Bab 4 Bos Baru Abraham Groups (c)

Bab 3 : Bos Baru Abraham Groups (c) ****** "GUE melamun doang. Mikirin kapan gue bisa ketemu Chris Evans, gitu," ujar Talitha. "Tai! Hoek! Maksa banget hii!!" Basuki sok muntah. Talitha tergelak. "Lha, ketimbang elo? Nama Basuki, tapi minta diubah jadi Nana. Jauh banget. Setau gue kalo yang di jalanan itu, kan, Sumanto siang, tapi malemnya jadi Sumanti. Lah, ini? Basuki jadi Nana. Maksa banget woooy! Plis, deh, sok imut wakakakakakak!" "Kamvret lo Itaik!!" teriak Basuki. Basuki menggeleng, dia memilih untuk mengalah hari ini. Talitha tetap tertawa dan tiba-tiba Basuki teringat sesuatu. Segera diberikannya handphone-nya kepada Talitha dan mengisyaratkan Talitha untuk membuka kuncinya. Talitha hanya menganga tak mengerti. "Apaan?" "Buka aja, deh. Liat wallpaper-nya. OHHHHHHH GANTENGKUUUH...!" Talitha mengernyitkan dahinya dan langsung membuka kunci handphone Basuki tanpa membuang waktu. Handphone Basuki tidak dilindungi dengan password ataupun pola. Hal yang dilihat oleh Talitha di layar ponsel Basuki adalah...oh, ini artis, 'kan? Eh, bukan. Model? Penyanyi? Talitha lupa. Namun, Talitha tahu namanya. "Ini Marco Deon, 'kan?" tanya Talitha kepada Basuki. Fotonya menakjubkan. Sangat...seksi. "Iyaaaa, Itaaaa...! Duuuhhhh, dia itu ganteng bangeeett, ya ampoeen mamih!! Dramanya juga top banget! Gue nge-fly melulu pas dia godain pemeran ceweknya! Ampyunnn!! Dia itu model terkenal yang main di banyak drama! Ampun daaahhhh, kipas mana kipaas...!" Basuki mulai mengipasi dirinya sendiri menggunakan jari-jarinya. "Emm...gue tau kok. Dia ini terkenal banget. Dari Taiwan, 'kan? Tapi emang asli, yak, nih orang ganteng banget weeh. Mau teriak rasanya haha!" Talitha tertawa terbahak-bahak. Namun, tiba-tiba Basuki jadi lemas. Dia menghela napas. "Tapi dia sekarang berhenti dari dunia entertainment, Taaaa. Dia berhenti. Katanya dia pergi dari Taiwan. Huaa, tolong Barbie! Dan yang buat gue makin terkejut lagi apaaa coba? Masa ada yang bilang kalau dia pindah ke Indonesia? Anjaaaay, nggak mungkin bangetlah, 'kan? Ntar dia jadi ireng lagi, aduh!" Talitha tertawa. "Mungkin kalo dia ireng tetep seksi," ucap Talitha. "tapi nggak mungkinlah dia ke Indonesia dan tinggal di Indonesia. Nggak ada yang dikejernya juga di Indonesia, kalo menurut gue." Talitha berucap asal, tetapi sebetulnya itu berdasarkan persepsinya sendiri. Basuki manggut-manggut. "Gue fangirling amat sama tuh cowok Taiwan, huaaaaaa! Tapi katanya dia emang blasteran Taiwan-Indo loh. Nggak tau, deh, ya. Mungkin ada juga yang mau dia kejer di Indonesia. Hmm..." Tangan Basuki memegangi dagunya sendiri. "Apaan?" tanya Talitha sembari mengernyitkan dahi; dia menunggu dengan serius. Basuki diam selama dua detik. Talitha tambah bingung. Hingga akhirnya Basuki kembali bersuara. "Gue. Pastinya donggh." Setelah mengatakan itu, Basuki tersenyum lebar. Kelewat lebar sampai kelihatan begitu menyebalkan. Itu kelakuan Basuki yang tertular dari Talitha. "Astaga! HOEK! HAKCUIH! Hahahahahahah—elo?—a—elo? Wakwakwakwak aduh, Nak, bangunlah dari tidurmu, Nak, ini sudah siang... Pangerannya nyangkut di pohon sawit..." ledek Talitha. Alhasil, ledekan itu membuat mereka berdua jadi tontonan orang-orang yang lewat di koridor karena mereka mulai kejar-kejaran seperti kucing dan tikus. Tidak ada bedanya sama sekali. ****** Talitha berdiri di depan kampus, celingak-celinguk ke sekeliling. Ini sudah jam dua lewat dua puluh menit dan ia belum juga melihat mobil Gavin menjemputnya. Basuki sudah pulang beberapa menit yang lalu. Talitha menolak untuk ikut dengan Basuki naik angkot karena Talitha tahu bahwa Gavin akan menjemputnya hari ini. Gavin hanya absen menjemputnya di hari Senin dan Jumat. Ini hari Selasa. Apa sesuatu terjadi dengan Gavin? Gavin biasanya akan menjemputnya di jam dua (lewat sedikit), pas sekali dengan jam pulang Talitha, karena itu masih terhitung jam istirahat di kantor Gavin. Gavin akan pulang sekitar jam empat sore. Mengingat hari ini adalah hari pergantian bosnya...mungkin dia agak telat? Satu hal lagi yang membuat Talitha gelisah adalah saat ini cuacanya sudah mulai hujan gerimis. Sejak jam dua belas tadi langit tiba-tiba gelap. Dua jam sebenarnya merupakan waktu yang lama untuk turunnya hujan, apalagi ujung-ujungnya hanya gerimis seperti ini. Melihat ke sekeliling lagi, akhirnya Talitha mendapati mobil milik Gavin yang tengah mendekat ke arahnya. Talitha menghela napas lega; gadis itu langsung berlari ke dekat mobil Gavin, lalu membuka pintu mobilnya agar ia bisa masuk. Ketika ia masuk ke mobil, ia langsung disambut oleh senyuman Gavin. Talitha mulai grasah-grusuh mencari seat-belt dan memasang seat-belt itu ke tubuhnya. Ia langsung menatap Gavin yang kini sedang memutar balik mobil, menjauh dari area universitas. "Gerimis, Bang," ucap Talitha dan rasanya sekarang rambutnya jadi sedikit basah. "Tadi Abang gimana di kantor? Bosnya baik?" "Hm," deham Gavin, kini mobilnya sudah berjalan dengan santai. "ya gitu, deh." Talitha mengernyitkan dahi, lalu mencibir. "Kayaknya Bosnya nggak baik, tuh," kata Talitha. "Muka lo keluar dari kantor jadi kayak muka zombie gitu." "Bosnya bagus kok. Tegas. Tapi satu: dia kejam. Tuh anak padahal lebih muda dari gue, tapi merintahnya kayak ngebudakin orang banget. Kalo nggak inget dia itu dirut, gue tonjok serius." Talitha jadi ngakak sendiri mendengar keluhan serta gerutuan rancu yang keluar dari mulut Gavin. "Lakuin itu dan lo bakal langsung ditendang, Bang, wakwakwak!" Talitha tergelak hingga kepalanya tertolak ke belakang. "Terus besok pagi bakal ada berita: 'Seorang pegawai di Abraham Groups meninggal dengan dramatis di koridor kantor. Kabarnya, ia adalah seorang ketua direksi yang bernama Gavin Aryadinata.' HAHAHAH!" "Sialan lo, ya, Ta," umpat Gavin sembari menjewer telinga Talitha. "Awas kalo lo mintain pena gue lagi, ya!" Talitha mengaduh kesakitan, tetapi tiba-tiba ia tertawa kencang. Ya, kebiasaan dia adalah mengambil atau meminta pena kantor milik Gavin yang biasanya ada di tas kerja Gavin. "Gyahahahahahaha!" Talitha tergelak, kini telinganya sudah dilepaskan oleh Gavin. Gavin kembali menatap jalanan dengan ekspresi wajah antara kesal dan menahan tawa. Namun, tiba-tiba mata Gavin membelalak; ia teringat sesuatu. "Bang—" "Ta," panggil Gavin tiba-tiba, membuat Talitha jadi melebarkan matanya. Gavin lalu melanjutkan, "gue mau minta tolong sama lo." Wajah Gavin mendadak terlihat serius dan...panik? Talitha mengernyitkan dahi. "Apaan? Kok serius amat, Bang?" "Hari Kamis ntar lo sibuk, nggak?" tanya Gavin, pria itu menatap Talitha sesekali dengan ekspresi wajahnya yang serius itu. Talitha semakin bingung. "Nggak ada. Emang kenapa?" Gavin menghela napas. Tampaknya situasinya benar-benar gawat. "Hari Kamis ntar bakal ada acara anniversary ke-30 Abraham Groups. Ulang tahun ke-30-nya perusahaan tempat gue kerja," terang Gavin. "Nah, tadi dari hasil rapatnya…katanya bakalan diadain pesta dan semua orang disuruh bawa pasangan masing-masing. Kalo nggak punya pasangan, disuruh datang sendirian aja. Duh, sumpah, mati gue. Gue nggak mau datang sendirian. Malu!" Talitha kontan tertawa terbahak-bahak. Kali ini keras sekali. "Ya ampun, Bang! Jangan bilang lo mau minta tolong gue buat pura-pura jadi pasangan lo? ASTAGAAAHHH, HAHAHAHAHA!!" "Duh, Ta, tolongin gue plis. Gue malu kalo datang sendirian. Lo ketawa kayak lo udah nggak jomblo aja! Sialan lo, Dek." Talitha masih tertawa hingga dua menit ke depan. Membuat Gavin jadi mengomel sendiri. Akhirnya, tawa Talitha mulai mereda seiring dengan gadis itu yang masih mengelus perutnya. "Okelah. Tapi...emang nggak apa-apa, ya, Bang, gue masuk ke sana? Ga enak, lho, Bang. Ntar...gue diusir." Talitha jadi bergidik. "Lah, kan emang disuruh bawa pasangan. Rata-rata karyawannya bakal bawa pasangan kok. Ada yang bawa pacar, ada yang bawa istri." "Oh. Dan lo bawa adek. Hehehe," seloroh Talitha. Gavin berdecak sebal. "Udah, diem aja. Palingan yang tau kalo lo Adek gue tuh cuma si Revan." Talitha melebarkan matanya, mendadak kelihatan excited. "Waah, Bang Revan apa kabar, Bang? Udah lama banget dia nggak maen ke rumah..." Gavin mencibir. "Kayak lo nggak tau aja. Ya udah pasti dia sibuk sama cewek-ceweknya. Dia, kan, tempat penampungan cewek." Akhirnya, Gavin berhasil membuat Talitha tergelak lagi. Gavin pun ikut tertawa. "Ntar gue beliin gaun, deh, Dek. Anggap aja hadiah dari gue sebelum lo KKN." Gavin tersenyum pada adiknya, Talitha. Talitha mengangguk senang dan lagi-lagi terkikik geli. "Oke, deh, Bang! Sebenernya, gue nggak suka gaun, tapi kalo itu dari Bang Gavin...apa, sih, yang nggak? Yahahahahaha!" Gavin tertawa keras. "Oke, tapi ntar temenin gue ke pesta itu, ya?" Talitha mengangguk mantap sembari mengacungkan jempolnya. "Oke sip!" []
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
FINLINKER TECHNOLOGY LIMITED
69 ABERDEEN AVENUE CAMBRIDGE ENGLAND CB2 8DL
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta