Bab 11 Kamu Milikku (c)

Bab 10 : Kamu Milikku (c) ****** MATI. Ini tidak serius, 'kan? Astaga...ketahuankah?! Talitha kontan berhenti melangkah. Gadis itu merutuki dirinya sendiri di dalam hati dan menempeleng kepalanya sendiri seperti orang gila. Setelah itu, dengan sangat perlahan...dia pun berbalik. Benar saja, itu adalah Deon. Pria itu membuka kacamatanya dan berjalan ke arah Talitha yang kini hanya bisa nyengir. Cengiran yang dipaksakan. "Eh, Bapak. Ha ha... Apa kabar, Pak?" ujar Talitha dengan tawa hambarnya serta dengan ekspresi yang seolah mengatakan, ‘Tolong, bawa gue kabur dari sini.’ "OH MY GOD!!! OH MY WOW!!!! MARCO DEOOOOOON!!!!!! ASTAGA, ASTAGA!! NGGAK BISA NAPAS, ASTAGA!!! ASTAGA, NAPASKU!! NAPASKU!!! KIPAS MANA KIPAS?!!! MARCO DEON?! INI BENERAN MARCO DEON?!! APAKAH KITA BERJODOH SEHINGGA KITA BERTEMU DI SINI SECEPAT INI? YA TUHAN, MARCO DEOOOOONNNNN!!! HUAAAAAAAAAAAAAA!!!!" teriak Basuki histeris. Dia mulai fangirling. Eh, lupa. Dia aslinya cowok. Punya burung. Jadi, yang benar itu fanboying. Astaga. Bonus derita: dia lupa bahwa Basuki ada di sini. Penggemar fanatik Marco Deon ada di sini. Double sial. Oke, mana paparazzi? Mungkin saja Talitha bisa numpang eksis lewat Marco Deon yang sedang berdiri menunggunya di depan kampus. "Marco Deon!!" "Eh, serius? Itu Marco Deon yang main drama Catch You, My Superhero itu, 'kan? SIALANN!!! KEJAR DIAAA!!! YA TUHAN!!! YA TUHAN!!!!!" "AAAAA DEON!!!!" "WUAAAA!! WUAAAAAAA!!" Ratusan kilatan kamera ponsel mulai memotret Deon. Ditambah lagi, dia datang ke kampus Talitha dengan jasnya. Talitha yakin bahwa sekarang ini masih jam kerjanya Deon. Dia itu adalah bosnya abang Talitha!! Apa yang sebenarnya dia lakukan di sini? Siapa yang memberitahunya soal di mana Talitha kuliah? Sebelah tangan Marco Deon tampak menghalangi matanya dari kilatan kamera. Pria itu mengernyitkan dahi. Basuki juga mulai mencoba untuk meraihnya. Sementara itu, Talitha—yang menggaruk kepalanya tatkala melihat situasi kacau itu—tiba-tiba merasa tubuhnya ditarik ke depan. Dia ditarik oleh Deon!! Kontan saja mata Talitha membeliak. Deon menariknya dan memaksanya untuk masuk ke mobil pria itu. Dengan cepat ia menjalankan mobilnya agar terhindar dari banyaknya orang-orang yang berusaha untuk memegangi mobilnya. Basuki juga mengejar mobil itu karena keheranan melihat Talitha ditarik oleh Deon. Mobil itu akhirnya berjalan dengan kecepatan tinggi. Tak membuang waktu, Talitha pun langsung menatap Deon. "Pak, ap—" "Jangan panggil aku Bapak, Pak, atau apa pun itu yang terlalu formal. Kamu bisa panggil aku Deon. Aku udah bilang bahwa kamu itu sekarang terikat denganku. Jangan bilang kamu lupa?" tanya Deon. Dia mulai menoleh kepada Talitha dan tersenyum miring. Orang ini sudah gila. Sialnya dia mengingat ucapan gilanya itu semalam. Bagaimanapun juga, terikat dengannya hanya karena sebuah kebohongan itu tetap tidak masuk akal bagi Talitha. Berulang-ulang Talitha memikirkannya dari semalam, itu tetaplah tak bisa diterima oleh akal sehat. "Oke, Pak—" "Jangan panggil aku seperti itu, Talitha!" Deon meninggikan suaranya. Talitha kontan terperanjat. Apa...yang...? Rahang Deon mengeras. Dia kini kembali menatap Talitha. "Panggil aku Deon. Cukup begitu," perintah Deon kemudian. Talitha menghela napas. "Oke, Deon. Jadi, kenapa kamu kayak dikejer-kejer hantu dan ngeharusin aku untuk terikat sama kamu? Apa ada sesuatu yang ngebuat kamu tertarik untuk ngejadiin orang lain sebagai milik kamu? Aku nggak percaya ini terjadi cuma karena kebohonganku sama Bang Gavin." "Gimanapun juga, kamu harus percaya," jawab Deon. Talitha memutar bola matanya. "Kamu udah gila, ya? Terserah apa kata kamu, turunin aku di sini sekarang juga." "Kamu ternyata memang sulit diatur," ucap Deon. "Apa kamu akan tetap serampangan begitu kalau aku jadi pacar kamu?" "Dengar ya, Pak Deon," ujar Talitha dengan penuh penekanan. Dia sengaja menggunakan 'Pak' karena ingin berbicara pada Deon dengan sarkastis. "Cukup semalem aja kamu ancam aku. Cukup semalem aja aku nerima kekejaman kamu. Sekarang, aku sadar sepenuhnya kalau itu nggak mungkin kulakukan." Deon menatap Talitha dengan penuh amarah. "Jangan bikin aku benar-benar jadi marah, Talitha." Talitha menghela napas. "Begini, Pak Deo—" "Talitha!!" teriak Deon, tiba-tiba ia mengerem setelah mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. "Aku nggak pernah main-main dengan ucapanku," ujar Deon. Matanya menatap Talitha tajam. Dia kini mulai memajukan tubuhnya ke arah Talitha, mendekati wajah Talitha dengan perlahan. "Aku akan memecat kakakmu." Talitha kini benar-benar membulatkan matanya. "APA MAU KAMU SEBENARNYA?! Ini semua maksudnya apa, sih?!!" teriak Talitha, dia jadi merasa dipermainkan. Akhirnya, Deon menghela napas. Dia agak mundur dan kembali ke posisinya semula. "Baiklah, kalau kamu mau tau. Aku ingin kamu membantuku. Aku ingin menunjukkan kepada seseorang bahwa aku memiliki seorang kekasih, bukan, calon istri. Calon istri yang kupedulikan," ujar Deon dengan rahang yang mengeras dan tatapan mata yang tajam. Talitha menganga. Matanya sekarang terlihat seakan nyaris keluar, terlepas dari soketnya. Namun, di luar ekspektasi Deon, gadis itu dengan gilanya malah tertawa kencang. "APA KATAMU?! HAHAHAHAHA!!!! Jadi, kamu ngancam aku karena masalah percintaan?!!! HAHAHAHAHAH!!" tawa Talitha terdengar menggelegar di mobil. Namun, akhirnya dia berhenti tertawa karena dia ingat betapa menakutkannya Deon. Aaaaak, matilah Talitha. Mungkin dia akan dibentak oleh Deon lagi? Namun, tanpa disangka-sangka…Deon tidak menjawabnya secara langsung. Pria itu kembali menghidupkan mesin mobilnya dan mobil itu pun berjalan kembali. "Mungkin aku memilih kamu karena kamu adalah orang yang cuek; kamu nggak peduli dengan tanggapan orang lain. Keluargaku agak bermasalah, jadi aku perlu seseorang seperti kamu yang nggak akan terbebani dengan masalah keluargaku," ujar Deon, matanya menyipit tajam tatkala melihat jalanan. Deon kemudian melanjutkan, "Mungkin kamu sedikit menarik dan kebetulan kamu memancing emosiku waktu itu. Kalau nggak kuancam begitu, mungkin kamu akan melupakan apa yang sudah terjadi malam itu, 'kan? Lagi pula, kebetulan sekali…aku memang membenci kebohongan." Talitha mengernyitkan dahinya, merasa heran. "Kamu itu direktur, tapi bicaramu kok seenak membalikkan telapak tangan, ya? Coba kamu pikirin dulu apa yang barusan kamu bilang itu. Kamu pikir aku mau jadi calon istri pura-pura kamu? Ya nggaklah! Lagian, nggak mungkin keluargamu percaya, wong kamu juga baru datang ke Indonesia." Talitha tertawa lagi. Dia mulai bicara dengan sedikit non-formal. Deon tersenyum miring, kemudian dia menoleh kepada Talitha. Dia memiringkan kepalanya. "Abang kamu sudah tau semua yang aku bilang ke kamu tadi malam, kecuali tentang kamu yang terikat denganku. Aku yakin jauh di dalam hati kamu, kamu nggak mau abang kamu dipecat," ujar Deon yang sukses membuat Talitha melongo. "Jadi, kamu nggak punya pilihan lain," lanjut Deon dengan penuh penekanan. "Sumpah...aku nggak ngerti. Duh. Terus kamu sekarang mau maksain aku lagi? Lagian, kok harus aku, sih?!" Talitha memprotes. Otaknya memang butuh waktu yang lebih untuk bisa sinkron dengan keadaan. "Kan udah aku bilang kalau aku tertarik sama kamu." Deon mendengkus. "Lagi pula, apa yang udah kuputuskan untuk jadi milikku…selamanya akan tetap jadi milikku, Talitha." Deon tersenyum miring, ia menoleh kepada Talitha lagi. Sorot matanya terasa begitu tajam tatkala memperhatikan gadis itu. "Maka dari itu, seharusnya kamu nggak membohongi orang sepertiku." []
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
FINLINKER TECHNOLOGY LIMITED
69 ABERDEEN AVENUE CAMBRIDGE ENGLAND CB2 8DL
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta