Bab 2 Bertemu Penyihir
Biantara adalah kota tingkat ketiga.
Namun nyatanya, kota ini bahkan gagal menjadi kota tingkat ketiga.
Setelah memiliki uang, banyak orang bergegas meninggalkan tempat itu, pindah ke ibu kota yang lebih makmur dan maju atau ke kota tingkat pertama.
Namun, bagi Jaya, Biantara adalah tempat yang sangat dia impikan selama tiga tahun terakhir.
Lagi pula, seseorang yang tak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya ada di sana, dan sosok itu adalah istrinya, Jelita Subagja.
Lebih tepatnya, dia telah menikah dengan keluarga istrinya.
Empat tahun yang lalu, dia dijebak hingga menemui jalan buntu.
Perusahaannya bangkrut, dan dia dikejar-kejar oleh para debiturnya.
Dia terluka parah setelah ditebas sebanyak lebih dari belasan kali dan hampir tewas saat melarikan diri. Untungnya, Jelita datang menyelamatkannya.
Tak hanya itu, bahkan Jelita juga melunasi semua hutang Jaya.
Jelita hanya punya satu syarat—Jaya harus menikah dengannya dan ikut tinggal dengan keluarganya.
Keluarga Subagja adalah keluarga terpandang di Biantara, jadi tentu saja Jaya tidak layak menikahi putri sulung keluarga ini. Terlebih lagi, perusahaannya telah bangkrut, dan dia tidak punya uang sama sekali pada saat itu.
Setelah menikahi Jelita dan tinggal dengan keluarganya, yang dia terima hanyalah ejekan dan penghinaan yang tak ada habisnya.
Setelah mereka menikah, bahkan Jelita tak pernah tersenyum padanya sekalipun, apalagi mengizinkan Jaya menyentuhnya.
Beberapa saat kemudian, barulah Jaya mengerti bahwa Jelita menuntutnya untuk menikah dengan keluarganya karena tak ingin menjadi korban dalam pernikahan politik.
Karena itu, Jaya hanyalah alat yang digunakan Jelita untuk menolak pernikahan politik yang diatur keluarganya.
Meski telah berkorban sedemikian rupa, Jaya masih menanggung cemoohan dan ejekan yang tak ada habisnya hanya untuk membayar hutang budinya pada Jelita, yang telah melunasi semua hutangnya pada saat itu.
Namun, tiga tahun lalu, pada suatu hari, tiba-tiba dia menjadi target pembunuhan.
Dia tidak sengaja masuk ke kamp militer dan direkrut menjadi prajurit tentara secara paksa, padahal dia bahkan tidak bisa memegang senjata dengan benar.
Sejak saat itu, dia mulai pergi bertempur ke seluruh penjuru dunia.
Dari seorang prajurit yang sering ditindas, perlahan-lahan dia berubah menjadi sosok Asura, yang berhasil menaklukkan dunia dan membuat semuanya sangat ketakutan.
Semua itu terjadi berkat buku petunjuk teknik misterius yang entah bagaimana jatuh ke tangannya.
Buku petunjuk tersebut dikenal sebagai Teknik Naga Suci Kuno.
Sayangnya, kemudian dia mendapati bahwa Teknik Naga Suci Kuno yang ada di tangannya hanyalah setengah dari keseluruhannya. Buku petunjuk itu tidak lengkap, dan sisanya masih hilang.
"Sudah tiga tahun berlalu, dan akhirnya aku kembali!" Jaya tak bisa menahan seruannya sambil menatap lalu lintas yang padat di hadapannya. “Jelita, setelah menikah denganmu tiga tahun lalu, aku terus mendapat penghinaan. Kita berdua dipermalukan dan menjadi bahan tertawaan keluarga Subagja. Tapi hari ini aku kembali! Aku pasti akan menebus semua hutangku padamu dalam tiga tahun terakhir sebanyak seratus kali lipat! Mulai hari ini dan seterusnya, akan kupastikan bahwa tak ada yang berani mencemoohmu lagi! Aku ingin dunia ini bertekuk lutut padamu!”
Kemudian, dia mulai berjalan ke kediaman keluarga Subagja, dengan ingatan yang samar-samar di dalam kepalanya.
Namun, baru sampai setengah jalan, dia bertemu seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar dari sebuah panti pijat.
Riasannya tampak tebal, namun tetap tidak bisa menyembunyikan begitu banyak kerutan di wajahnya.
“Apa kau mau masuk dan bersenang-senang, tampan? Tarifnya hanya 1,5 juta rupiah, dan kau bisa memilih layanan apa pun yang kau inginkan! Jadi, bagaimana? Apa kau tertarik?"
Setelah itu, wanita paruh baya tersebut beringsut ke depan untuk meraih Jaya.
Tentu saja, Jaya tak akan membiarkan wanita itu menyentuh ujung pakaiannya.
Ugh! Dengan penampilan seperti itu, bahkan jika dia menawarkan layanannya secara gratis pun aku merasa jijik, apalagi harus membayar 1,5 juta rupiah!
“Menjauhlah dariku!”
Jaya sedikit mengerutkan alisnya dan segera berusaha mundur.
Namun, tiba-tiba wanita paruh baya itu kembali berhambur ke arahnya. “Ayolah, jangan pelit begitu, tampan. Tarifnya hanya 1,5 juta rupiah, kau tak mau membayar?”
"Pergi sana!" bentak Jaya dengan dingin.
Namun, saat kata-katanya itu terlontar dari mulutnya, tiba-tiba seorang wanita yang amat cantik berjalan ke arahnya. Tampaknya dia mengenali Jaya dalam sekali pandang.
“Jaya? Kau Jaya, bukan? Kau masih hidup, huh? Kupikir kau sudah lama mati setelah menghilang selama tiga tahun. Aku tak menyangka, ternyata kau masih hidup.”
“Yani?” Jaya pun mengenali wanita itu.
Wanita itu tak lain adalah Yani Sumendra, sahabat Jelita.
Dulu, ketika Jaya masuk ke keluarga Subagja, Yani menggunakan segala macam cara licik untuk merendahkan Jaya di depan Jelita, bahkan sampai membuat desas-desus agar Jelita menceraikannya.
"Ya ampun, ternyata kau benar-benar Jaya!" kata Yani dengan mata melebar. Sambil menganga tak percaya, dia berkomentar, “Kupikir aku salah orang. Aku heran, bagaimana mungkin ada seseorang yang terlihat persis seperti sampah tak berguna sepertimu.”
Sejak Jaya menikah dengan keluarga Subagja, Yani selalu meremehkannya.
Konyol sekali! Jelita adalah pewaris keluarga Subagja. Dia dikejar-kejar oleh banyak pria muda yang menjanjikan dan para ahli waris muda. Tapi, mau tak mau, akhirnya dia harus memilih pecundang ini, pria yang sangat miskin dan bahkan memiliki hutang yang menggunung!
"Di mana Jelita?" Jaya sedang tidak ingin bercanda dengan Yani.
Di matanya, Yani adalah orang yang tidak penting, tak ada bedanya dengan semut.
Bahkan mengucapkan sepatah kata pada Yani saja terasa sia-sia bagi Jaya.
“Jelita? Kau masih berani mencarinya?” Sambil mencibir, Yani mengejek, “Setelah pergi tanpa sepatah kata pun selama tiga tahun, sekembalinya ke sini, kau mencari pelacur di pinggir jalan? Aku tak peduli, tapi kau mencari pelacur kelas bawah? Dilihat dari penampilannya, bahkan harganya tidak sampai 1,5 juta rupiah, huh? Kau sungguh menjijikkan, Jaya Baiduri! Lebih baik kau pergi saja, tak usah mencari Jelita!”
Jelas sekali, Yani mengira bahwa Jaya mencari jasa pelacur di pinggir jalan karena kebutuhan seksual Jaya tidak terpenuhi.
Tak masalah jika dia ingin berhubungan dengan pelacur, tapi ini terlalu berlebihan! Melihat wanita tua itu sekali saja membuatku sangat mual, sampai-sampai aku merasa terlempar!
“Memangnya apa yang salah dengan penampilanku?” Wanita paruh baya itu langsung tampak marah setelah mendengar penghinaan Yani. “Asal kau tahu saja, aku bisa mendapat puluhan pelanggan dalam sehari! Ada begitu banyak pria yang ingin tidur denganku! Aku adalah ahli dalam permainan ranjang. Berhubungan badan denganku sangat menyenangkan! Anak ingusan sepertimu tidak tahu apa-apa!”
“Aku hanya lewat di sini. Aku bukan kliennya!” Jaya langsung mengernyit mendengar Yani yang semakin melantur.
Jaya sama sekali tidak peduli jika Yani salah paham tentang dia, tapi dia tak mau Jelita salah paham tentang dirinya.
Namun, Yani tidak mempercayainya sama sekali. “Kau bahkan tidak berani mengakui bahwa kau mencari jasa pelacur? Jaya, padahal sudah tiga tahun berlalu sejak terakhir kali aku melihatmu, kenapa kau masih saja pengecut? Jelita pasti benar-benar buta saat itu, sampai-sampai dia menyukaimu! Aku pasti akan memberitahunya tentang ini! Aku akan memastikan dia menceraikanmu!”
Setelah mengatakan itu, dia berputar dengan sepatu hak tingginya yang seksi dan berjalan menjauh.
Namun, Jaya meraihnya dan bertanya dengan dingin, “Di mana Jelita? Bawa aku padanya!”
“Kau ingin bertemu dengannya? Kau pikir kau pantas melihatnya?” Sambil terkekeh, Yani melanjutkan, “Kau ingin tahu di mana dia berada, huh? Oke, akan kuberitahu kau jawabannya. Dia berkencan dengan Tuan Surendra di Hotel Internasional Surya Kencana! Kau tahu siapa pria itu? Dia Anton Surendra, putra semata wayang Ketua Grup Surendra! Asetnya mencapai triliunan rupiah! Dia telah mengejar Jelita selama tiga tahun. Jelita berencana menceraikanmu dan menikah dengannya!”
"Apa katamu? Dia ingin menikah dengan pria lain?”
Setelah Jaya mendengar itu, ekspresinya tiba-tiba berubah dingin.
Kami sudah tidak bertemu selama tiga tahun, dan dia ingin menikah dengan orang lain di hari aku kembali?