Bab 17 Pacaran dengan Dirut (d)
Bab 16 :
Pacaran dengan Dirut (d)
******
TALITHA terbatuk-batuk. "Anjir! Si kunyuk! Stop ngapa, Bas?! Lo gila banget, sumpah! Ngedengernya bikin merinding hii!"
Basuki ngakak setengah mati.
"Harusnya lo yang stop, soalnya lo ngerebut Pangeran gue, tau nggak? Lo nggak tau betapa sexy-nya dia kalo lagi nggak pake baju. WOOH, KIPAS MANA KIPAS! APAKAH KAU MELIHAT KIPASKU, ESMERALDA?"
Talitha menatap Basuki seraya memasang ekspresi datar. “Tidak, Alesandro. Aku tidak melihatnya.”
“Ternyata kau memang Itaik Kucing. Kalau ditanya pasti jawabannya tidak tahu. Bukankah begitu, Alguero?”
Talitha kontan memelototi Basuki. “Siapa yang lo sebut Taik Kucing, hah? Gue sumpahin mulut lo bau tai kucing baru tau rasa lo!"
Basuki baru saja ingin membuka mulutnya ketika laki-laki itu sadar bahwa Talitha tiba-tiba memandang ke arah lain. Tatapan Talitha tampak agak berbeda kali ini. Gadis itu kelihatan terkejut. Basuki mengernyitkan dahi, lalu perlahan-lahan dia mengikuti arah pandang Talitha.
Betapa terkejutnya dia ketika melihat banyak perempuan yang hujan-hujanan datang ke warung ini dan memanggil Talitha dengan excited. Mereka mulai menyerbu Talitha. Menatap Talitha dengan penuh harap.
"Talitha!! Kasih tau gue, dong, gimana ceritanya lo bisa ketemu sama Marco Deon!!"
"Kak Talitha!! Kakak! Minta tanda tangan Kakak, dong! PIN BBM-nya juga, dong, Kak! Biar bisa akrab sama Kakak! Ya Tuhaaann, aku akhirnya bisa kenal sama pacarnya artis terkenal!!"
"TALITHA, LO KOK BISA PACARAN SAMA MARCO DEON ASTAGA!!!! SEBENERNYA, KAPAN DIA KE INDONESIA, TA?!"
"ITAAA!! PLIS BAWA MARCO DEON TIAP HARI KE KAMPUS, PLISSSSSS!!!"
"TALITHA!! KAMVRET, GUE PENGIN JAMBAK RAMBUT ELO!! PARAH LO, DIEM-DIEM NGEJOMBLO TAUNYA SEKALI PACARAN DAPET AKTOR PLUS MODEL YANG GANTENG!! DARI TAIWAN PULA!"
"KAK ITA!!!!"
Saat itu juga, Talitha dan Basuki mulai bersiap-siap.
Bersiap-siap untuk kabur.
******
Akhirnya, Talitha duduk di halte bus terdekat. Basah kuyup...sementara Basuki tadi sudah naik bus. Jalur mereka berbeda. Basuki meninggalkannya untuk pulang duluan, sementara dia sekarang hanya duduk termenung di halte bus bersama orang-orang lain yang juga sedang menunggu di halte itu. Talitha menunduk dan ia mulai menggigil; ia sudah basah kuyup sejak tadi. Bibirnya bergetar. Rasanya seperti ada angin dari kutub utara yang menerpanya. Tangannya bergetar dan bibirnya mulai membiru. Gawat, dia tak mau demam nantinya.
Namun, Talitha tersentak ketika tiba-tiba ada seseorang yang menggenggam tangannya. Tangan orang itu terlihat kekar dan ada jam tangan yang tersemat di pergelangan tangannya. Talitha mendongak, lalu dia melihat sosok itu lagi.
Deon, dengan wajah khawatirnya.
Deon mengangkat tubuh Talitha, membuat gadis itu berdiri, dan pria itu melepaskan jasnya dengan cepat. Menyisakan tubuh kekarnya yang hanya memakai kemeja berwarna kehijauan dan dasi yang berwarna senada.
Dengan cepat Deon menempatkan jas itu di atas kepala mereka berdua, menggunakannya sebagai pengganti payung. Ia menarik tangan Talitha dan membawanya turun dari halte itu. Mobilnya terparkir tak jauh dari halte.
Talitha tahu bahwa semua orang tengah melihat ke arah mereka. Kepada Deon, tepatnya. Deon terlambat menjemput Talitha dan sebenarnya hal itu membuat Deon khawatir di sepanjang jalan. Ia ingin menjemput Talitha lebih cepat, tetapi ia tak bisa meninggalkan rapat dengan investor. Tanpanya, rapat itu tak bisa berjalan.
Tadi, seraya berkendara dengan cepat, ia tak sengaja melihat Talitha yang sedang duduk di halte dengan baju yang basah kuyup. Dia bisa melihat Talitha meski halte itu dipenuhi orang-orang.
"Kenapa kamu basah kuyup, Talitha?!" teriak Deon kesal. Ia membawa Talitha berlari seraya merangkul gadis itu; ia menghalangi air hujan dengan jas kerjanya.
Ia mengantar Talitha hingga ke dekat mobilnya, lalu membukakan pintu mobil itu untuk Talitha. Ia menyuruh gadis itu masuk ke mobil dan ia akhirnya memutari mobil untuk duduk di jok pengemudi. Deon menutup kembali pintu mobil yang ada di sisinya, kemudian dia memanjangkan tubuhnya ke jok belakang dan mengambil sesuatu. Sekali lagi, Talitha dibuat kaget karena Deon langsung menyelimutinya dengan sebuah jaket. Jaket itu terasa begitu hangat...dan nyaman.
Talitha menatap Deon, tetapi Deon tampak murka. Kenapa kamu basah kuyup gitu, hah?! Kan udah aku bilang kalau aku bakal ngantar jemput kamu! Jangan cari risiko terburuk, Talitha!"
Talitha sebenarnya kesal dengan teriakan Deon. Namun, ia tak ingin mengatakan bahwa dia dikejar oleh fans Deon sendiri. Dia tahu bahwa itu akan berakibat fatal. Deon akan murka. Talitha bisa menebaknya karena ia mulai hafal dengan sifat kejam pria itu.
"Maaf." Hanya itu yang bisa Talitha ucapkan. Dia kedinginan dan tak ingin berbicara panjang lebar. Lagi pula, saat ini dia merasa kalau tubuhnya tak sekuat biasanya.
"Kamu ngebuat aku marah dua kali," ujar Deon, matanya tampak menggelap dan tajam...seolah mampu menyesatkan dan menenggelamkan apa pun. Pria itu mendengkus, kemudian melanjutkan, "Aku nggak tau apa maksud kamu tadi pagi; kamu ngomongin hal-hal sialan itu ke aku. Tapi aku tahu bahwa untuk ngelanjutin hubungan ini, kita harus saling mencintai. Aku akan berusaha untuk mencintai kamu. Aku akan berusaha, Talitha. Jadi, jangan membuatku sakit kepala hanya karena mikirin kata-kata kamu," ucap Deon tajam. "Kalau bagi kamu kita harus saling mencintai untuk memulai suatu hubungan, maka kamu juga harus belajar mencintaiku."
Mata Talitha kontan terbelalak. Ia menatap Deon dan jadi keheranan bukan main. Mulutnya sampai terbuka.
"Oi—aku nggak apa-apa. Aku cuma kehujanan. Kamu nggak perlu ngomong yang aneh-aneh—"
"Just say yes," perintah Deon dengan nada tajam. Deon mendekatkan wajahnya ke wajah Talitha. Embusan napasnya terdengar di telinga Talitha meskipun saat itu sedang hujan.
Talitha akhirnya mengalah. Ia benar-benar kedinginan dan ia rasa kepalanya mulai pusing. Ia tak mau beradu mulut. Jadi, dia menjawab seadanya saja.
"Ya sudah, Deon."
Deon mengangguk. Pria itu pun kembali ke posisinya semula.
"We'll go to my apartment now. Apartemenku dekat dari sini. Kamu harus cepat-cepat ditangani karena kayaknya kamu bakal demam," ujar Deon sembari menghidupkan mesin mobil Mercedes-Benz miliknya.
Talitha langsung tergemap. []