Bab 15 Pacaran dengan Dirut (b)

Bab 14 : Pacaran dengan Dirut (b) ****** GAVIN langsung menghadap ke arah Talitha. Mobilnya kini sudah keluar dari garasi. "Lha, kenapa? Dia ngomong apa sama lo? Terus katanya waktu acara anniversary itu kalian sempet ngobrol, ya?" Nah, Gavin sudah tahu juga masalah itu. Apa yang telah terjadi tanpa sepengetahuan Talitha? Talitha menatap abangnya dengan antusias. "Bang, lo harus kasih tau gue. Deo—eh, Pak Dirut itu ngomong apa sama lo?" Gavin berdecak. "Lo kasih tau gue dulu pas acara anniversary itu kalian ngomongin apa." "Bah!" teriak Talitha. "Apa salahnya, sih, Bang, lo ngasih tau gue duluan?" "Kalo nggak ngasih tau, nggak gue anter, nih," ancam Gavin. Alamak! "Kalian. Ngomongin. Apa?" tekan Gavin sekali lagi. Aduh, susah kalau menghadapi orang yang overprotective kayak Gavin, soalnya di mata Gavin Talitha itu selalu masih bocah. Talitha menggaruk kepalanya. "Elah nih Abang," ujar Talitha. "Nggak ada, Bang. Dirutnya Abang itu ganteng-ganteng ganas. Dia marah malem itu karena tau kalo kita bohong." Gavin berdeham panjang. "Wah, kalo gitu...sama, dong, dengan yang dia bilangin ke gue," ujar Gavin. "Dia juga bilang kalo dia mau minta maaf langsung ke lo. Awalnya gue bilang nggak usah repot-repot, tapi dia pengin minta maaf ke lo langsung. Jadi...ya gue kasih tau di mana dia bisa nemuin lo." Talitha menghela napas. Aduh...ternyata seperti itu ceritanya? Well, itu bisa dimengerti, tetapi sebenarnya kemauan Deon waktu itu bukanlah untuk meminta maaf, melainkan menekan Talitha dengan segala perintah penuh kuasanya. Mobil Gavin kini sudah keluar dari halaman dan pria itu lantas turun dari mobil untuk menutup pagar rumah. Pagar itu sebetulnya sudah lama terbuka sejak papanya pergi bekerja setengah jam yang lalu. Papanya pasti lupa menutup pagar. Untung saja kompleks perumahan mereka ini terbilang aman, kalau tidak, pasti berbahaya untuk mobil Revan yang tadi terparkir di halaman. Ketika Gavin baru saja ingin masuk ke mobilnya kembali, ia dikejutkan dengan sebuah mobil yang tiba-tiba datang mendekati mobil mereka. Mobil itu benar-benar berhenti di hadapan mereka. Mata Gavin menyipit. Ia sadar bahwa Revan juga keluar dari mobilnya. Hanya Talithalah yang tetap duduk di dalam mobil; kepala Talitha nongol dari kaca pintu mobil karena ingin tahu siapa gerangan pemilik mobil yang sedang mendekati mereka. Tiba-tiba pintu mobil itu terbuka. Turunlah sosok itu: seorang pria yang kejam dan otoriter itu. Seorang pria tampan yang seksi, tetapi penuh dengan luka masa lalu itu. Yes, it's no other than Marco Deon Abraham. Talitha membelalakkan mata. Ternyata Deon tak main-main soal ucapannya tadi malam, yaitu ucapan bahwa dialah yang akan mengantar jemput Talitha mulai sekarang. Deon hari ini membawa mobil yang berbeda dengan mobilnya kemarin sehingga tadi Talitha sama sekali tak menyangka bahwa itu adalah Deon. Baik Gavin maupun Revan kini jadi melongo bukan main. Daripada merasa terberkahi karena bertemu Dirut di luar perusahaan, mereka lebih merasa kaget karena tiba-tiba bertemu dia yang kejam itu di depan rumah!! Sosok itu, Deon, kini tersenyum simpul kepada Gavin dan Revan. Gavin dan Revan sontak merunduk hormat. Mereka berdua mengernyitkan dahi; mereka menyatukan alis karena merasa heran. Gavin mulai tersenyum. Bersikap sopan. "Pak Direktur," sapa Gavin. "Selamat pagi, Pak.” Tampak ia dan Revan sama-sama sedang memperhatikan Deon. Sementara itu, Talitha mulai mencoba untuk merosot ke bawah jok mobil agar tak terlihat oleh Deon. Talitha menutupi kepalanya dengan panik. Wanjeeeeer, beneran dijemput, cuy!! "Good morning, Pak Gavin," jawab Deon dengan penuh wibawa. "Saya datang ke sini untuk menjemput Talitha." Gavin dan Revan sontak membulatkan mata. Revan lantas berbicara, "Emm…Talitha…adiknya Pak Gavin, ya, Pak?" Revan hanya ingin memastikan. Dia sebenarnya sudah mendengar sebagian ceritanya dari Gavin. "Benar. Apa dia ada di dalam salah satu dari dua mobil ini?" tanya Deon seraya tersenyum. Gavin menoleh ke belakang sejenak sebelum akhirnya kembali menatap Deon. "Ah...iya, Pak, dia ada di dalam mobil, tapi..." Deon terkekeh. Pria itu mengangguk. "Kalau gitu, saya mau nganterin dia ke kampusnya." Gavin dan Revan kontan menatap satu sama lain. Revan kemudian menjawab, “Ah…nggak usah repot-repot, Pak. Biar saya dan Pak Gavin aja yang nganterin Talitha. Nggak enak kalau ngerepotin Bapak." Otak mereka masih benar-benar buntu. Bayangkan saja, alasan apa yang bisa mereka pikirkan tatkala melihat Pak Dirut yang tiba-tiba datang dan ingin mengantar Talitha ke kampus? Sementara itu, Talitha masih mengintip-intip dari dalam mobil. Ini tak beres. Revan dan Gavin jadi bingung setengah mati. Apakah dirut mereka benar-benar tertarik dengan Talitha? Talitha pun akhirnya menghela napas. Akhirnya, gadis itu memilih untuk turun dari mobil. Suara pintu mobil yang terbuka itu sukses mengalihkan tatapan Revan, Gavin, dan juga Deon. Ketiga pria itu langsung menoleh kepada Talitha. Talitha mulai berjalan mendekati mereka. "Bang, Ita sama Pak Deo—" Ita menatap Deon dan ekspresi Deon langsung berubah; Deon langsung terlihat tak suka. Ita lantas meralat ucapannya, "Ita sama Deon ini..." Gavin mendadak menutup mulut Talitha. "Dek! Sopan dikit! Bapak ini Dirut—" Deon kemudian mendekati Gavin dan Talitha, membuat ucapan Gavin terpotong. Pria itu tersenyum dengan ramah, tetapi Talitha tahu bahwa semua ekspresi Deon itu memiliki arti. Setelah sampai di dekat Gavin dan Talitha, Deon mulai meraih tangan Talitha sehingga Talitha langsung berada di dalam pelukan Deon. Tubuh kekarnya, wangi parfumnya yang maskulin…kini semuanya ada di jangkauan Talitha. Talitha sontak membulatkan mata dan gadis itu langsung mendongak untuk melihat wajah Deon. Namun, kini pelukan Deon itu terasa semakin posesif. Gavin dan Revan nyaris tak bisa bernapas saking terkejutnya mereka dengan kejadian itu. "De—Deon! Lepasin aku, oi!" Deon hanya terkekeh. Setelah itu, Deon menatap Gavin dan Revan. "Saya akan mengantar jemput Talitha mulai sekarang, Pak Gavin dan Pak..." "Revan, Pak," potong Revan. "Saya ketua direksi pemasaran." Deon mengangguk singkat. "...Pak Revan. Talitha sukses menarik hati saya dan sekarang dia adalah pacar saya. Jadi…bisa, ‘kan, saya ngantar jemput dan memperhatikan Talitha mulai hari ini?" Revan tak pernah melongo separah ini sepanjang hidupnya. Kalau Gavin...wajah pria itu kontan memucat. Talitha...pacaran sama bosnya? ****** Talitha menatap Deon, lalu berbicara dengan sarkastis. "Kamu nih emang nggak ada kerjaan, ya. Aku nggak mau Bang Gavin sama Bang Revan sampe mikir yang aneh-aneh! Jangan nyelonong aja kalo mau dateng ke rumah orang!!" Deon menyipitkan matanya, lalu pria itu menoleh kepada Talitha. "Kamu itu pacarku. Apa aku perlu minta izin?" Talitha menggeram. "Kekasih palamu! Kapan jadiannya?! Aku cukup tau diri kalo aku jomblo dari lahir!" Deon kontan mengernyitkan mengernyit. Dia lantas menatap Talitha seraya memiringkan kepalanya. "Jo...mblo?" tanya Deon. Dari ekspresi wajahnya, dia tampak benar-benar tak mengerti. Dia mengatakan itu seraya menggeleng samar. Talitha lantas membulatkan matanya. Ah...iya. Manusia posesif satu ini adalah blasteran yang baru datang ke Indonesia dan mungkin dia tak tahu istilah itu. Deon dapat berbicara dengan Bahasa Indonesia (dan terkadang memakai kata tidak baku) saja sudah luar biasa meskipun logatnya masih terdengar agak aneh. Wajah Talitha sekarang jadi memerah karena menahan tawa. Setelah itu, ketika tawanya meledak, ia jelas sukses membuat Deon tambah bingung. "Berbicaralah dengan bahasa yang bisa kumengerti, Talitha." "Ya kamu itu lucu!! Wahaha—hahahahahahah! YA TUHAAN! HAHAHA!" Talitha tergelak. Deon menghela napas. Tak lama kemudian, akhirnya Talitha pun kembali berbicara sembari berusaha untuk menghentikan tawanya yang membahana itu, "Denger ya, Deon. Jomblo itu sama artinya dengan single. Jadi, maksudku aku ini single dari aku lahir. Aku nggak pernah punya pacar. Nah, dengan keadaan aku yang kayak gitu, tiba-tiba kamu dateng dan bilang kalo kita ini adalah sepasang kekasih. Apa nggak aneh, tuh?” Deon kembali menyipitkan mata. "Tapi kamu harus setuju untuk jadi pacarku kalau kamu nggak mau Pak Gavin dipecat." []
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
FINLINKER TECHNOLOGY LIMITED
69 ABERDEEN AVENUE CAMBRIDGE ENGLAND CB2 8DL
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta