Bab 3 Aku Tidak Setuju
Yani mendengus sambil mencibir, “Tentu saja! Bukankah lebih baik dia menunggumu selama tiga tahun penuh? Ataukah kau berharap dia hidup seperti janda selama sisa hidupnya?”
"Antar aku padanya!" Jaya tak punya waktu untuk berdebat dengan Yani. Dia hanya ingin bertemu Jelita secepatnya.
Sambil mendengus, Yani berkomentar, “Kenapa kau ingin bertemu dengannya? Kau ingin terus menempel padanya dan mengganggunya tanpa henti? Lagi pula, apa hakmu untuk pergi menemuinya?”
Sungguh, Yani sangat memandang rendah seorang pecundang seperti Jaya.
Dia telah menikah dengan keluarga Subagja selama tiga tahun, tapi dia tak pernah melakukan sesuatu yang baik untuk keluarga itu. Dia hanya duduk-duduk dan bersenang-senang sepanjang hari seperti orang yang tak pernah berhasil! Jika bukan karena keluarga Subagja yang memberinya makan selama tiga tahun terakhir, dia pasti sudah mati kelaparan sejak lama! Aku benar-benar tak mengerti mengapa Jelita harus menikahi pria sampah yang tak berguna seperti dia? Padahal penampilan dan sosoknya sangat sempurna.
Kemudian, Jaya berujar dengan santai, “Jangan khawatir, karena aku tak akan mengganggunya! Jika dia benar-benar ingin menikahi Tuan Surendra itu, aku tak akan menghentikannya sedikit pun! Lagi pula, bagaimana bisa dia menikah dengan pria lain tanpa menjalani prosedur perceraian denganku terlebih dulu?”
"Benarkah?" tanya Yani, masih merasa sedikit ragu.
Jaya menegaskan dengan suara lembut, “Untuk apa aku berbohong padamu? Aku pasti akan membiarkannya pergi jika dia telah bertemu pria lain yang lebih baik. ”
Sambil mendengus dingin, Yani memperingatkan, “Setidaknya kau sangat sadar diri! Biar kuperingatkan kau, Jaya, jika kau sampai berani membuat masalah, Tuan Surendra akan membuatmu babak belur! Dia selalu dijaga pengawalnya ke mana pun dia pergi! Sebaiknya kau jaga perilakumu jika kau tak ingin mati!
Setelah memberi peringatan, Yani memanggil taksi. "Masuk!" perintahnya tanpa memandang Jaya sama sekali.
“Tolong antar kami ke Hotel Internasional Surya Kencana.”
Setelah Yani masuk ke dalam taksi dan memberitahukan tempat tujuannya pada sopir, taksi itu melaju kencang.
Yani melirik ke arah Jaya, yang duduk di kursi depan atas kemauannya sendiri, lalu mendengus dingin. Setelah itu, dia mengeluarkan ponselnya dan mengirim sebuah pesan pada Jelita, yang berbunyi: Jelita, aku bertemu dengan Jaya di jalan.
Begitu pesan itu muncul, Jelita, yang sedang duduk di meja makan hotel, tiba-tiba gemetar.
Bahkan tangannya yang memegang ponselnya sedikit bergetar.
Jaya kembali? Tiga tahun yang lalu, dia menghilang secara misterius tanpa berita sama sekali. Dia telah menghilang selama tiga tahun, bukan waktu yang singkat! Kukira aku tak akan pernah mendengar kabar darinya lagi selama sisa hidupku. Tak kusangka, setelah tiga tahun berlalu, dia muncul di hadapanku lagi!
Dia membalas: Di mana dia?
Yani segera menjawab: Dia sedang dalam perjalanan ke Hotel Internasional Surya Kencana denganku.
Saat Jelita melihat isi pesan itu, ekspresinya langsung berubah.
Dia datang ke sini?
"Ada apa, Jelita?" Anton Surendra, yang duduk di sampingnya, segera bertanya dengan khawatir setelah menyadari bahwa ekspresi Jelita tampak aneh.
“Tidak ada apa-apa.”
Jelita memang tampak tenang, namun sebenarnya badai emosi bergejolak tanpa henti di dalam dirinya.
"Jangan khawatir. Asalkan kau menikah denganku, keluarga Surendra pasti akan membantu menyelesaikan krisis yang dihadapi keluarga Subagja.” Anton salah paham, mengira bahwa Jelita khawatir tentang kesulitan yang dihadapi keluarga Subagja. “Jika kau menikah denganku, kau akan menjadi bagian dari keluarga Surendra. Pada saat itu, siapa yang masih berani menindasmu di Biantara? Siapa yang masih berani menindas keluarga Subagja?”
Dia tampak begitu percaya diri di hadapan Jelita.
Meskipun Jelita sudah pernah menikah, Anton tidak merasa terganggu sama sekali.
Lagi pula, Anton telah mendengar bahwa meskipun Jelita telah lama menikah dengan seseorang yang tidak berguna bernama Jaya Baiduri, pria itu tidak pernah menyentuh Jelita selama tiga tahun terakhir.
Oleh karena itu, Jelita masih perawan.
“Tuan Surendra, aku—”
Jelita hendak mengatakan sesuatu, tapi Anton memotongnya, “Baiklah. Jangan bahas masalah itu lagi. Ini adalah hari ulang tahunmu, jadi bergembiralah!”
Anton mengatakan itu sambil mengangkat tangannya dan menjentikkan jarinya.
Seketika, seorang bawahannya melangkah maju sambil membawa kotak hadiah yang tampak sangat mewah di kedua tangannya.
"Semuanya, harap tenang!" Anton bangkit dan melambaikan tangannya. Ruang pribadi yang semula riuh langsung menjadi sunyi senyap, sampai-sampai suara jarum jatuh bisa terdengar. “Ini adalah hari ulang tahun Jelita, jadi aku membelikannya Seraphic Star secara khusus dari luar negeri! Ini adalah satu-satunya di seluruh dunia, dan harganya 280 miliar rupiah!”
Setelah mengatakan itu, Anton mengulurkan tangan dan membuka kotak hadiah tersebut.
Kotak hadiah itu berisi kalung platinum berhiaskan berlian yang sangat indah.
Kalung tersebut berkilau dengan cerah dan cemerlang.
280 miliar rupiah?
Semua orang yang ada di sana langsung kaget saat nominal yang fantastis itu terlontar dari mulut Anton.
Ya Tuhan, berlian itu berharga 280 miliar rupiah! Namun, dia memberikannya pada wanita itu tanpa ragu sedikit pun?
Dalam sekejap, semua orang yang hadir di sana memandang Jelita, dengan wajah yang penuh rasa iri.
Sayangnya, mereka hanya bisa memendam kebencian mereka karena mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Yah, dia memang sangat cantik, tapi apa pentingnya itu jika dia sudah menikah? Terlebih lagi mantan suaminya meninggal tiga tahun lalu.
Melihat Jelita tidak segera bergerak untuk mengambil hadiah dari Anton, seseorang di sisi ruangan itu pun mendesaknya, “Kenapa kau melamun, Jelita? Cepat terima hadiah dari Tuan Surendra!”
“Huh?”
Jelita tiba-tiba tersadar kembali.
Bahkan dia sendiri terkejut melihat hadiah mewah dari Anton senilai 280 miliar rupiah ini.
"Tuan Surendra, i-ini terlalu mahal. Aku tidak bisa menerima ini...” Jelita menolak hadiah dari Anton dan menggelengkan kepalanya.
Namun, Anton tak memberi Jelita kesempatan untuk menolak hadiahnya. “Jelita, kau tidak bisa menolak ini, karena ini adalah hadiah lamaranku untukmu! Hanya kaulah yang layak mendapatkan Seraphic Star ini! Bagiku, berlian ini semurni dirimu!”
Jelita terkejut dibuatnya, jelas tak bisa mengerti semua ini.
Lamaran? Saat mengajakku kencan hari ini, dia hanya bilang bahwa dia ingin merayakan ulang tahunku! Dia tidak membahas lamaran sama sekali!
"Uh, Tuan Surendra..." Dia masih bingung dengan kata-kata Anton.
"Kenapa? Apa kau ingin menolak lamaranku?” Melihat Jelita tidak segera menerima hadiah darinya, ekspresi Anton tampak menggelap. “Jelita, jangan bilang kau masih merindukan Jaya si pecundang itu?"
Aku adalah putra semata wayang Ketua Grup Surendra! Aku tidak bisa kalah dengan pria tidak berguna di hatinya, bukan?
“T-Tentu saja tidak!” Jelita cepat-cepat menyangkal.
“Lalu kenapa?” Ekspresi Anton tampak semakin gelap. "Jelita, aku sudah menunggumu selama tiga tahun penuh."
“Kenapa kau masih ragu-ragu, Jelita? Cepat terima hadiahnya! Jika kau terus berlama-lama begini, Tuan Surendra akan marah! Kau tahu betul apa yang akan terjadi jika dia kesal.”
Karena Jelita tidak kunjung menerima hadiah itu, sahabat-sahabatnya di sisi ruangan segera mendesaknya, “Jangan bilang kau masih mendambakan pria tak berguna itu? Apa yang dia miliki untuk dibandingkan dengan Tuan Surendra? Dia tidak sebanding sama sekali! Dia tak punya uang dan juga ambisi. Dia bahkan tidak punya pekerjaan yang layak, dan dia hanya hidup dengan mengandalkan keluarga Subagja! Jika bukan karena keluargamu, dia pasti sudah mati kelaparan sejak lama! Selain itu, dia telah pergi selama tiga tahun. Mungkin dia telah lama mati! Kenapa kau masih merindukan orang mati?”
Jelita tidak terburu-buru, namun teman-temannya di sekitarnya tampak semakin panik.
“D-Dia—”
Dia baru saja hendak berkata bahwa Jaya masih hidup, namun Anton memotongnya, “Jelita, aku akan menanyakan ini padamu untuk yang terakhir kalinya. Apakah kau setuju untuk menikah denganku?”
“Aku tidak setuju!”
Sebelum Jelita bisa menjawab, pintu kamar pribadi tiba-tiba ditendang hingga terbuka.