Bab 16 Pacaran dengan Dirut (c)

Bab 15 : Pacaran dengan Dirut (c) ****** TALITHA berdecak. "Bisa nggak, sih, nggak usah disangkut-sangkutin ke Bang Gavin? Dia udah banyak pikiran, tuh, gara-gara kamu yang terlalu bikin dia kaget. Kamu ini ganteng, tapi kok sifatmu kayak gini, hah?!" "Aku bakal memperjuangkan apa pun supaya bisa mempertahankan apa yang seharusnya menjadi milikku, Talitha," ujar Deon, ia menatap Talitha seraya memiringkan kepalanya. Suaranya yang berat dan seksi itu terdengar mengalun. "because what's mine is mine," lanjutnya. ****** Ketika mobil Deon berhenti di depan kampus Talitha, Talitha pun menghela napas. Ia belum turun dari mobil. Ia hanya diam dan menunduk. "Kita udah sampai, Talitha," ujar Deon, suaranya terdengar begitu mendominasi. Talitha menatap Deon perlahan, lalu berkata, "Jangan ganggu Abang-abangku, Deon. Oke, kita pacaran, tetapi hanya untuk pura-pura di depan keluargamu, 'kan?" "Kita bukan pura-pura pacaran," ujar Deon. "Aku udah mikirin ini berkali-kali, tapi sepertinya itu keputusan yang salah. Jadi, lebih baik kamu benar-benar jadi pacarku. Bukan pura-pura." Talitha kontan menganga. "Hah? Kita nggak saling suka! Nggak mungkin aku bisa pacaran sama kamu tanpa ada rasa suka. Di kamusku masih tertera bahwa pacaran itu harus sama-sama suka. Bukan sekadar pasang-pasangan kayak ngejodoh-jodohin burung!" "Kalau merpati, setauku mereka nggak akan ninggalin pasangannya, ‘kan?" balas Deon dengan senyum miringnya. Ah...padahal pria ini tampan sekali, tetapi otaknya tidak beres. Talitha berdecak. "Halaaah, sok tau kamu," ujar Talitha. "Aku yang pernah ngintip merpati kawin aja nggak sampai segitunya." Deon jadi mengangkat sebelah alisnya. "Aku nggak begitu ngerti apa yang kamu maksud, tapi...kamu ngintip merpati...kawin?" Deon tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Hal itu sukses membuat Talitha terpesona bukan main. Pria yang ganas itu...bisa tertawa? Pria dengan masa lalu yang buruk itu...bisa tertawa lepas begitu? Oh, Tuhan, betapa tampannya dia. Betapa indahnya wajahnya ketika dia tertawa. Talitha sadar bahwa dia terpesona, tetapi dia langsung menggeleng. Dia tak boleh salah fokus. "Iya, bener, dan aku nggak sok tau kayak kamu," jawab Talitha. Deon menarik napasnya dalam, kemudian pria itu mengeluarkannya lewat mulut. "Ayo keluar," ajak Deon. "Udah, aku bisa keluar sendiri. Bisa berabe kalo kamu ikut ke luar. Bikin heboh seantero jagat ntar kamu," balas Talitha sembari berdecak. Namun, anehnya Deon tetap keluar. Talitha langsung membulatkan kedua matanya; dia cepat-cepat menyusul Deon keluar. Baru beberapa detik Deon keluar dari mobil, teriakan histeris sudah mulai terdengar. Talitha langsung menghampirinya. "Oi! Kamu nih gila banget, sumpah! Dibilangin jangan keluar masih aja keluar!" Namun, tanpa disangka-sangka, sesuatu terjadi. Sesuatu yang bahkan tak membiarkan Talitha untuk mencerna keadaan terlebih dahulu. Talitha bahkan belum sempat bernapas. Deon menarik tangannya dan mencium bibirnya. Mengambil ciuman pertama Talitha dengan ciuman manis yang singkat. Di depan semua orang. Talitha hanya bisa terpaku dengan bola mata yang nyaris keluar. Namun, Deon justru berkata dengan lirih, "Kita memang nggak saling suka, tapi kamu itu milikku dan nggak boleh jadi milik orang lain. I need you and I'll protect you as my girl. Salahkan diri kamu yang udah membuatku tertarik, Talitha." Pria itu bernapas pelan di depan bibir Talitha. Gadis itu masih dengan idiotnya tak mengerti apa yang sedang terjadi. Ia tak pernah dicium oleh pria lain selain keluarganya! Pegangan tangan pun tak pernah, kecuali dengan papanya atau dengan Gavin! Ia hanya bisa mengernyitkan dahinya, tetapi mendadak ia merasa kesal. Ia lantas mengepalkan tangannya. Semua orang mulai mengerumuni kedua orang itu, menonton mereka sambil meneriaki Deon dengan histeris. Deon lalu berkata, "Oh ya, kamu udah hapus semua nomor ponsel kakak tingkatmu itu, 'kan?" "Dasar egois. Iya, aku udah ngehapus semua nomor itu. Kita memang ada persetujuan, Pak Deon," ujar Talitha tajam. Ia selalu mengucapkan embel-embel 'Pak' ketika ia kesal dengan Deon. "tapi jangan kontrol aku berlebihan. Aku bisa ngatur diriku sendiri.” Mata Deon melebar. "Aku gitu supaya kamu nggak berkhianat. Kamu nggak tau rasanya dikhianati dan ditinggalkan, Talitha. Kamu nggak tau!!" teriak Deon kencang. Dia tetap tak peduli meskipun banyak sekali orang yang sedang menonton mereka. "Aku memang nggak tau, Deon!" teriak Talitha, lalu suaranya memelan. "Oke. Kita pacaran. Tapi aku bisa jamin kalau aku nggak akan pernah bisa suka sama kamu kalo sikap kamu kayak gini. Hubungan kita ini cuma status dan terserah kamu kalo kamu mau marah sama aku. For me, the love is not real," ujar Talitha sinis, tetapi suaranya pelan sehingga kerumunan itu tak dapat mendengarnya. Mata Deon menggelap; ia menatap Talitha dengan tajam sebelum akhirnya Talitha mendorongnya dan berjalan menjauhinya dengan langkah yang lebar. Orang sialan itu!! Mengapa ciuman pertama Talitha harus direbut olehnya?!! Talitha meninggalkan Deon yang masih berdiri terpaku di tempatnya. "Talitha!!!!" teriak Deon dengan penuh amarah. "Berhenti, Talitha!!! Dengar aku dan berhenti sekarang juga!!" Deon tak suka itu. Entah mengapa Deon tak suka mendengar Talitha berbicara seperti itu. ****** "Anjir, Itaaaaaaa!!! Lo ke mana aja, Boo!! Nana cariin dari tadi, lhoo, tau nggak?!" teriak Basuki dengan histeris. Ia langsung memeluk tubuh Talitha kuat-kuat hingga Talitha sesak napas. "OI! SESAK—SESAK NEH!!" teriak Talitha. Basuki kontan melepaskan Talitha dan mengguncang-guncangkan tubuh gadis itu ke depan dan ke belakang. "ELO. HARUS. CERITA. KE GUE. TENTANG. MARCO DEON!! LO. TADI. DICIUM—AH KAMVRET! JUJUR LO! TADI PAGI LO DICIUM DIA, 'KAN? KAMVRET BANGET LO! KAMVRET!" teriak Basuki. Talitha menghela napas. Ah, Basuki sudah dengar, ya. Ia kemudian melepaskan tangan Basuki dari tubuhnya. "Ga tau ah, Bas. Pusing gue kalo ketemu orang supersialan kayak dia. Ganteng, sih, iya. Tapi otaknya terganggu." Basuki mengernyitkan dahi, lalu mendadak matanya memelotot. "Terganggu? Ayo ceritain ke gue. Cerita nggak lo?!!" Talitha memutar bola matanya. "Yang gue maksud terganggu itu sebenernya bukan sinting beneran. Tapi...dia itu kayak ada anehnya. Seenak perutnya aja ngatur orang. Agak laen." Basuki menarik Talitha untuk berdiri dan bersandar ke dinding. Setelah itu, dengan antusias Basuki bertanya lagi, "Lho, kok bisa, sih—LAGIAN, KENAPA KALIAN BISA KETEMU DAN BISA DEKET?!! SETAU GUE YANG NGE-FANS SAMA DIA ITU GUE NJIR!!! GUE SANG NANA CANTIK NAN SEXY INI!! KAMVRET BANGET, GUE DIKHIANATI SOHIB GINI! ARTIS TERKENAL KOK BISA DEKET SAMA LO DAN—DIA CIUM LO, NYET!" "Sabar—oke? Sabar. Iya, gue cerita. Sumpah jijay hoeek!" ujar Talitha seraya berpura-pura muntah. Akhirnya, Talitha pun mulai bercerita. "Jadi gini..." ujar Talitha, yang langsung membuat Basuki mengangguk-angguk dengan antusias. ****** Siang ini hujan. Untungnya, Basuki dan Talitha sempat duduk di warung langganan mereka untuk minum es sepulang kuliah. Hujan deras itu membuat keduanya jadi merasa lapar. Jadi, mereka memutuskan untuk memakan gorengan sebentar. Waktu terlewati begitu saja ketika mereka mengobrol sembari memakan gorengan dan meminum minuman hangat. Ah, surga dunia. "Eh, Ta, BTW…gue nggak habis pikir pertemuan lo dengan Deon sampe berakibat segitunya." Talitha hanya mengedikkan bahu sembari terus memakan gorengannya. "Ya maksud gue, lo pikir aja, deh, orang mana yang baru ketemu langsung mengklaim hak milik?" ujar Basuki. Talitha mengembuskan napasnya dengan jemu. "Ya makanya gue bilang ke elo kalo dia itu rada aneh." "Tapi...rasional juga, sih, Ta. Gue rasa dia itu punya trauma karena masa lalunya itu loh. Makanya sifatnya kayak gitu. Yang nggak mungkin jadi mungkin," kata Basuki dengan logat bancinya. "Haah...andaikan sajaaah yang diklaim kepemilikannya itu gue. Aaahh, plis, Banggg, butuh belaiann. Hah... Nggak papa, deh, mau diatur-atur atau dijagain dengan posesif... Adek ikhlas." []
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
FINLINKER TECHNOLOGY LIMITED
69 ABERDEEN AVENUE CAMBRIDGE ENGLAND CB2 8DL
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta