Bab 5 Tak Akan Menjualnya Meski Seharga 15 Triliun Rupiah
"Aku membuatnya sendiri!!"
Meski mendapat cemoohan banyak orang, Jaya masih tetap tenang.
Bahkan, dia tak mau repot-repot menjelaskan pada mereka.
450.000 atau 650.000 rupiah? Bahkan jika mereka memiliki 400 atau 700 miliar rupiah sekalipun, mereka tak akan bisa membeli kalung di tanganku ini! Dulu, aku pernah menemukan kalung ini di kediaman keluarga paling terpandang di Wilayah Barat saat aku berperang di sana. Ada rumor bahwa batu giok ini saja bernilai lebih dari 1,5 triliun rupiah! Terlebih lagi, aku mengukirnya sendiri selama satu tahun! Nilainya sudah lebih dari 15 triliun rupiah!
Salah satu sahabat Jelita melengkungkan bibirnya dan berkomentar, “Kau membuatnya sendiri? Kalau begitu, kalung itu semakin tidak berharga! Bisa saja kau mengambil botol bir dari tempat sampah dan menghancurkannya, lalu memasukkan pecahannya ke kalung itu. Benar, kan?”
Hah! Dia tak akan mungkin bisa membelikan Jelita batu giok! Mana mungkin seorang pecundang pengangguran yang hidup bergantung pada keluarga Subagja selama setahun penuh ini mampu membeli sepotong batu giok senilai miliaran rupiah?
Sahabat Jelita lainnya pun tersenyum dan ikut menghina Jaya, “Dengar, dengar! Kau harus mempertimbangkan status Jelita... Tuan Surendra memang menghadiahinya Seraphic Star seharga 270 miliar rupiah, tapi hadiah dari kami bahkan tidak lebih murah dari 155 juta rupiah. Lihat kalungmu itu! Apa kau tidak malu memberikan kalung yang harganya tak sampai 1,5 juta rupiah pada orang lain?”
“Untuk apa aku harus malu?” Jaya masih tidak goyah sama sekali. “Memangnya kenapa jika dia menghadiahi Jelita Seraphic Star seharga 280 miliar rupiah? Itu tak ada bedanya dengan sampah jika dibandingkan dengan kalung pemberianku ini! Kalung ini setara dengan sepuluh Seraphic Star!”
Saat mendengar kata-kata Jaya barusan, mereka semua sontak memutar mata mereka.
Ya Tuhan! Sungguh gila pria ini! Dia benar-benar gila! Kalung ini setara dengan sepuluh Seraphic Star? Bagaimana mungkin kalung jeleknya itu bernilai lebih dari 1,5 triliun rupiah?
"Sudah cukup, Jaya!" Akhirnya Jelita membentak.
Dulu, aku hanya merasa bahwa dia sama saja dengan b*jingan yang hanya berkeliaran dan tidak melakukan apa-apa karena dia tak memiliki pekerjaan atau ambisi sama sekali. Tapi hari ini, akhirnya aku sadar bahwa dia bukan hanya b*jingan yang suka bermalas-malasan, tapi juga pembual yang sombong dan suka mengarang kebohongan! Kalung itu berharga lebih dari 1,5 triliun rupiah? Aku sungguh tak percaya dia berani mengatakan itu! Apa dia tak punya malu?
Dia menunjuk Jaya dan sangat marah, hilang kendali. "Pergi dari sini! Jika kau tak bisa berhenti membual dan berbohong, jangan pernah muncul di hadapanku lagi!”
Sudah cukup aku menahan semua ini! Awalnya kupikir dia akan mengubah kebiasaan buruknya setelah pergi selama tiga tahun, tapi tak kusangka, ternyata dia justru semakin buruk!
Jaya menaikkan sebelah alisnya. “Menurutmu aku berbohong? Kau pikir aku tak mampu memberimu hadiah senilai lebih dari 1,5 triliun rupiah dan hanya membual?
“Bukankah memang begitu?”
Ekspresi Jelita tampak semakin dingin.
"Ha!" Jaya mendengus. Setitik kekecewaan pun terlintas di sorot matanya. “Jelita, ternyata kau masih belum mengenalku. Selama empat tahun kita menikah, tak pernah sekali pun aku berbohong padamu! Bahkan jika kau menginginkan seluruh dunia, aku mampu memberikannya padamu kapan saja, apalagi hadiah yang harganya hanya lebih dari 1,5 triliun rupiah!”
Ya Tuhan, menyedihkan sekali! Dia sudah gila! Dia sungguh sudah tidak waras!
Seperti itulah reaksi pertama orang-orang yang ada di sini.
Tidak hanya gila, pria ini benar-benar tidak waras! Dia melantur, bahkan mengaku bahwa dia sanggup memberi Jelita seluruh dunia jika dia menginginkannya! Padahal dia adalah menantu yang hidup bergantung pada keluarga Jelita, dari mana dia mendapat keberanian untuk bicara seperti itu? Sungguh tidak tahu malu!
“Pergi saja kau, Jaya! Aku tak mau melihatmu! Aku juga tak mau bicara denganmu lagi! Berbicara denganmu sangat memuakkan!” Jelita mengusir Jaya seolah-olah dia adalah lalat pengganggu.
"Sepertinya kau masih tidak percaya padaku." Jaya menggelengkan kepalanya dan menyodorkan kalung di dalam kantong plastik itu pada Jelita. "Apa kau tidak mau kalung ini?"
“Tidak!”
Jelita mengayunkan tangannya, melempar kalung tersebut.
Kalung itu terlempar keluar dari pintu dan jatuh ke tanah, kemudian perlahan terdengar suara barang jatuh.
“Jaya, sebaiknya kau pergi saja. Bahkan Jelita sudah menyuruhmu untuk pergi. Untuk apa kau masih tinggal di sini?” Yani pun langsung memanfaatkan kesempatan ini untuk mengusir Jaya.
"Benar sekali! Daripada mempermalukan dirimu sendiri di sini, lebih baik kau pergi saja!”
“Dasar pria yang memalukan! Aku benar-benar tidak mengerti kenapa Jelita tertarik padanya saat itu!”
Suara-suara ejekan terdengar satu demi satu tanpa henti.
Namun, Jaya masih tampak tenang. Dia tidak memedulikan lalat-lalat yang tidak penting itu.
Tetapi, tiba-tiba terdengar suara seruan yang amat keras dari luar pintu ruang pribadi. “Batu akik giok? Aku tidak salah lihat, kan? Apa ini benar-benar batu akik giok?”
“Itu tidak mungkin, kan? Bukankah batu akik giok menghilang saat keluarga paling terkemuka di Wilayah Barat hancur dua tahun yang lalu? Bagaimana mungkin batu ini muncul di Biantara?”
"Aku yakin! Mataku tidak pernah salah lihat, dan ini memang batu akik giok!”
Setelah itu, pintu ruang pribadi didorong hingga terbuka. Seorang pria tua berpakaian tradisional hitam dengan rambut yang sangat rapi berjalan ke dalam ruangan tersebut.
Seorang pria paruh baya berjas dan mengenakan kacamata berbingkai emas mengikuti di belakangnya.
"Maaf, bolehkah aku tahu siapa pemilik kalung ini?" Pria tua itu masuk ke dalam ruangan dan segera mengangkat kalung di tangannya.
"Ini milikku," aku Jaya dengan tenang.
"Milikmu?" Kilatan kegembiraan berkilauan di mata pria tua itu. Dia bergegas menghampiri Jaya dan bertanya, “Bolehkah aku tahu dari mana kau mendapatkan kalung ini? Selain itu, di mana kau mendapatkan batu akik giok yang ada di atasnya ini?”
"Kau tahu tentang batu akik giok?" Jaya sontak terkejut.
Pria tua itu segera berujar dengan antusias, “Tentu saja! Aku pernah melihat batu akik giok beberapa tahun yang lalu, tapi batu itu menghilang setelah musnahnya keluarga paling terkemuka di Wilayah Barat, keluarga Haryatma! Sejak lama, ada seseorang yang menawarkan harga dua ratus juta di pasar gelap, tapi tetap saja dia tidak berhasil membelinya! Bagaimana kau bisa memilikinya?”
3 triliun rupiah?
Saat mendengar perkataan sosok pria itu, semua orang yang ada di sana langsung tersentak kaget.
Kalung jelek ini bernilai 3 triliun rupiah? Gila sekali!
"Aku hanya memilikinya secara kebetulan." Jaya tak mau menjelaskan terlalu banyak.
Saat itu, dia berhasil menghancurkan keluarga paling terkemuka di Wilayah Barat, yaitu keluarga Haryatma. Batu akik giok ini bukanlah satu-satunya barang yang dia dapatkan saat menyerbu kediaman keluarga tersebut.
“Aku bersedia membayar 3 triliun rupiah. Apa kau mau menjualnya kepadaku?" Pria tua itu tahu betul bahwa Jaya tak mau menjelaskan secara detail, jadi dia tidak bertanya lebih jauh.
Selama pria ini mau menjual batu akik giok ini padaku, aku tak peduli dari mana dia mendapatkannya!
"Tidak!" Tanpa ragu sedikit pun, Jaya langsung menolak tawaran pria tua itu.
"Kalau begitu, 3,8 triliun rupiah!" Pria tua itu kembali menawar, tetap tidak gentar sama sekali.
Sejak menghilang dua tahun lalu, batu akik giok itu tak ternilai harganya.
Bahkan mungkin batu itu tak dapat dibeli seharga 4,6 triliun rupiah, apalagi 3 triliun rupiah.
Jaya mengernyitkan alis dan berkata, “Sudah kubilang, aku tidak akan menjualnya! Ini adalah hadiah ulang tahun untuk istriku!”
"Tiga ratus juta 4,6 triliun rupiah!"
Pria tua itu mengulurkan tiga jari.
"Tidak! Aku tidak akan menjualnya. Bahkan jika kau menawarnya seharga 15 triliun rupiah sekalipun, aku tetap tak akan menjualnya!”
Jaya bahkan tidak berkenan untuk memandangnya.
Hah! Dia ingin membeli batu akik giok hasil ukiran tanganku selama setahun penuh ini seharga 4,6 triliun rupiah saja?