihannya kali ini akan membuat konflik besar dengan Hanna. "Aku tahu anak itu anugerah tapi kalo dia datang saat ini di hubungan kita, dia menjadi musibah. Kita baru 19 tahun, Han dan masa depan kita masih panjang. Nanti setelah kita men-delete si trouble maker ini, kita bisa kembali ke kehidupan normal kita. Ke depannya aku juga janji kalo aku akan pakai pengaman setiap kali kita berhubungan agar kamu enggak jebol lagi." Hati Hanna rasanya diiris-iris kala mendengar perkataan Adit ini. "Dit?" panggil Hanna pelan dan hampir seperti orang bergumam. "Ya?" "Apa kamu yakin dengan semua ini?" "Yakin. Selama tiga hari aku mencari tempat aborsi yang memilki reputasi bagus dan sebisa mungkin minim resiko. Akhirnya aku nemuin tempat ini. Sekarang kita keluar, ya?" Ajak Adit kepada Hanna. Kini Hanna segera membuka pintu mobil dan keluar mengikuti apa yang Adit lakukan. Begitu Hanna sudah berada di luar, Hanna segera berjalan mendekati Adit. Mereka masuk bersama ke dalam klinik. Saat Adit melakukan registrasi, Hanna meminta ijin untuk ke toilet. Sayangnya bukan menuju ke arah toilet, Hanna justru menuju ke arah pintu keluar. Begitu ia berhasil keluar dari klinik aborsi ini, Hanna segera mencari taxi. Untung saja ia segera mendapatkannya. Ia meminta supir taxi itu mengantarkannya ke apartemennya. Di tengah perjalanan, sebuah panggilan masuk ke dalam handphone Hanna. Tidak perlu bertanya siapa yang melakukan panggilan ini, tentu saja Adit yang merasa bahwa ia terlalu lama berada di dalam kamar mandi. Hanna mencoba mengabaikannya dan justru mengirim sebuah pesan kepada Adit. Hanna : Aku masih di kamar mandi. Kamu tunggu aja nanti aku samperin ke sana kalo sudah selesai. Setelah mengirimkan pesan itu, Hanna segera mematikan handphonenya. Ia tak memiliki banyak waktu saat ini. Begitu sampai di apartemennya, Hanna segera berlari ke arah lift. Ia hanya bisa berdoa bahwa Adit tidak akan menyusulnya saat ini. Ia perlu berkemas dan meninggalkan tempat ini secepatnya. Saat sampai di dalam unit apartemennya, Yang Hanna lakukan adalah membuka koper dan memasukkan beberapa pakaiannya. Selesai itu, ia segera mengemasi dokumen-dokumen penting miliknya. Sekitar lima belas menit Hanna berkemas-kemas kini dirinya segera keluar dari apartemen dan mencari taxi. Di tengah-tengah ia merasa kecewa dengan sikap Adit Hanna tahu bahwa ia harus menemukan sebuah tempat perlindungan untuk dirinya. Mengingat ia tidak memiliki keluarga di sini, akhinya hotel menjadi pilihan Hanna untuk tinggal sementara sambil ia mencari tiket penerbangan untuk pulang ke Jakarta. *** Sejak beberapa hari yang lalu, Adit sudah uring-uringan di dalam apartemennya karena Hanna pergi meninggalkan dirinya begitu saja. Handphone Hanna yang tidak aktif dan apartemennya yang kosong ketika Adit masuk ke dalam, cukup menjadi sebuah jawaban bahwa Hanna telah berbohong kepada dirinya. Rasa marah dan kecewa benar-benar Adit rasakan saat ini. Terlebih tidak ada satupun teman Hanna yang tahu keberadaan wanita itu saat ia mencoba menelepon dan menyambangi teman-teman Hanna di kampus. Damn it! Rasa frustasi yang Adit rasakan benar-benar telah sampai di puncaknya. Ia harus memastikan bahwa darah dagingnya yang ada di dalam rahim Hanna itu benar-benar sudah lenyap untuk selama-lamanya. Jangan sampai suatu saat nanti ada seorang anak yang mencari dirinya lalu meminta pertanggung jawaban karena telah menelantarkannya. Ah, tidak... jika sampai hal terjadi, sama saja artinya dengan menghancurkan nama baik keluarga dan terlebih masa depannya. Sebuah pesan yang masuk ke handphone Adit membuat Adit segera membukanya. Nama Hanna muncul di sana. Sumber utama kegelisahannya selama beberapa hari ini akhirnya mengabari dirinya. Segera saja Adit membukanya. Hanna : Aku sudah menghapus masalah kita. Mulai sekarang kamu bisa hidup dengan tenang. Adit cukup terkejut saat membacanya, namun begitu ia mencoba menelepon Hanna, nomer perempuan itu sudah tidak aktif lagi. Meskipun masih memiliki rasa kesal, namun Adit berusaha untuk mengontrol dirinya. Informasi dari Hanna ini cukup melegakan bagi dirinya meskipun ia tidak mendapatkan foto janinnya yang telah diaborsi oleh Hanna. ***
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Bab 1 Backstreet Bab 2 Mari Hapus Masalah Kita Bab 3 Diusir Bab 4 Kartu Nama Untuk Hanna Bab 5 Malaikat Tak Bersayap Bab 6 Hari Apes Itu Ternyata Ada Bab 7 Mari Sembunyikan Dia Bab 8 Pekerjaan Baru Bab 9 Golongan Darah Berbeda Bab 10 Djiwa Raga Semesta Bab 11 Tamu tak diundang Bab 12 Dia mau datang melayat Bab 13 Lobby Hotel Bab 14 Cerita kepada sahabat appBab 15 Kejutan Dari Raga appBab 16 Surat Wasiat Arman appBab 17 Mama di Jakarta, aku di Surabaya appBab 18 Andai aku jadi kamu appBab 19 Takut Raga Kecewa appBab 20 Suami Halu appBab 21 Setuju Pindah ke Jakarta appBab 22 Sekolah Raga appBab 23 Mencoba menutupi kenyataan appBab 24 Ternyata Dana Berbohong appBab 25 Konsultasi Hukum dengan Elang appBab 26 Mengkhawatirkan Mama appBab 27 Depan Sekolah Raga appBab 28 Insiden Pagi di Kantor Dana appBab 29 First Meet Elang with Hanna appBab 30 Berjalan Sesuai Rencana appBab 31 Damai Bersyarat appBab 32 Memberitahu kenyataan yang sebenarnya appBab 33 Menolak Beasiswa appBab 34 Bandara appBab 35 Dia anak kamu! appBab 36 Rumah Sakit appBab 37 Dia tahu dari siapa? appBab 38 Informasi tentang Hanna appBab 39 Kantor Hanna appBab 40 Jujur kepada Lisa appBab 41 Memberitahu Yudhis appBab 42 Konfilk di pertemuan pertama appBab 43 Harus Minta Izin Raga Dulu appBab 44 Terbiasa Mandiri appBab 45 Semua Salah Aku appBab 46 Jangan buru-buru appBab 47 Meminta keterangan dari Dana appBab 48 Surat Pengunduran Diri Dana appBab 49 Nasib Sial Malik appBab 50 Ini Semua Permintaan Raga appBab 51 Jadi Papaku ya, Om? appBab 52 Gosip Panas di Kantor appBab 53 Bertemu Pradnya appBab 54 Rencana Ulang Tahun Perusahaan appBab 55 Ulang Tahun Aledra Group appBab 56 Acara Lelang appBab 57 Kebohongan Besar Untuk Menutupi Kenyataan appBab 58 Sudah Tahu Sejak Lama appBab 59 Curhatan Hanna appBab 60 Berkenalan dengan Lapak Dosa appBab 61 Curhatan Raga Kepada Elang appBab 62 Usaha Membuat Orangtua Adit Ilfeel appBab 63 Akhirnya aku tidak nyaman sendiri appBab 64 Informasi Kegiatan Hari Ayah appBab 65 Makan Malam Pertama appBab 66 Mencoba meminta kesempatan appBab 67 Saya Ayahnya Raga appBab 68 Perjalanan ke Lembang appBab 69 Act of Service appBab 70 Sekamar Bersama Adit appBab 71 Apakah ini yang aku rindukan? appBab 72 Bersilaturahmi di Atas Ranjang appBab 73 Pembukaan Acara appBab 74 Tidak Mau Tidur Seranjang appBab 75 Pengakuan kepada Raga appBab 76 Ajakan Nongkrong appBab 77 Nongkrong Bersama Penghuni Lapak Dosa appBab 78 Tentang Permintaan Dinner appBab 79 Perdebatan di Dapur Rumah Hanna appBab 80 Bersedia yang bersyarat appBab 81 Mari bicara baik-baik appBab 82 Terpaksa Mengintimidasi dan Mengancam appBab 83 Pecel Lele appBab 84 Adit Sakit appBab 85 Penthouse Adit appBab 86 Opname appBab 87 Tidak Harus Cincin appBab 88 Perasaan Khawatir appBab 89 Hujan, Guntur dan Petir appBab 90 Bukan Seperti Ini Yang Aku Mau appBab 91 Tentang Lean yang harus kamu tahu appBab 92 Mari Kita Menyombongkan Adit di Depan Raga appBab 93 Villa Adit appBab 94 Khayalan kita jadi kenyataan appBab 95 Omelan Elang untuk Raga appBab 96 Ternyata Kita Bisa Akur appBab 97 Alergi Udang appBab 98 Maaf Terlalu Overthingking Selama Ini appBab 99 Tulus Atau Napsu appBab 100 Kenapa Adit Marah? appBab 101 Aku Cemburu appBab 102 She said Yes appBab 103 Menginap di Penthouse Adit appBab 104 Pagi bersama Hanna appBab 105 Perdebatan Hanna dengan Shinta appBab 106 Adit vs Shinta appBab 107 Menghajar Teman Sekolah appBab 108 Di depan temannya dan di depanku berbeda appBab 109 Merasa dibohongi appBab 110 Ternyata Kamu Juga Tahu appBab 111 Mabuk appBab 112 Setelah mabuk appBab 113 Undangan Untuk Shinta appBab 114 Akhirnya dia panggil aku Papa appBab 115 Satu Bantuan appBab 116 Mengalah pada pilihan Adit appBab 117 Time So Fast appBab 118 Operasinya Berjalan Lancar appBab 119 Namanya saja Lapak Dosa appBab 120 Peringatan dari Adit untuk Bejo appBab 121 Selamat Jalan, Ma appBab 122 Mari Kita Buat Mama Bahagia appBab 123 Kamar romantis yang sia-sia appBab 124 Suka Lupa Tempat appBab 125 Menunggu satu tahun lagi appBab 126 Nikah dan kawin itu berbeda appBab 127 Jangan Keterlaluan Jadi Orangtua appBab 128 Lingerie Satin di Pagi Hari appBab 129 Hanna yang terlalu kolot appBab 130 Manjanya ke Papa Aja appBab 131 Satu Hari bersama Hanna dan Raga appBab 132 Pinangan di Hutan Pinus appBab 133 Elang Galau appBab 134 Mencari tahu mengenai masa lalu appBab 135 Pengunduran diri Bejo appBab 136 Ruang Makan Rumah Elang appBab 137 Kembali ke Perusahaan appBab 138 Sebagai Relasi Bisnis appBab 139 Menemani Raga appBab 140 Bikin Mama Cemburu appBab 141 Suasana Pagi di Guest House appBab 142 Piknik appBab 143 Mencari Surat Pengantar Nikah appBab 144 Mencoba Memahami Keinginan Lisa appBab 145 Bertemu Dengan Vendor WO appBab 146 Mari Kita Diskusikan Berdua appBab 147 Menemani Wilson Berduka appBab 148 Pemakaman Chava appBab 149 Demi Wilson Rela Tinggal di Penthouse appBab 150 Kita Sandiwara Aja appBab 151 Permintaan Mama dan Papa appBab 152 Bekerja Sekaligus Prewedding appBab 153 Kabar Bahagia Mendadak appBab 154 Sederhana Tapi Berkesan appBab 155 Goa Jomblang appBab 156 Kalisuci Cave Tubing appBab 157 Andai Dia Ada di Sini appBab 158 Dapat Restu Tinggal Bersama Wilson appBab 159 Pertemuan terakhir sebelum dipingit appBab 160 Liburan Tanpa Pasangan appBab 161 Sah appBab 162 Hari Pertama Jadi Suami Istri appBab 163 Resepsi Pernikahan appBab 164 Diskusi Anak dan Orangtua appBab 165 Honeymoon app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
UNION READ LIMITED
Room 1607, Tower 3, Phase 1 Enterprise Square 9 Sheung Yuet Road Kowloon Bay Hong Kong
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta