Pradnya duduk di depan Dana sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Ia perhatikan temannya ini dengan tatapan galak dan membunuh. Sudah cukup lama pulang ke Indonesia namun Dana justru tidak pulang ke rumah apalagi mengabari dirinya dan Hanna. Tidak tahukah Dana bagaimana kelakuan keluarga kakaknya yang terus saja mencoba 'hinggap' di hidup Hanna apalagi Raga. Pradnya bahkan sudah kehilangan momen untuk menghabiskan waktunya dengan Raga yang biasanya dilakukan setiap jum'at sore sepulang Raga dari les.
Ditatap Pradnya seperti itu, Dana berusaha santai meskipun tidak bisa dipungkiri juga jika ia merasa ketar ketir dibuatnya. Karena separah-parahnya Hanna mengomelinya selalu saja masih kalah dengan Pradnya yang mulutnya seperti petasan cabe.
Raih lebih banyak mutiara dari aplikasiIsi
Buka aplikasi Joyread
Baca lebih banyak lagi untuk menemukan lebih banyak cerita keren di Joyread