Bab 27 Pertemuan dengan Kak Alfa (b)
Bab 26 :
Pertemuan dengan Kak Alfa (b)
******
"WOI, Fa."
Alfa tersentak tatkala seseorang menepuk pundaknya. Kedua matanya yang semula terus mengikuti mobil Deon itu kini mengerjap; dia lantas menoleh ke belakang. Keempat temannya sudah ada di sana dan terheran-heran melihatnya. Adlan, temannya yang menepuk pundaknya tadi, mengernyitkan dahi.
"Ngapain lo bengong aja? Yok masuk," ajak Adlan dan Alfa pun mengangguk. Mereka semua pun masuk ke café. Jadi, sebenarnya Alfa datang ke café bersama teman-temannya, tidak sendirian. Namun, teman-temannya pergi ke tempat fotokopi dulu untuk meng-copy tugas kuliah. Alfa tidak ada perlu di tempat fotokopi itu, jadi ia memutuskan untuk pergi lebih dahulu ke café. Akan tetapi, ia malah bertemu Talitha.
Alfa dan teman-temannya duduk di meja yang paling ujung. Posisi pojok memang paling enak buat ngumpul. Kursi di café itu per mejanya hanya ada dua, jadi mereka memanggil pelayan café untuk menambah kursinya. Tak mungkin mereka menarik kursi dari meja lain ketika café sedang penuh seperti ini. Beberapa saat kemudian, pelayan yang lainnya datang untuk mencatat pesanan mereka. Setelah sudah duduk dengan tenang, mereka pun mulai menghela napas. Sebetulnya, teman-teman Alfa itu malas ngerjain tugas kuliah; mereka terus-terusan mengeluh. Dari antara mereka semua, hanya Alfa dan Adlanlah yang jarang mengeluh soal tugas kuliah. Well, kalau Alfa mah…udah enggak heran lagi. Itu cowok rajin dan alim seratus persen. Gah. Alfa itu orang yang berbudi banget, deh. Kalau kata teman-temannya, Alfa itu calon imam idaman. Udah baik, alim, pinter, manis pula.
"Lo ngapa, Fa?" tanya Gilang, salah satu teman Alfa yang berkacamata. Dia minus lima bukan karena rajin baca buku, tapi karena rajin nonton film barat di malam hari sambil mematikan lampu kamarnya. Namun, tatkala Alfa menoleh kepadanya, dia berhenti sebentar karena pesanan mereka sudah datang.
Gilang meminum hot cappuccino-nya, kemudian dia menatap Alfa lagi. Adlan, Vino, dan Nathaniel kini juga menatap Gilang dengan penuh rasa ingin tahu.
"Lo kenapa tadi?" tanya Gilang santai. "Kita, kan…tadi lama di tempat fotokopi. Ngapain lo di depan café?”
Alfa mendengkus. Semua temannya kini menatapnya dengan lekat.
"Lo abis berantem?" tanya Nathaniel sembari mengangkat alis.
Alfa meminum caramel macchiato-nya dengan santai. "Iya."
Adlan nyaris memuntahkan es frappuccino-nya ketika mendengar itu. Alfa berantem? Serius, nih?
Vino menganga. Nggak biasanya Alfa si alim itu berantem.
"Bercanda lo," ujar Vino sembari menggeleng. Vino meminum kopi hitamnya. Dia pencinta kopi hitam kelas kakap.
"Lha iya serius," jawab Alfa santai. "Gue tadi ketemu Ita."
Kali ini, Gilanglah yang menganga. "Ita anak Fakultas Teknik Sipil itu? Yang udah PDKT sama lo setahunan ini?"
Vino menjitak kepala Gilang, "Ya iyalah, siapa lagi? Bego.”
Adlan menggeleng melihat kelakuan teman-temannya, kemudian dia menatap Alfa dan bertanya dengan penasaran. "Terus ada apa, Fa?"
Alfa menjilat bibirnya, cowok itu mengedikkan bahu. "Gue belum cerita sama kalian, sih. Akhir-akhir ini…gue kalo SMS Ita, pasti nggak dibales. Kalo nggak salah, kemaren gue ada nelepon dia dan yang ngangkat itu cowok. Dia marah-marah gak jelas gitu; dia ngebentak gue. Dia bilang…dia calon suaminya Ita."
Vino menyatukan alisnya, sementara ketiga temannya yang lain kontan tercengang.
"Jadi?" tanya Adlan lagi.
Alfa bernapas samar, lalu melanjutkan, "Tadi gue ketemu Ita dan ternyata dia lagi sama itu cowok. Gue sempet kaget liat mukanya yang ganteng banget. Kayak artis. Artis-artis yang blasteran gitu," komentar Alfa. Sambil mendengarkan Alfa, Gilang mulai merapikan jambulnya. Namun, Vino langsung menoyor kepala Gilang sampai Gilang mengaduh kesakitan.
Alfa menggeleng. "Ganteng, sih, tapi kayaknya…tuh orang agak…lain. Baru kali ini gue ketemu cowok posesif setengah mati kayak dia di dunia nyata. Biasanya, kan, sifat cowok yang kayak gitu cuma ada di novel-novel cewek. Yang gue nggak suka itu…dia ngebentak-bentak Ita dan dia nuduh Ita seolah-olah Ita itu kegatelan sama gue gitu. Negative thinking-nya itu keterlaluan. Gue nggak percaya itu bener-bener calon suaminya Ita."
Vino mengangkat sebelah alisnya. "Dijodohin kali."
Alfa mengangguk. "Kayaknya, sih, iya."
Adlan lantas bertanya, "Tapi tunggu, sejak kapan lo udah dimarahi sama cowok itu tiap kali lo ngehubungi Ita?"
Alfa menyipitkan matanya, sedikit berpikir. "Hm…baru beberapa hari ini.”
Gilang manggut-manggut. "Oh...berarti belum lama. Gue rasa emang dijodohin, tuh. Nggak mungkin secepet itu, ‘kan?"
"Iya," jawab Alfa. Namun, tiba-tiba Vino sedikit memajukan tubuhnya ke arah Alfa, lalu bertanya dengan serius, "Bentar, gue mau nanya. Lo serius suka, ‘kan, sama si Ita?"
Alfa menghela napas. "Iya. Gue suka sama dia."
"Bakal susah lo. Kelamaan, sih, PDKT-nya. Gue saranin, mulai sekarang lo pepet terus aja, deh. Hm…tapi kalo kira-kira nggak aman, ya udah berenti aja. Kan itu keputusan orangtua mereka juga kalo mereka emang dijodohin. Ntar kualat sama orangtua," ujar Adlan.
"Gue tau, Adlan," jawab Alfa. "Gue sendiri nggak ngerti juga, sih."
******
Talitha baru saja sampai di depan rumahnya dan ia mendapati pintu depan rumahnya terbuka. Namun, saat ia baru saja ingin masuk, tiba-tiba Basuki muncul dari dalam rumahnya itu dan membuatnya nyaris terjungkal ke belakang. Sambil mengelus dada, Talitha pun komat-kamit. "Kamvret... Astaga…astaga..."
Basuki ngakak. Ia kemudian melihat Deon yang ada di depan pagar Talitha; pria tampan itu baru saja mau masuk ke mobilnya kembali selepas mengantar Talitha.
"ASTAGA GANTENGNYA... UDAH MO MAGHRIB PUN TETEP SEGER AJA..." ujar Basuki tanpa malu, dia menyentuh dadanya seraya memberikan Deon tatapan memuja.
Talitha langsung memasang ekspresi wajah datar.
"Lo sama aja kayak ortu gue. Kalo udah liat Deon, beuuuh, langsung lupa sama gue," ujar Talitha jengkel. "Lagian, lo kok ada di sini, sih? Bukannya lo udah balik tadi?"
Basuki mendorong kepala Talitha dengan telunjuknya—menjauhkan kepala Talitha—dan tatapan matanya masih belum lepas dari mobil Deon. Mobil itu baru saja pergi. "Ah, ganggu aja lo, tadi pemandangannya bagus banget duhhhh. Sekseehhhh."
Basuki cengar-cengir tak karuan, badannya mulai meliuk-liuk seperti jentik-jentik. Talitha berdecak; gadis itu memutuskan untuk langsung masuk ke rumahnya daripada harus pusing melihat Basuki yang lagi enggak waras mentang-mentang baru saja ketemu idolanya.
Ketika dia masuk, dia melihat Revan tiba-tiba lewat di ruang tamu dan dia kontan menganga.
Talitha berdecak. "Ni rumah kayaknya jadi tempat penampungan warga tunawisma," komentarnya.
Revan mengakak, begitu juga dengan Basuki yang baru saja masuk kembali.
"Gila, Ta, jangan blak-blakan gitu, dong," ucap Revan, lalu pria itu tertawa menggelegar. "kan sekali-sekali aja Abang nginep di sini."
"Iya, Nana jugaaah," timpal Basuki.
Talitha menggeleng, ekspresi wajah Talitha jadi datar lagi.
"Jijay," ujar Talitha. "Sekali-sekali, tapi nyatanya datang nyaris tiap hari! Ampun dah, orang yang deket sama gue kok gendeng semua..."
"Lo jadi ratu gendengnya yaach,” ucap Basuki.
"Njir. Eh, tapi iya juga, sih,” jawab Talitha yang membuat Revan spontan memiting batang leher gadis itu kuat-kuat sambil ngakak.
Ujung-ujungnya, Talitha dan Basuki pun tertawa terbahak-bahak.
******
Selepas makan malam, mereka semua duduk di ruang tamu, termasuk mama dan papa Talitha. Namun, tiba-tiba ada suara ketukan di pintu depan.
Basuki dengan dramatisnya langsung memeluk Mama Talitha. "Hantu, Maaa! Hantuuu!" teriaknya.
Alhasil, Gavin mendorong kepala Basuki dengan telunjuknya hingga Basuki merengek.
"Apaan dah, masa hantu bertamu," kata Gavin. Revan, dan kedua orangtua Talitha mengakak, begitu juga Talitha. Gavin kemudian menoleh kepada Talitha dan berkata, "Dek, buka pintunya gih," ujarnya pada Talitha.
Talitha lantas berlari ke pintu depan dan membuka pintu itu.
"Iya, siapa?" ujarnya ramah.
Ketika pintu terbuka, yang terlihat di sana adalah seorang wanita. Mungkin...seumuran dengan Gavin. Tanpa Talitha sadari, baik Revan, Gavin, maupun Basuki, mereka semua sudah ada di belakangnya. Revan membulatkan kedua matanya saat melihat sosok wanita itu.
Revan sontak berteriak, "VEROKSIN?!!" []